blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Sabtu, 11 Mei 2013

AS dalam PD 1

Hello guys,, setelah lama vacum kali ini happy akan berbagi ilmu lagi nih !
  dalam postingan kali ini akan membahas tentang sebuah negara besar, negara maju, yang terkenal sebagai negara adidaya. ...
 tentunya tau donk !!!
Negara mana yaaaa?????

Nah Ini dia, Amerika Serikat,, woww, it was amazing country,,!!!
Amerika Serikat adalah negara yang kuat hal tersebut terbukti pada perannya dalam perang dunia 1.
yak berikut selngkapnya.... Klik disini



Selasa, 01 Januari 2013

DINASTI MING


A.      Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Ming
Setelah berhasil mengusir bangsa Mongol, Zhu Yuanzhang menobatkan dirinya sebagai kaisar dengan gelar Ming Taizu (1368-1398). Tahun pemerintahnnya disebut dengan Hongwo, sehingga ia juga dikenal sebagai sebutan Kaisar Hongwo, an dinasti barunya dinami Dinasti Ming.
Zhu Yuanzhang digantikan oleh cucunya bernama Zhu Yunwey dengan gelar Jianwen (1399-1402). Tetapi pada saat itu, kekuasaan berada di tangan putra-putra Zhu Yuanzhang. Kaisar Jianwen berusaha mengendalikan para pamannya itu dengan jalan membatasi kekuasaan mereka, tetapi usahanya ini mendapat tentangan keras. Akibatnya, timbul perang saudara selama 4 tahun anatara kaisar dengan paman-pamannya. Dari segala kepandaiannya, kaisar bukanlah tandingan pamannya yang bernama Zhu Di (putra keempatnya Zhu Yuanzhang).
            Zhu Di mengangkat dirinya sebagai Kaisar Yongle (1403-1424) yang berarti “Kebahagian Abadi”. Pelayan samudra merupakan salah satu hal yang patut di banggakan pada masa dinasti Ming. Kaisar Yongle telah memerintah Admiral Zheng He untuk mengadakan pelayaran ke selatan menuju negeri-negeri yang jauh. Ia berhasil berlayar sejauh Afrika (Mogadishu dan Malindi), kalkuta, dan Kalombo jauh sebelum bangsa baarat berhasil mencapainya. Yongle digantikan oleh putra tertuanya yaitu Hongxi (1425) hanya memerintah setahun.
Pengganti Hongxi adalah cucu Yongle yang bernama Zhu Zhanji yang gelarnya sebagai Xuande, memrintah pada tahun 1426-1435. Ia dapat dikatakan sebagai seorang penguasa yang sempurna karena piawi dalam bidang kemilimiteran, administrasi pemerintahan dan seni. Masa pemerintahan Xuande boleh dikatakan cukup stabil. Kemakmuran dan kesenian berkembang pesat. Sebagai seorang reformis, Xuande berusaha memerangi ketidak adilan, menetang hukuman matim serta mendorong dihapuskannnya hukuman kurungan bagi orang miskin yang tidak mampu membayar utang-utangnya. Keselahan terbesar yang dilakukan Xuande adalah andilnya dalam meningkatkan kekuasaan kaum Keberi, di mana ia mendirikan sekolah khusus bagi mereka yang mengangkat mereka sebagai penasehat militernya. Ia juga sering memerintahkan kepada kasimnya untuk mencari benda-benda aneh, benda-benda langka dan bahkan cengkrik aduan yang selalu menang. Kaum keberi diutusannya pula mencari gadis-gadis Korea yang terkenal kecantikannya untuk dijadikan selir.
Xuande adalah kaisar pertama Dinasti Ming yang sungguh-sunggguh melindungi seni. Sebagai seorang pelindung seni, dikumlpulkan para seniman dari berbagai penjuru dan memerintahkan agar menghiasi makam-makam leluhurnya. Ketika Xuande wafat, sepuluh orang selir ikut dikuburkan bersamanya.
            Penggantinya adalah Zhu Qizhen putra dari istri keduanya bernama Sun. Ia naik tahta dengan gelar Zhengtong pada tahun 1436 saat baru berusia 8 tahun. Karena usianya yang masih belia, neneknya yang bernama Zhang (jandi Hongxi) memegang tumpuk kekuasaan penuh sebagai wali dengan dibantu oleh tiga orang menterinya bijaksana.
Sementara itu, bangsa Mongol yang dahulu diusir oleh Zhu Yuanzhang ke utara, kini menjadi kuat kembali. Mereka menyatukan dirinya dibawah Esen Khan. Kaisar Zhengtong pada tahun 1449 melakukan kesalahan fatal dengan mengikuti bujukan gurunyya, seorang kasim bernama Wang Zhen untuk menyerang esen Khan. Akhirnya Zhengtong yang tidak sempat melarikan diri ditawan oleh mereka.
            Sebagai penggantinya diangkatlah adik Zhengtong yang bernama Zhu Qiyu sebagai kaaisar baru dengan gelar Jingtai (1450-1457). Ia merupakan seorang penguasa yang lemah, namun berkat jasa para menterinya, ibukota berhasil dipertahankan dari serangan Esen Khan.  Dengan mengangkat kaisar baru, pihak China telah berhasil menurunkan nilai penting bekas kaisaranya yang disandra oleh bangsa Mongol. Jingtai mengalami sakit kerasnya pada tahun 1457. Pada saat itu terjadilah kudeta menggulingkan Jingatai dan mengangkat kembali Zhengtong sebagai kaisar dan Jingtai wafat didugaakan karena siksaan kaum pemberontak. Setelah menduduki singgasannya kembali, Zhong tong yang saat itu telah mengganti gelarnya dengan Tianshun melakukan gerakan pembersihan. Ia melakukan jasa kaum Keberi dan memebentuk dinas rahasianya sendiri untuk memata-matai dan menemukan orang yang berniat menentangnya.
            Putra tertua Zhengtong, Chenghua memerintah pada tahun 1465-1487, dan diangka sebagai pengganti ayahnya. Usianya baru 20 bulan ketika ayahnya ditawan bangsa Mongol. Chenghua memiliki kepribadian lemah, peragu, dan agak gagap ketika berbicara. Kaisar ini juga dikenal sebagai penggemar seni musik dan pertunjukan. Saat naik tahta, ibunya serta Ratu Qian permaisuri Zhengtong berebut kedudukan sebagai wali dan pada masa akhir pemerintahannya kekuasaan didominasi oleh selirnya Wan Guifei. Mereka melaukan reformasi dan pembenaan terhadap kesalahan rezim pemerintahan sebelumnya. Bidang militernya juga diperkuat oleh mereka sehingga kini kekuatan Dinasti Ming dapat mengungguli bangsa Mongol dan Jurchen. Dinasti Ming akhirnya menjadi disegani oleh negara-negara tetangga. Belakangan kekuasaan jatuh ke tangan seorang selir bernama Wan Guifei. Istri pertama Chenghua telah di turunkan dari kedudukannya karena memukul selir ini. Ia juga membunhi anak selir-selir lainnya agar mereka tidak mendaptakn kesempatan pewaris tahta. Chenghua membiarkan sepak terjang sselirnya itu hiangga kekuasaannya makin menjadi-jadi. Ia beserta Liang Fang, kasim kesayangannya, dan Wang Zhi, kepala keberi, mulai memerah negeri itu habisa-habisan.
            Kekuasaan penuh angkara Wan Guifei beserta kaum Keberi yang jahat itu harus berakhir setelah naiknya tahta Hongzhi yang memerintah pada tahun 1488-1505, putra yang disembunyikan dari ancamana pembunuhan Wan itu. Ia merupakan salah seorang termuka Dinasti Ming yang terkenal karena kebajikannya. Sebagai seorang penganut aliran Konfusianisme yang teguh, ia mendengarkan saran-saran Dewan Penasehatnya. Kaisar bijaksana ini dikenal cermat dalam urusan kenegaraan. Oleh karena itu, semasa pemerintahannya negara berada dalam keadaan stabil dan harmonis.
Zhengde memerintah tahun 1506-1521 merupakan penguasa Dinasti Ming berikutnya yang menjadi putra kesayangan ayahnya (Hongzhi). Saat menjelang kematiannya, Hongzhi baru menyadari kelemahan putranya ini dan memohon pada Dewa Penasehat agar membimbing dan menjaga putranya tersebut. Kekahawatiran hongzhi ini menjadi kenyataan, karena Zhengde ternyata tidak menyukai urusan kenegaraan , tatacara istana, serta para nasihatnya yang kolot. Kekuasaan jatuh kembali ke tangan kaum Keberi, dan kaisar bahkan bermain-main sebagai pedagang dalam pasaran yang diselenggarakan oleh kasim di istana. Para pejabat yang khawtir dengan keaadaan ini, mencoba menyingkirkan kaum Keberi pada tahun 1506 tetapi gagal.
Zhengde tertarik dengan segala sesuatu yang berbau Tibet. Ia membangun sebuah kuil baru di kompleks istananya bagi para Lama. Terkadang ia mengenakan pakaian Tibet dan upacara pemakaman ibunya di pimpin oleh para biksu Tibet. Peristiwa yang terpenting yang terjadi pada masa pemerintahan kaisar ini adalah pemberontakan yang diterbitkan seorang pangeran di Ningxia pada tahun 1510 yang diikuti dengan dua tahun masa kekacauan di Sichuan. Pada masa akhir pemerintahannya, kaisar banyak melakukan pemborosan dengan melakukan perjalanan keliling negeri yang menghabiskan pembendaharan negara. Sekembalinya dari perjalanan terakhir, kaisar muntah darah dan jatuh sakit. Tiga bulan kemudian ia meninggal.
            Zhengde tidak mempunyai seoarng putra pun, sehingga singgasana Dinasti Ming terpaksa dialihkan kepada putra angkatnya yang naik tahta dengan gelar Jiajing (1522-1567). Kaisar baru ini merupakan keturunan putra bungsu Chenghua dengan seorang selir yang berasal dari Huangzhou. Jiajing ini seorang penganut Daoisme yang fanatik. Ia begitu terobsesi untuk menemukan obat hidup abadi.
Pada tahun 1542 , nyawa Jiajing berhasil di selamatkan dari usaha pembunuhan oleh para selirnya. Delapan belas orang selir mencekiknya dengan tali ketika sedang tidur. Namun, usahanya ini gagal karena mereka telah menarik simpul yang slah dan di samping itu salah seorang gadis telah membocorkan rencana itu pada ratu. Kendati obsesi Zhengde pada Daoisme sedikit banyak telah menyebabkannya mengabaikan urusan kenegaraan, untungnya ia berhasil memilih dan mengangkat menteri-menteri yang berkapasitas tinggi serta setia.
Masa pemerintahan Jiajing yang berlangsung cukup lama ini memberikan kestabilan bagi China. Meskipun demikian, pertahanan negara dapat dikatakan sangat lemah. Bangsa Mongol di utara  yang saat itu dipimpin oleh Altan Khan (1507-15820 telah menyusun kekuatannya kembali, dan pada tahun 1542 dengan penuh keberanian menyerang China. Sementara itu, di pantai sebelah tenggara, bajak laut Jepang menjadi makin ganas dan melakukan perampokan terhadap propinsi-provinsi China yang berbatasan dengan pantai.
            Longqing (1567-1572) yang merupakan pengganti Jiajing, sesungguhnya tidak begitu disukai ayahnya, yang telah memilih putra selirnya. Namun, karena pertimbangan bahwa Longqing yang lebih tua usianya. Sebagai penguasa yang lemah, tidak sedikit pun ia tertarik pada urusan negara. Berkat menterinya yang cendekia bernama Zhang Zhuzheng , perjanjian perdamaian berhasil dilakukan dengan Altan Khan, yang beresdia menerima status sebagai negara vasal (negara taklukan). Selain itu, gangguan para bajak laut Jepang juga berhasil diatasi.
            Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573-1620). Pada masa kekuasaannya, transformasi China menuju negara modern dimulai. Wanli yang memerintah selama kurang 47 tahun, merupaka penguasa China yang memerintah terlama setelah Han Wudi. Ia merupakan putra ketiga Longqing dan naik tahta saat baru berusia 10 tahun. Bidang pendidikan juga berkembang pesat semasa kekuasaan kaisar Wanli.
Pada mulanya pemerintahan Wanli dapat dikatakan baik karena didukung oleh menteri-menteri yang cakap dan loyal, termasuk Zhang Zhuzheng yang telah mengabdi semenjak pemerintahan kaisar sebelumnya. Efesiensi dan kedisiplinan dalam administrasi pemerintahan berhasil dibangkitkan kembali. Tetapi setelah kematian Zhang, Wanli mulai menarik diri dari pemerintahan. Perseturuan dengan bangsa Mongol timbul kembali di mana pada tahun 1560 berhasil merebut Qinghai.
            Bangsa Jepang dibawah pimpinan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) berhasil menaklukan Korea –negara protektorat china, sehingga menimbulkan perang dasyat selama lima tahun (1593-1598) guna mengusir mereka. Kendati dimenangkan oleh Dinasti Ming, ekspidisi militer ini menelan biaya sangat besar yang menghabisakan devisa negara. Keuangan negara menjadi semakin memprihatikan dan itu semua masih di bebani oleh kehidupan Wanli yang sangat boros. Untuk mengatasi permasalahan keuangan yang makin menjadi-jadi, kaisar membuka kembali tambang perak pada tahun 1594 serta menarik pajak yang berat dari rakyat.
            Kaisar berikutnya adalah Taichang hanya memerintah selama sebulan saja 91620). Ia wafat tidak lama setelah memerintah. Putra Taichang kemudian naik tahta dengan gelar Tianqi (1621-1627). Penguasa Dinasti Ming ini merupakan seorang yang buta huruf, namun sangan terampil dalam pertukangan. Urusan kenegaraan diabaikan dan di serahkan kepada seorang Keberi Wei Zhongxian yang kemudian melakukan banyak kekejaman..
            Tianqi digantikan oleh adiknya yang naik rahta dengan gelar Chongzhen (1628-1644). Ia sekaligus merupakan kaisar Ming yang terakhir. Pada saat itu negara berada dalam keadaan kacau balau, namun ironisnya intelektualisme justru bangkit semasa pemerintahannya dan bahkan dua orang imam Yesuit, Johann Adam von Schall dan John schreck di beri kesempatan untuk memperbaiki penanggalan.
Sementara itu, menjelang akhir Dinasti Ming Bangsa Manchu di utara menjadi bertambah kuat. Pemimpin mereka Nurhachi beserta putranya Abahai berhasil merebut Liaoning pada awal abad ketujuh belas. Setelah meresa kuat mereka mendirikan dinasti yang diberi nama Qing (1626).

B.       Runtuhnya Dinasti Ming
Abahai kini berniat untuk menaklukan China bagian utara. Pada tahun 1640, ia menyerang Jinzhou dengan kekuatan besar. Untuk menghadpi serangan itu, Dinasti Ming memerintahkan Hong Chengchou serta delapan orang Jendral termasuk Wu Sangui untuk mempertahankan kota. Selain itu, pihak Ming juga mengerahkan 130.000 pasukan untuk membela kedaulatan wilayahnya. Namun, Abahai berhasil menghancurkan lebih dari 50.000 pasukan China serta melumpuhkan pertahanan Dinasti Ming. Jinzhou akhirnya jatuh ke tangan bangsa Manchu dan pada tahun 1642 Hong berhasil ditawan oleh mereka. Wilayah Abahai kini bertambah luas hingga mencapai celah Tembok Besar (Shanhaiguan), tetapi ia memutuskan untuk tidak terliabat konfrontasi langsung dengan pasukan Ming yang kuat di daerah itu. Ia lebih memilih untuk mengalihkan serangannya ke Manchuria Utara, dn pada tahun 1643 seluruh daerah itu telah berada di bawah genggaman tangannya.
Meskipun demikian, kesehatan Abahai turun dengtan drastis dan wafat pada usia 51 tahun. Putra yang baru berusia enam tahun, Fulin dipilih untuk menggantikannya dengan dibantu oleh Jirgalang (sepupu Nurhaci) dan Dorgan (putra keempat belas Nurhaci) sebagi walinya. Gelar Fulin setelah menjadi kaisar adalah Shunzi (1644-1661).
Semasa kekaisaran Dinasti Ming yang terakhir Chongzhen, ancaman tidak hanya berasal dari Bangsa Manchu saja melainkan juga oleh pemberontakan yang melanda dalam negeri sendiri. Pemberontakan terpenting dipimpin oleh Li Zicheng yang berhasil merebut Beijing, ibukota Dinasti Ming pada tanggal 25 April 1644. Li lalu menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan dinasti baru adalah Xun.
Kaisar Chongzhen menggantung dirinya pada sebatang pohon dan bersamaan dengan kematiannya itu, berakhir pulalah Dinasti Ming. Jendral Wu Sangui yang ditugaskan menjaga perbatasan masih setia pada Dinasti Ming dan ia sebelumnya memang telah di panggil pulang untuk menyelamatkan ibukota. Mengetahui ibukota telah jatuh, di putuskannya untuk meminta pertolongan pada bangsa Manchu yang saat itu dipimpin Shunzhi guna mengusir Li.
            Wu membuka gerbang Shanhaiguan yang sedang dipertahankannya, dan mempersilakan pasukan Manchu untuk memasukinya. Ketika pasukan Manchu telah semakin mendekati Beijing, Li memutuskan untuk melarikan diri ke arah barat dengan sebelumnya membakar sebagian istan kekaisaran. Peristira ini terjadi pada tanggal 4 Juni 1644. Jadi, istana yang didirikan Li hanya sempat bertahan sebulan lebih saja. Mereka memeindahkan pemerintahan Mukden ke Bijing sehingga demikian berawallah kekuasaan Dinasti Qing di China.

C.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Ming
            Kaisar Hongxi yang terakhir dengan astronomi telah berhasil mengenali adanya bintik matahari jauh sebelum bangsa Barat mengenalnya. Selama masa pemerintahan Dinasti Ming, pengamatan terhadap gerhana matahari total dapat dijumpai dalam catatan-catatan sejarah Provinsi. Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan Dinasti Ming juga ditunjang oleh kedatnagn para Yesuit.
            Pada tahun 1611, kaum Yesuit itu di minta untuk melakukan perbaikan terhadap penaggalan serta menerjemahkan buku-buku Barat mengenai astronomi dan matematik. Penerjemah ini dilakukan De Ursis dengan bantuan Paul Xu (Xu Guanqi tahun 1562-1633), ia seorang sastrawan Tionghoa yang telah menganut agama Kristen dan menjadi Murid Matteo Ricci.
            Salah satu karya Barat yang diterjemahkan adalah risalah matematika karangan Euklides yang tersohor itu. Tokoh Yesuit lain yang memberikan sumbangsih bagi imu pengetahuan Dinasti Ming adalah Johann Adam Schall. Ia membantu penyusunan penanggalan dan selain itu mengajar bahsa Tionghoa cara pembuatan meriam. Ensiklopedi dalam bidang teknik dan ilmu pengetahuan banyak pula dihasilkan semasa Dinasti Ming. Pada tahun 1615 terbitlah suatu karya berjudul Gongbu shangku xuzhi (apa yang Orang Perlu Ketahui Mengenai Perbengkalan dan Pergudangan Pada Kementrian Pekerjaan Umum). Wang Zheng tahun 1571-1644 menulis buku yang mengulas mengenai seluk beluk peralatan militer serta hidrolis.

D.       Perkembangan Ilmu Pengobatan
Li Shizhen tahun 1518-1593 adalah tabib terkenal yang hidup semasa Dinasti Ming. Hasil karyanya yang terpenting adalah Materia Medica (Bencao Gangmu) dalam 52 jlid yang memuat penjelasan mengenai 1.892 obat Tionghoa serta memiliki lebih dari 1000 ilustrasi. Pada perkembangan selanjutnya, karya ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing termasuk beberapa bahasa barat.
Li Shizhen sendiri berasal dari keluarga tabib. Semenjak kecil ia telah mengagumi pekerjaan sebagai tabib yang sanggup menyelamatkan banyak nyawa, sehingga bercita-cita pula untuk menjadi tabib seperti ayah dan kakeknya. Dari hasil pengamatannya terhadap literatur pengobatan lama, ditemukannya berbagai kesalahan fatal di dalamnya, sehingga inilah yang mendorong Li untuk menyusun Materia Medica yang tersohor itu.


E.       Perkembangan Seni
Novel-novel yang termuka elah diterjemahkan kedalam banyak bahasa merupakan produk utama zaman Dinasti Ming. Kisah Tiga Negara merupakan novel sejarah yang ditulis berdasarkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada Zaman Tiga Negara dengan dibumbui berbagai kisah dramatis. Pengarangnya adalah Lo Guanzhong yang hingga ini masih belum dapat ditentukan dengan pasti kapan kurun waktu kehidupannya. Novel ini juga tidak kalah menarik adalah Perjalanan ke Barat.
Kisah Tepi Air mengisahkan tentang 108 pendekar Gunung Liang (Liangshan). Mereka adalah kaum yang menjadi korban fitnah serta tiraniorang lain. Ada yang istrinya yang direbut oleh seorang jagoan dan tidak dapat memperoleh keadilan dari pihak berwenang.
            Karya seni arsitektur terkemuka dalam Dinasti Ming tampak pada bangunan Kuil Surgawi, tempat kaisar mengadakan upacara penghormatan pada Langit (tian). Kuil ini dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing berorientasikan arah utara-selatan, yakni Kuil Pemujaan Tahunan, tempat kaisar berdoa memohon panen yang baik, Kuil alam Semesta tempat meletakan papan pemujaan bagi langit dan leluhur, dan alat Langit suatu panggung berbentuk lingkaran yang dikelilingi pembatas berbentuk segiempat atau melembangkan peribahasa Tionghoa yang berbunyi “Langit bulat dan bumi persegi”.
            Dinasti Ming juga sangat terkenal akan keramik-keramiknya yang diekspor ke seantero penjuru dunia. Kaisar-kaisarnya sendiri menjadi pelindung bagi industri kramik dengan mendirikan pabrik keramik kekaisaran di Jingdezhen provinsi Jiangxi. Produksi keramik mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Xuande dan Jiajing. Nialinya menjadi lebih berhaga ketimbang sutra dan diekspor hingga ke Jepang, Asia Tenggara serta Timur Dekat.
            Dalam seni lukis pemerintahan Dinasti Ming berupaya menghidupkan kembali kejayaan seni lukis Dinasti Song. Objek lukisan pada masa itu adalah pemandangan alam atau hewan. Sebagaimana halnya pad zaman Dinasti Song lukisan Ming bernuansa realisitis.
Seni ilustrasi pada buku mengalami kemajuan pesat semasa Dinasti Ming. Anehnya, pendorong kemajuan ini adalah tidak adanya hak cipta pada masa itu sehingga suatu penerbit tidak dapat mencegah penerbit lain untuk menerbitkan buku yang sama. Oleh karena itu agar dapat menang dalam persaingan, para penerbit berlomba-lomba untuk menghiasi buku terbitnya dengan gambar-gambar agar dapat menarik minat pembaca.

F.       Perkembangan Ekonomi dan Masyrakat
Semasa pemerintahan Chenghua (1465-1487), terjadi perkembangan yang pesat dalam bidang industri, seperti sutra yang dihasilkan di Suzhou. Ini menciptakan golongan kaya baru yang berlomba-lomba dengan kaum bangsawan dalam mengumpulkan benda-benda seni. Pusat kebudayaan berpindah ke sebelah selatan, yakni kelembah Sungai Yangzi. Sementara itu, di desa-desa para petani miskin yang tidak mempunyai tanah berbondong-bondong ke kota, sehingga terjadi urbanisasi. Para peserta ujian pada zaman dahulu menuliskan karya-karya klasik konfusianisme yang menjadi bahan ujian pada kemeja bagian dalam mereka. Pada saat mengikuti ujian negara, para sarjana ditinggalkan seorang diri dalam ruangan sehingga memungkinkan mereka untuk melihat contekan itu.
  
G.      Perjalanan Muhibah Zheng He, Perkembangan dalam Navigasi dan Teknik Pembuatan Kapal
Zheng He berangakat pada tahun 1405 dengan membawa 63 kapal, memuat 27.870 orang. Hal terpuji yang patut kita teladani adalah meskipun membawa kekuatan besar, tetatpi Zheng he tidaklah berusaha menaklukan atau menjajah negeri-negeri yang dikunjungi. Hal ini tentunya berbeda dengan bangsa barat,di mana penjajahan yang mereka lakukan selalu di akhiri dengan penjajahan.
Bukti nyata teknologi China dalam bidang pelayaran di perlihatkan oleh sebuah kitab yang berjudul Wu Pei Chi, yang isinya mengenai seluk beluk pelayaran China Kuno. Kitab ini juga mencatat pula posisi bintang-bintang petunjuk arah serta informasi geografis daerah-daerah asing seperti letak, keadaan alam, dan sebagainya. Bintang kutub memiliki arti penting bagi bangsa Tionghoa serta merupakan dasar bagi astronomi Chinaa. Bintang ini dianggap sebagai “kaisar”nya bintang.
Bangsa Tionghoa selama berabad-abad telah mengetahu bagaimana pembuatan kapal yang sanggup bertahan terhadap ganasnya samudra raya. Mereka menemukan cara pembuatan rangka kapal yang kokoh dan terbagi atas berbagai bagian. Pada ujung masing-masing bagian itu, terhaadap bagian yang kedap air, mirip dengan ruas-ruas batang bambu. Tentu saja untuk membuat kapal sebesar dan sebanyak yang dipergunakan Zheng He dalam misi muhibahnya diperlukan sejumlah minyak pohon tung, sehingga berhektar-hektar tanah sepanjang Sungai Yangzi harus dibersihkan dan selanjutnya ditanami pohon tung.
            Secara keseluruhan, Zheng He telah melakukan tujuh kali pelaayaran. Pelayaran pertama di awali pada tahun 1405, dengan membawa 63 kapal serta 27.870 orang. Armada ini lalu berlayar menuju indochina, Champa, dan singgah di Palembang.            Perjalanan kedua dilakukan pada tahun 1408 yang mengunjungi Pahang, Singapura, Malaka, Kalkuta, Srilanka, Maladewa, Quilon, Cochin, Kalkuta, Persia, Aden, dan Malakkah. Perjalanan ketiga berawal pada tahun 1412. Zheng He pada kesempatan kali ini mengunjungi Suamtera, Jawa, Madura, dan lain sebagainya. Pada tahun 1416, Zheng He mengawali muhibahnya keempat dengan disertai oleh utusan berbagai negeri yang mempersembahkan upeti pada Dinasti Ming. Misi muhibah kelima di lakukan pada tahun 1421 dengan menyinggahi Siam dan Sumatera. Sedangkan pelayaran keenam diawali pada tahun 1424 dengan tujuan Sumatera. Misi muhibah keenam merupakan yang terakhir dilakukan dibawah pemerintahan Kaisar Yongle. Zheng He berlayar kembali demi mempererat hubungan dengan negara-negara di sebrang lautan. Pelayarn ketujuh ini di lakukan antara 1430-1433 yang mengunjungi Srilanka, Kalkuta, Cochin, Persia, Aden, dan Madagaskar.
H.      Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat
1.      Konfusianisme
Tokoh konfusianis terkenal pada zaman ini adalah Wang Yangming (1472-1528/9), seorang ini keturunan dari kelaurga sarjana serta pejabat terpandang. Wang mengundurkan diri dan mempelajari Budhisme serta Daoisme untuk sementara waktu. Saat berusia 33 tahun, negara memanggilnya kembali dan menugaskannya sebagai komandan pasukan.
Pemikiran Wang Yangming dapat diringkaskan sebagai berikut :
1)      Pikiran dan gagasan (principles) adalah satu.
2)      Kesadaran adalah kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan baik dan buruk.
3)      Kesatuan antara pengetahuan dan tindakan.
Wang Yangming menyakini bahwa setiap orang sebenarnya sanggup untuk menjadi orang suci, sebagaimana yang dikatakan Mengzi bahwa setiap orang tidak musahil untuk menjadi seperti Yao dan Shun.


2.      Buddhisme
Zhu Yuanzhang pernah menjadi biarawan Buddhis, ia sangat mendukung Buddhisme. Kerap dikumpulkannya para biksu di istana untuk mengajar sebagai naskah suci Buddis seperti  Prajnaparamita dan Lankavatara. Kerajaan menyokong orang-orang yang hendak menjdi biarawan, sehingga jumlah mereka makin meningkat pesat. Pada tahun 1372.57200 biarawan Buddhis dan Daois ditahbiskan, sementara jumlah meningkat.
3.      Kedatangan Misionaris Kristen
Selama masa pemerintahan Wanli, seorang imam Yesuit bernama Matteo Ricci tahun 1552-1616 memperkenalkan kembali agama Kristen di China yang sebelumnya sudag pernah masuk ke negeri tersebut dalam bentuk Nestorianisme. Saat hendak menjalankan misinya, Matteo Ricci menyadari bahwa bangsa Tionghoa sangat menjungjung tinggi pengetahuan karya-karya klasik Konfusianisme, sehingga demi menunjang keberhasilan misinya, Ricci mulai mempelajari karya-karya tersebut. Rucci menyakini bahwa bangsa Tionghoa hanya dapat diperkenalkan pada Kekristenan jika ia dapat menghadirkan suatu bentuk agama tersebut yang selaras dengan Konfusianisme. Kebijaksanaan inilah yang kemudian mendorong beberapa sarjana terkemuka Tionghoa menganut Kristen. Misionaris lain yang terkenal adalah Etinne Faber. Tokoh legendaris ini hidup pada masa akhir Dinasti Ming dan berkaya di Shanzi. Ia telah mengarang banyak karya mengenai hagiografi Buddhis dan Daois.

I.       Hubungan dengan Kepulauan Nusantara
Selain misi pelayaran Zheng He yang mengunjungi kepulauan Nusantara, hubungan dengan China tetap terjalin dengan baik. Kurang lebih tahun 1560, sejumlah 500 kosakata telah dikumpulkan oleh Yang Lin, juru tulis kearsipan ibukota Dinasti Ming. Istilah-istilah yang sebagian besar berhubunggan dengan hasil bumi itu memperlihatkan adanya hubungan perdagangan yang ramai dengan China. Jadi bahwa bahasa Melayu yang kelak berkembang menjadi bahsa Indonesia telah menjadi bahasa persatuan (lingua franca).

BERDIRINYA RRC


2.1       Berdirinya Republik Rakyat China

            Pada tanggal 1 Oktober 1949 Mao Zedong mengumukan berdirinya Republik Rakyat China dengan ia sendiri sebagai ketuanya dan dibantu enam wakil: istri Dr. Sun Yat Sen (Song Qingling), Zhu De, Li Qishen, Zhang Lan, Liu Shaoqi dan Gao Gang. Beijing dinyatakan sebagai ibukota republik rakyat China yang baru ini. Pemerintah Mao lalu menjalin hubungan dengan Uni Soviet, sehingga malam harinya pemerintah Uni Soviet menyatakan pengakuannya bagi Republik Rakyat China serta memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Jiang. Pemerintah nasionalis segera terusir kembali dari Kanton pada tanggal 14 Oktober dan terpaksa pindah ke Chongqing. Inipun tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 28 November 1949, Tentara Merah berhasil menguasainya. Pemerintahan Jiang melarikan diri ke Taibei ytang terletak di pulau Formosa (taiwan), dimana pada tanggal 1 Maret 1950, Jiang memangku kembali jabatannya sebagai presiden. Menyerahnya Lu Han, gubernur Provinsi Yunnan, pada pihak komunis, menjadikan pemerintahan nasionalis tidak memiliki wilayah lagi di daratan China. Berikutnya pada bulan April 1950, menyusul Hainan jatuh ke tangan komunis.
            Negara-negara satelit Uni Soviet ikut menyatakan pengakuannya bagi Republik Rakyat China. India pun ikut mengakui kedaulatan China pada tanggal 30 Desember 1949 dan disusul Inggris pada tanggal 6 Januari 1950. Hubungan dengan Uni Soviet menjadi semakin erat dengan diundangnya Mao ke Moskow pada tanggal 15 Februari 1950 untuk membicarakan persahabatan diantara kedua negara. Uni Soviet menjanjikan bantuan dalam bentuk pinjaman keuangan serta transfer teknologi.

2.2       Masa Awal Republik Rakyat China

            Dengan kemenangan komunis, China meiliki pemerintahan pusat yang kuat. Tugas berat yang masih harus dilakukan adalah membangun kembali China yang hancur akibat penjajahan Jepang serta perang saudara. Pemerintah mengupayakan menjaga kestabilan sosial dan ekonomi. Mereka berupaya memberikan lebih banyak kekuasaan pada petani dan buruh dan sebaliknya memangkas kekuasaan kaum pemilik modal, tuan tanah, kapitalis, intelektual dan orang asing. Dilakukan juga modernisasi terhadap peralatan indistri, kereta api, sekolah, rumah sakit, bendungan, serta fasilitas umum lainnya. Singkatnya, partai komunis berjuang melakukan perubahan drastis pada tata cara kehidupan masyarakat, yang mencapai puncaknya pada Revolusi Kebudayaan tahun 1966.
Berbeda dengan Soviet yang menerapkan “kediktatoran proletariat”, China menggunakan sistem “kediktatoran demokrasi rakyat”,di mana para petani kaya dan rakyat bersatu membentuk front bersama. Beberapa jabatan tinggi diserahkan kepada orang non komunis, demi memberikan kesan bahwa pemerintahan yang baru dapat mewakili semua golongan. Meskipun demikian, kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Partai Komunis China.
Demi mencapai kestabilan dalam bidang keuangan pada bulan Mei 1949, pemerintah mengeluarkan mata uang baru yang disebut Renminpiao serta melarang penggunaan mata uang asing. Pemerintah mengalihkan perhatiannya pada para pemilik modal yang tidak bersedia diajak bekerjasama. Mereka menghembuskan propaganda jika pemilik modal melakukan penyuapan, penggelapan pajak dan mencuri milik negara. Pada bulan April 1952, 70.000 pengusaha dari Shanghai menjadi sasaran propaganda itu dan dicela habis-habisan di depan umum.
Dalam bidang agraria, tanah mulai dibagi-bagikan kepada rakyat. Masyarakat china dibagi menjadi 5 kelompok:
1.      Tuan tanah (landlords), mereka yang memiliki tanah luas.
2.      Petani kaya (rich peasants), mereka yang memiliki tanah terkadang mengerjakan sendiri juga memperkerjakan orang lain.
3.      Petani kelas menengah (middle peasants), mereka yang mengerjakan tanahnya sendiri.
4.      Petani miskin (poor peasants), mereka yang hanya memiliki tanah sempit.
5.      Orang yang tidak memilki tanah, dimana mereka harus menjual tenaganya untuk mengolah tanah orang lain.
Pemerintah merampas tanah milik para tuan tanah, tetapi mengizinkan mereka untuk tetap memiliki bagiannya yang ditetapkan pemerintah. Namun pada praktiknya, sering pengambil alihan tanah ini disertai kekerasan. Para kader partai yang iri dan petani-petani yang hendak membalas dendam, kerap membunuh para tuan tanah dan petani kaya. Setelah melalui pengadilan, mereka kehilangan tanah dan nyawanya sendiri. Pada bulan Desember 1952, pembagian tanah rampasan (yang disebut revolusi agraria) selesai sudah.
Agar para tuan tanah tidak timbul kembali, pemerintah kemudian menetapkan sistem kolektivisme yakni kepemilikan tanah bersama. Untuk membangun kembali dan memajukan bidang industri, pemerintah merencanakan apa yang dinamakan rencana lima tahun pertama yang dimulai pada tahun 1951. Hasilnya perindustrian mengalami peningkatan sebesar 25% pada tahun 1956. Produksi baja mencapai 5,3 juta ton, besi 5,8 juta ton, tenaga listrik 19.030 juta kwh, dan hasil pertanian 11,6% diatas target.

2.3       Putusnya Hubungan dengan Uni Soviet serta “Loncatan Besar ke Depan”

Pada tahun 1957 Mao Zedong menyimpulkan bahwa Uni Soviet tidak dapat dijadikan lagi sebagai modal pembangunan Cina. Karena kemajuan yang dicapai masih terlalu lambat serta sangat tergantung pada ilmuwan Soviet, selain itu keterbatasan dana masih belum dapat diatasi. Mao berpikir Cina perlu menemukan caranya sendiri untuk memecahkan permasalahan yakni dengan mengerahkan sumber daya yang sangat berlimpah berupa tenaga kerja.
Suatu kebijaksanaan baru yang disebut “Loncatan Besar ke Depan” (dayuejin) ditetapkan olehnya. Latar belakangnya adalah rencana Nikita Kruschev untuk menjalankan program yang disebut “Mengejar Negara Barat” demi meningkatkan perekonomian Soviet yang tertinggal oleh barat. Rencana ini dipandang sebagai ancaman oleh Mao, karena dengan majunya Soviet, Cina makin bergantung pada negara tersebut. Kebijaksanaan Mao ini dipandang sebagai pengimbang bagi rencana Soviet diatas, dimana Cina akan diubah dari negara agraris menjadi negara industri dalam sekejap mata saja.
Secara prinsip, program Mao ini adalah peningkatan produksi baja, industri ringan, dan konstruksi secara besar-besaran serta pengerahan tenaga rakyat secara besar-besaran. Bahkan petani yang semula bekerja di sawah dialihkan ke sektor industri. Sebagai gantinya kaum pria bekerja di pabrik dan kaum wanita diperintahkan bekerja di sawah-sawah.
Kebijaksanaan baru yang diawali pada tahun 1958 ini memang membuahkan berbagai hasil nyata seperti pembangunan jembatan, jalan kereta api, berbagai terusan, bendungan, pembangkit listrik, sarana pengairan, dsb. Pertanian juga mengalami peningkatan dari 1000 hingga 10.000%. Tetapi kebijaksanaan “Loncatan Besar ke Depan” ini akhirnya malah menuai bencana. Hasil panen gandum yang melimpah ruah pada tahun 1958 terpaksa dibiarkan membusuk di ladang, karena kaum pria yang seharusnya bertugas memanennya dikerahkan bekerja di pabrik. Ketika hasil panen merosot selama 2 tahun, para kader partai tetap melaporkan angka-angka yang fantastis kepada pemerintah pusat. Manipulasi ini mengakibatkan pemerintah mengira bahwa program baru yang dicanangkannya telah berhasil. Mereka mengambil sebagian besar gandum yang disangka sangat melimpah ruah hasilnya itu, sehingga tidak mencukupi lagi bagi rakyat dan akibatnya 30 juta rakyat meninggal karena kelaparan antara tahun 1959-1962.
Mao juga berambisi menjadi pemimpin dunia komunis menggantikan Uni Soviet. Pada tahun 1963 ia menuduh Kruschev mengkhianati komunisme dan beralih pada kapitalisme sehingga mempertanyakan posisi Soviet sebagai acuan bagi negara-negara komunis. Akibatnya hubungan dengan Soviet menjadi putus dan Kruschev menarik kembali semua ilmuwannya yang ada di Cina.

2.4       Revolusi Kebudayaan dan Wafatnya Mao

Kegagalan “Lompatan Besar ke Depan” menyebabkan kemunduran diri Mao sebagai ketua umum Republik Cina pada tahun 1959 dan diangkat Liu Shaoqi sebagai penggantinya., sementara itu Mao tetap menjabat sebagai ketua Partai Komunis China. Saat itu China masih dibayang-bayangi kegagalan kebijakan Mao.
Chen Yun, anggota tingkat lima Partai Komunis China serta seorang ekonom terkemuka menyarankan untuk membubarkan komuni raksasa yang terlalu sulit pengaturannya iru dan menerapkan perkembangan ekonomi yang lebih realistis, serta pemusatan perhatian pada bidang teknik ketimbang politik. Saran Chen ini yang barangkali telah disepakati sebelumnya oleh Liu, dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap pendukung fanatik Mao.
Kegagalan ini menyebabkan kritik lebih lanjut terhadap Mao. Pada konferensi komite pusat di Lushan yang diselenggarakan pada bulan agustus 1959, Peng Dehuai, Menteri Pertahanan saat itu, dengan terang-terangan mengecam Mao yang telah mengakibatkan kekacauan di dalam negeri serta memboroskan 2 juta yuan guna membangun pengecoran logam di desa-desa. Dalam konferensi itu sesungguhnya Mao mengakui kesalahannya. Ia mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, bahkan Konfusius dan Marx juga pernah melakukan kesalahan. Dikatakannnya pula bahwa dirinya yang pantas disalahkan atas semua itu, tetapi dengan cerdik ia mengatakan bahwa karena ada banyak pemimpin dalam pertai, kesalahan itu hendaknya dibagi rata.
Tergerak oleh penderitaan rakyat, Liu Shaoqi memiliki gagasan untuk melunakkan penindasan pemerintahterhadap kehidupan sosial-ekonomi rakyat. Dengan program “Tiga Milik Pribadi dan Satu Garansi”-nya (Sanzi yibao), Liu mengizinkan rakyat untuk mengerjakan tanah miliknya sendiri serta memiliki usaha kecil untuk dijual dipasar bebas. Hal ini tidak menyenangkan Mao yang mengkhawatirkan bangkitnya kapitalisme. Sementara itu banyak anggota partai yang tidak tertarik lagi dengan sosialisme serta kembali pada tradisi lama. Sebagai contoh pada bulan November 1962, Zhou Yang, wakil direktur Partai Komunis China, menyelenggarakan Forum mengenai konfusius di Shandong dalam rangka memperingati 2440 tahun kelahiran filsuf terkemuka di Cina itu. kekuasaan saat itu berada di tangan kaum moderat seperti presiden Liu Shaoqi dimana mereka tidak lagi meminta petunjuk Mao selaku ketua umum partai komunis dalam mengeluarkan kebijaksanaannya.
Untuk mengimbangi sepak terjang kaum moderat itu, Mao merencanakan gerakan pendidikan sosialis. Tapi ini juga gagal karena tidak didukung oleh anggota partai. Akhirnya untuk membersihkan pemerintah dari kaum moderat, Mao beralih pada para mahasiswa dan kaum muda yang masih mendukungnya. Mao menyerukan pada mereka untuk mengenyahkan orang-orang yang dipandang tidak sepaham dengannya. Kaum muda yang ingin diberi kesempatan berpartisipasi dalam pemerintahan menanggapi seruan itu dengan gembira. Mereka membentuk GARDA MERAH dan melakukan penghinaan serta penganiayaan terhadap penguasa setempat, kaum intelektual atau rakyat biasa yang tidak pro Mao.
Selain itu buku-buku yang memuat tentang ajaran tradisional bangsa Tionghoa serta benda-benda antik warisan leluhur juga dihancurkan oleh mereka. Meletuslah apa yang dinamakan Revolusi Kebudayaan. Revolusi ini dengan segera membawa negara dalam kekacauan. Kaum muda akhirnya lepas kontrol dan Mao tidak sanggup lagi mengendalikan mereka. Pejabat pemerintah atau penguasa setempat seringkali harus melarikan diri karena tindakan anarkis kaum muda yang makin brutal itu. pada akhir tahun 1966 kekacauan semakin menjadi-jadi. Keganasan GARDA MERAH membangkitkan kelompok-kelompok lain yang menentang mereka. Perkelahian antara mereka sering meletus di jalan-jalan. Antara bulan Desember 1966 hingga Januari 1967, Shanghai dilumpuhkan oleh bentrokan antar kelompok. Pihak yang dapat mengatasi kekacauan itu adalah tentara dan Mao sendiri saling meminta bantuan mereka untuk memulihkan ketertiban.
Untuk mengatasi kekacauan itu dibentuk pemerintahan sipil dan militer yang disebut Komite Revolusi. Usaha pemulihan itu memakan waktu lama sebelum dicapainya berbagai kompromi yang diawali pada musim panas 1967, setelah timbulnya kekacauan pada bulan Juli di Wuhan yang baru berakhir saat musim gugur 1969. Negara dan partai pada tahun 1967 praktis lumpuh dan dengan susah payah dibangun kembali, tetapi sementara itu pihak militer memperoleh kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya. Pada kongres ke 12 partai komunis Tionghoa pada bulan Oktober 1968, Liu Sahoqi dipecat dari jabatannya dan Mao dipulihkan kekuasaannya. Inilah satu-satunya tujuan revolusi kebuadayaan yang tercapai, yakni mengembalikan kekuasaan ke tangan Mao.
Kerugian yang ditimbulkan revolusi kebudayaan sungguh besar, seperti terhentinya kegiatan proses produksi. Seni dan buku-buku diawasi dengan ketat oleh negara. Sekolah dan universitas banyak yang ditutup. Sementara itu kesehatan Mao semakin memburuk dan wafat pada tanggal 9 September 1976. Era revolusi kebudayaan dianggap berakhir dengan wafatnya Mao. Kita dapat menyimpulkan bahwa revolusi kebuadayaan sebenarnya dipicu oleh pertentangan antara kubu radikal dan kubu moderat di dalam partai komunis Cina serta kegagalan kebijaksanaan “Lompatan Besar ke Depan”.

2.5       Sekilas Pemerintahan China setelah Wafatnya Mao

            Sepeninggalnya Mao Zedong terjadi perebutan kekuasaan di Cina. Perebutan kekuasaan itu terjadi antara Kaum moderat pimpinan Hua Guofeng dan kaum radikal pimpinan Jiang Qing, yang merupakan janda Mao Zedong. Jiang Qing memiliki ambisi untuk menjadi ketua partai komunis. Ia juga berkeinginan untuk mengangkat pendukung-pendukungnya menjadi oarang–orang penting dalam pemerintahan. Namun, Perebutan kekuasaan itu akhirnya dimenangkan oleh kelompok moderat. Sehingga Jiang Qing beserta pendukungnya ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1979, Cina telah berada di bawah pimpinan Deng Xiaoping. Dibawah pemrintahannya, China membuka hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Pemerintah Cina juga
menjalin hubungan dengan berbagai negara. Mereka juga berusaha
memodernisasi Cina dengan menerima bantuan dari luar negeri. Ini menunjukkan jika sepeninggal Mao Zedong, bangsa Cina telah banyak mengalami perubahan.

2.6       Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi dan Politik China.

2.6.1    Sosial dan Budaya China

Cina yang tadinya memuja revolusi komunis (yang berkaitan erat dengan radikalisme kelas pekerja, egalitarianisme, dan memusuhi imperi-alisme Barat) telah digantikan oleh Cina yang termodernisasi, dengan ekonomi industri kapitalis yang terintegrasi dengan dunia, penerapan konsep demokrasi, dan pengembangan SDM melalui sistem pendidikan yang maju. Ini merupakan bukti adanya penolakan pada revolusi atas nama modernisasi atau dengan kata lain penolakan pada sosialisme atas nama kapitalisme.
Negara ini telah lama mengalami masalah pertumbuhan penduduk. Dalam usaha membatasi perkembangan populasinya, RRC telah mengambil kebijakan yang membatasi keluarga di perkotaan (etnis minoritas seperti Tibet dikecualikan) menjadi 1 anak dan keluarga di pedalaman 2 anak saat yang pertama wanita. RRC telah mengintitusikan program pengambilan anak angkat internasional, di mana penduduk negara lain datang untuk mengangkat mereka, tetapi program ini menampakkan hasil yang tidak memuaskan.
Norma tradisional Cina diperoleh dari versi ortodoks Konfusianisme, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan bahkan merupakan bagian dari ujian pelayanan publik kekaisaran pada zaman dulunya. Akan tetapi keadaan tidak selalu begitu karena pada masa dinasti Qing umpamanya kekaisaran Cina terdiri dari banyak pemikiran seperti legalisme, yang di dalam banyak hal tidak serupa dengan Kong Hu Cu, dan hak-hak mengkritik kerajaan yang zalim dan perasaan moral invididu dihalangi oleh pemikir ‘orthodoks’. Sekarang, adanya neo-Konfucianisme yang berpendapat bahawa ide demokrasi dan hak asasi manusia sejajar dengan nilai-nilai tradisional Konfuciusme ‘Asia’.
Para pemimpin yang memulai langkah-langkah untuk mengubah masyarakat Cina setelah berdirinya RRC pada 1949 dibesarkan dalam lingkungan tua dan telah diajarkan norma hidup sesuai dengan lingkungan hidupnya. Meskipun mereka merupakan revolusioner yang mampu beradaptasi dengan zamannya, mereka tidak ingin mengubah budaya Cina secara besar-besaran. Sebagai pemerintah langsung, para pemimpin RRC mengganti aspek tradisional seperti kepemilikan tanah di desa dan pendidikan tetapi masih menyisakan aspek-aspek lainnya, misalnya struktur keluarga.
Revolusi Komunis di negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu, Buddha Therawada dan Buddha Tibet juga diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat 18 juta penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 14 juta Kristen (4 juta Katolik dan 10 juta Protestan) di negara ini.
Kebanyakan pemerhati luar berpendapat bahwa waktu setelah 1949 bukanlah sesuatu yang berbeda di RRC dibandingkan dengannya sebelum itu, malah merupakan penerusan cara hidup yang berpegang pada nilai-nilai lama masyarakat Cina. Pemerintah baru diterima tanpa protes apapun karena pemerintahan baru dianggap “mendapat mandat dari surga” untuk memerintah, mengambil-alih pucuk kepemimpinan dari kekuasaan lama dan mendapat rida para dewa. Seperti pada zaman lampau, pemimpin seperti Mao Zedong telah disanjung. Pergantian dalam masyarakat RRC tidak konsisten seperti yang didakwa.
Sepanjang masa pemerintahan RRC, banyak aspek budaya tradisi Cina dianggap sebagai seni lukis, peribahasa, bahasa, dan sebagainya yang lain telah coba dihapus oleh pemerintah seperti yang terjadi pada Revolusi Kebudayaan karena didakwa kolot, feodal dan berbahaya. Semenjak itu, Cina telah menyadari kesalahannya dan mencoba untuk memulihkannya semula, seperti reformasi Opera Beijing untuk menyuarakan propaganda komunisnya. Dengan berlalunya waktu, banyak aspek tradisi Cina telah diterima kerajaan dan rakyatnya sebagai warisan dan sebagian jati diri Cina. Dasar-dasar resmi pemerintah kini dibuat berlandaskan kemajuan dan penyambung peradaban RRC sebagai sebagian identitas bangsa. Nasionalisme juga diterapkan kepada pemuda untuk memberi legitimasi kepada pemerintahan Partai Komunis Cina.
Cina juga melakukan reformasi budaya yang dikenal dengan “Liberalisasi Pikiran”. Reformasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan sisi-sisi pengaruh konfusianisme dan budaya petani tradisional yang kurang sesuai dengan semangat pembangunan Cina. Di sisi lain, liberalisasi pikiran mendorong masyarakat Cina untuk mengaktualisasikan diri, aktualisasi diri itu merupakan sikap yang bertentangan dengan ajaran konfusianisme yang menekankan ajaran kebersamaan. Oleh sebab itu Deng mengatakan bahwa “kaya adalah mulia’. Selain itu, liberalisasi pikiran bertujuan untuk mengikis sikap petani tradisional yang pada umumnya cepat puas dan berpedoman bahwa hidup bukan untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup sehingga kerja tidak untuk mencapai prestasi.

2.6.2    Ekonomi

Sejak Mao “pergi menghadap Marx” pada September 1976, China menjadi negara yang “pragmatis” yaitu menggunakan sistem ekonomi pasar bebas ditengah tengah idiologi komunisme. Akhirnya tahun 1970-an, sesuai dengan hasil kongres ke-11 Partai Komunis China (Shiyi Da) Tanggal 12-18 Agustus 1977 yang dilaksanakan di Beijing, yaitu: reformasi ekonomi, dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar, dan modernisasi 4 bidang, yaitu industri, pertanian, ilmu dan teknologi, pertahanan nasional.
Kebijakan ekonomi China yang pragmatis ini didasarkan atas evaluasi pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut ”mencari kebenaran dari kenyataan konkret”, seperti ”sistem tanggung jawab rumah tangga” yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya, kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah China.
Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tecermin pada kebijakan ”pintu terbuka” bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing.
Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979, ekonomi China mengalami pertumbuhan amat menkjubkan. Sebagai hasilnya, ekonomi Cina menunjukkan dinamisme yang mencengangkan, antara tahun 1978 dan 1995, sumbangan Cina terhadap GDP dunia meningkat dari 5% menjadi 10,9%. Meskipun Cina masih tergolong miskin dalam konteks pendapatan perkapita, hasil ini telah memicu spekulasi tentang masa depan Cina. Bahkan ada pengamat yang mengatakan bahwa dengan keberhasilan Cina untuk tidak terseret dalam gelombang krisis ekonomi Asia, perekonomian Cina diperkirakan akan mampu menyamai Amerika Serikat pada sekitar tahun 2015.
Selain itu, Deng Xiaoping Den Xiaoping mengeluarkan kebijakan perombakan tata ekonomi RRC. Gagasan perombakan ini dituangkan dalam gagasan empat bentuk modernisasi RRC. Empat bentuk modernisasi ini mencakup bidang pertanian, industri, iptek, dan militer. Gagasan ini dikemukakan pada sidang pleno ketiga kongres Sentral Komite ke–XI Partai Komunis Cina (PKC) pada tahun 1978
.
2.6.3    Politik

Kehidupan bermasyarakat China pada masa RRC pada umumnya dipengaruhi oleh komunisme. Dari aspek politik, RRC menjadi sebuah sosial komunisme dengan sistim mono partai yaitu PKC. Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun terdapat sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang diadakan di peringkat kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap tegas mereka dari masa ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas pemilihan jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara otokratis untuk mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya, ia pada masa yang sama juga mencoba mengurangi penentangan dengan memajukan ekonomi, membenarkan tunjuk perasaan pribadi, dan melayani para penentang yang dianggap tidak berbahaya terhadap pemerintah secara lebih adil.

DAFTAR PUSTAKA
Taniputera,Ivan. 2009. The History of Cina. Ar-Ruz Media : Jogjakarta.
http://pandri-16.blogspot.com/2012/01/sejarah-awal-berdiri-negara-china.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/04/sejarah-negara-china.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://subpokmandarin.wordpress.com/2008/04/04/sejarah-china/
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://zegavon2go.blogspot.com/2012/01/geografi-tentang-cina-kondisi-fisik.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://saparuddin-sejarahkayong.blogspot.com/2012/05/kebijakanmao-zedong-rayat-hidup-mao.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://danilsyam.blogspot.com/2012/05/mao-zedong.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.