blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Selasa, 24 November 2009

Bunga melati obat tradisional untuk penyakit sakit kepala


Penyakit sakit kepala memang sering kita alami, obat tradisional sakit kepala ada banyak salah satunya bunga melati. Obat sakit kepala ini termasuk obat herbal karena dari tanaman obat indonesia.

Selain digunakan sebagai hiasan pengantin atau sebagai campuran minum teh, melati juga bermanfaat untuk berbagai keperluan. Kandungan kimia dalam bunga dan daunnya seperti indol, benzyl, livalylacetaat, terbukti efektif untuk:

* Demam dan sakit kepala

Ambil 1 genggam daun melati dan 10 kuntum bunga melati. Campur semua bahan, remas-remas dengan tangan, kemudian direndam dengan air dalam rantang. Cara menggunakannya, air rendaman ini digunakan untuk kompres dahi.

* Menghentikan ASI yang keluar berlebihan

Caranya, ambil satu genggam daun melati, tumbuk halus, kemudian tempelkan di seputar buah dada, setiap pagi sebelum mandi.

* Sakit mata

Penyakit mata yang ringan seperti mata merah atau belek karena iritasi, bisa diatasi dengan segenggam daun melati. Caranya, ambil satu genggam daun melati, tumbuk halus, kemudian tempelkan pada dahi. Bila sudah mengering ganti dengan yang baru. Ulangi sampai sembuh.

* Bengkak akibat serangan lebah

Caranya, ambil 1 genggam bunga melati, remas-remas sampai halus, kemudian tempelkan pada bagian yang tersengat lebah.

* Demam berdarah.

Rebus 7 lembar daun melati dan 1,25 gram belimbing dalam 250 ml air hingga menjadi 1 gelas air saja. Setelah dingin, saring dan minumkan pada penderita demam berdarah. Lakukan 3 hari berturut-turut dengan dosis 8 gelas per hari.

Minggu, 22 November 2009

Misteri Kalender Maya dan Ramalan Kiamat 2012


Dalam kalender bangsa Maya, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan dimurnikan, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.
Dalam sejarah peradaban kuno dunia, bangsa Maya bagaikan turun dari langit, mengalami zaman yang cemerlang, kemudian lenyap secara misterius. Mereka menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi. Kesempurnaan dan akurasi dari pada penanggalannya membuat orang takjub!
Sekelompok masyarakat yang misterius ini tinggal di wilayah selatan Mexico sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Banyak sekali pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka. Para arkeolog percaya bahwa Maya mempunyai peradaban yang luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari peninggalannya seperti buku-bukunya, meja-meja batu dan cerita-cerita yang bersifat mistik. Tetapi sayang sekali buku-buku mereka di perpustakaan Mayan semuanya sudah dibakar oleh tentara Spanyol ketika menyerang sesudah tahun 1517. Hanya beberapa tulisan pada meja-meja dan beberapa system kalender yang membingungkan tersisa sampai sekarang.
Seorang sejarahwan Amerika, Dr. Jose Arguelles mengabdikan dirinya untuk meneliti peradaban bangsa ini. Ia mendalami ramalan Maya yang dibangun di atas fondasi kalender yang dibuat bangsa itu, dimana prediksi semacam ini persis seperti cara penghitungan Tiongkok, ala Zhou Yi. Kalendernya, secara garis besar menggambarkan siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan manusia. Dalam karya Arguelles, The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam penanggalan Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami ‘The Great Cycle’ (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.
Orang Maya percaya bahwa semua benda angkasa pada galaksi setelah selesai mengalami reaksi dari sinar galaksi dalam siklus besar ini, akan terjadi perubahan secara total, orang Maya menyebutnya, penyelarasan galaksi (Galatic Synchronization). Siklus besar ini dibagi menjadi 13 tahap, setiap tahap evolusi pun mempunyai catatan yang sangat mendetail. Arguelles dalam bukunya itu menggunakan banyak sekali diagram-diagram untuk menceritakan kondisi evolusi pada setiap tahap. Kemudian setiap tahap itu dibagi lagi menjadi 20 masa evolusi. Setiap masa itu akan memakan waktu 20 tahun lamanya.
Dari masa 20 tahun antara tahun 1992-2012 itu, bumi kita telah memasuki tahap terakhir dari fase Siklus Besar, bangsa Maya menganggap ini adalah periode penting sebelum masa pra-Galatic Synchronization, mereka menamakannya: The Earth Generetion Priod (Periode Regenerasi Bumi). Selama periode ini bumi akan mencapai pemurnian total. Setelah itu, bumi kita akan meninggalkan jangkauan sinar galaksi dan memasuki tahap baru: penyelarasan galaksi.
Pada 31 Desember 2012 akan menjadi hari berakhirnya peradaban umat manusia kali ini, dalam perhitungan kalender Maya. Sesudah itu, umat manusia akan memasuki peradaban baru total yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan peradaban sekarang. Pada hari itu, tepatnya musim dingin tiba, matahari akan bergabung lagi dengan titik silang yang terbentuk akibat ekliptika (jalan matahari) dengan ekuator secara total. Saat itulah, matahari tepat berada di tengah-tengah sela sistem galaksi, atau dengan kata lain galaksi terletak di atas bumi, bagaikan membuka sebuah “Pintu Langit” saja bagi umat manusia.
Dalam perhitungannya, bangsa Maya tidak menyinggung tentang apa penyebab peradaban kali ini berakhir. Ada sedikit yang kelihatannya jelas, bahwa berakhirnya ‘hari itu’ sama sekali bukan berarti malapetaka apa yang datang menghampiri, melainkan mengisyaratkan kepada seluruh umat manusia akan adanya transisi dalam kesadaran dan spiritual kosmis, selanjutnya masuk ke peradaban baru. Tahun 755 Masehi, seorang rahib Maya pernah meramal, setelah tahun 1991 kemudian, akan ada dua peristiwa penting terjadi pada manusia yaitu kebangkitan kesadaran, dan pemurnian bumi serta regenerasinya.
Mulai 1992, bumi memasuki apa yang oleh bangsa Maya disebut ‘Periode Regenerasi Bumi”. Pada periode ini, Bumi dimurnikan, termasuk juga hati manusia, (ini hampir mirip ramalan orang Indian Amerika-Utara terhadap orang sekarang ini), subtansi yang tidak baik akan disingkirkan, dan substansi yang baik dan benar akan dipertahankan, akhirnya selaras dengan galaksi (alam semesta), ini adalah singkapan misteri dari gerakan sistem galaksi kita yang diperlihatkan oleh bangsa Maya.
Dari titik pandang ilmu pengetahuan umat manusia sekarang, hal itu benar-benar tidak dapat dipercaya. Mungkin saja bangsa Maya sedang membicarakan tentang galaksi Bima Sakti (Milky Way), yang mana ilmu pengetahuan dan teknologi kita belum juga sampai ke solar sistim, seperti pepatah orang Tionghoa mengatakan “Serangan musim panas tidak dapat menjelaskan es di musim dingin”. Fenomena kosmik yang diperlihatkan oleh kalender Maya adalah benar-benar berharga dari suatu penyelidikan yang serius oleh umat manusia sekarang ini.
ARAH RAMALAN ITU
Sejak tahun 1992 sampai 2012 nanti, bagaimana terjadi “pemurnian” dan bagaimana pula terjadi “regenerasi” pada bumi kita ini, tidak disebutkan secara detail oleh bangsa Maya. Dalam ramalan mereka pun tidak menyinggung tentang apa hal konkret yang memberikan semangat manusia untuk bangkit dari kesadaran dan bagaimana bumi mengalami permurnian, yang ditinggalkan oleh mereka kepada anak cucunya (barangkali tidak tercatat). Lantas, fenomena baru apa yang sudah bisa kita lihat sejak tahun 1992 sampai sekarang yang bisa kita kaitkan dengan ramalan bangsa Maya yang beradab itu?
Mengamati peristiwa besar 10 tahun belakangan ini (1992-2002), kelihatannya karakter alam semesta, ‘Zhen, Shan, Ren,’ (sejati, baik, sabar) yang diajarkan oleh Master Li Hongzhi, sebagai efek yang sedang ‘memurnikan’ hati manusia dan bumi ini. Kami menemukan dua bilangan yang bermakna, pada 1992 adalah persis tahun pertama kalinya Li Hongzhi mengenalkan ajarannya secara terbuka kepada masyarakat, ditengah-tengah kemrosotan moral umat manusia yang parah.. Dari tahun 1992-1999, dalam waktu yang singkat ini, pengikut latihan kultivasi jiwa dan raga ini sudah mencapai hampir 100 juta orang di daratan China. Kini, latihan ini bahkan sudah menyebar kelebih 60 negara. Melalui kultivasi yang terus-menerus, latihan ini dapat mencapai tujuan mengganti sel-sel manusia dengan materi energi tinggi dan meningkatkan moral manusia sesuai karakter alam semesta serta kembali ke jati diri yang asli.
Mungkin sudah diatur, bahwa kalender Maya tidak hilang dan sejarah manusia, dan harus diuraikan dengan kode oleh manusia sekarang. Namun ia tetap saja harus dilihat, apakah umat manusia yang terpesona oleh konsepsinya yang trerbentuk sesudah kelahiran dapat menembus batas-batas untuk mengingatkan dan memahami kebenaran yang melampoi sistim pengetahuan kita.

Rabu, 18 November 2009

Antara AgaMa & BuDaya

Kebudayaan atau tradisi seperti ini adalah cara kita dalam suatu kelompok masyarakat melakukan sesuatu hal, pesta ulang tahun, perkawinan, perayaan dan peristiwa-peristiwa lain. Hal ini bisa berarti baik atau buruk, terkadang sejalan dengan kitab suci Al Quran dan terkadang bertentangan. Yang berbahaya adalah ketika kita menggabungkan kebudayaan atau tradisi dengan cara hidup (Din) yang sesuai dengan ajaran dalam Quran.

Allah telah memberikan kita kitab suci Al Quran sebagai petunjuk bagi kehidupan spiritual dan kegiatan kita sehari-hari. Allah telah menyatakan dengan jelas dalam Al Quran bahwa kitab suci ini lengkap, sempurna dan terperinci dan bahwa apapun yang ingin kita ketahui atau yang ingin kita capai dalam hidup, dapat ditemukan di dalamnya.

Jadi jika anda menambahkan segala jenis kegiatan atau ritual kedalam cara hidup yang tidak sejalan dengan Al Quran, itu berarti anda menyekutukan Tuhan atau syirik, sederhana saja. Jadi segala kegiatan yang ada kaitannya dengan Din-nillah, harus ada dasarnya dalam Al Quran, jika tidak, berarti tidak ada hubungannya dengan Din-nillah.

Anda mungkin bertanya bagaimana seharusnya kita melaksanakan semua tindakan dan ritual yang kita lakukan sebagai seorang Muslim jika tidak ditemukan dalam Al Quran? Jawabannya sangat sederhana, kita tidak perlu melakukannya!

Pernyataan diatas mungkin mengejutkan dan membuat takut kebanyakan Muslim saat ini. Mengapa?? Karena AGAMA mereka memiliki banyak sekali tindakan atau kegiatan atau tradisi atau ritual yang tidak ada dasarnya dalam Al Quran. Jadi darimana mereka mendapatkan dasar untuk semua praktisi atau ritual ini? Mereka mendapatkannya dari keluarga mereka, tradisi dalam satu suku, ulama dan hadis. Kebanyakan ritual yang dilakukan diambil dari kumpulan hadis-hadis.

39:23 “Allah telah menurunkan perkataan (hadis) yang terbaik, kitab yang tetap mutunya, dan menjelaskan dari segala cara. Kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya gemetar, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya".

Jadi, jika anda ingin menjalankan kehidupan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, cobalah untuk mempelajari Al Quran. Sayangnya, banyak sekali terjemahan Quran yang condong mengambil masukan dari budaya dan tradisi dan hadis-hadis, sehingga tidak mudah mencari terjemahan Quran yang murni dan benar. Saya berharap pada saatnya nanti lebih banyak orang yang akan menterjemahkan Quran dengan benar dan juga bahwa semua yang menyebut dirinya Muslim akan mengikuti Din Allah, dan berhenti jadi pengikut Sunni Muslim, Syiah Muslim, dan aliran-aliran ciptaan lainnya.

Allah memerintahkan kita untuk membaca, untuk mempelajari dan mentahkikkan segala sesuatunya untuk diri kita sendiri, bukannya secara membabi buta mengikuti nenek moyang kita, kelompok-kelompok, imam-imam, kaum ulama dan kumpulan hadis-hadis.

17:36 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.

2:170 “Dan ketika dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang diturunkan Allah, mereka berkata: Tidak! Kami hanya mengikuti apa yang diikuti oleh nenek moyang kami. Walaupun apa yang diikuti oleh nenek moyang mereka sama sekali tidak masuk akal atau tidak mengikuti jalan yang benar”.

3:138 “Al Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.

Wassalam

Jumat, 13 November 2009

विस्ता कवह ijen


wisatawan mencanegara (wisman) mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen yang memiliki ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl), selama Januari hingga pertengahan Oktober ini.

Kepala Balai Konservasasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jawa Timur di Jember, Abdullah Efendi Abbas, Selasa (20/10), mengatakan, TWA Kawah Ijen merupakan kawasan BKSDA Jatim yang sering dikunjungi oleh wisman dibandingkan kawasan cagar alam dan TWA lainnya. "Wisatawan asing yang berkunjung ke Kawah Ijen paling banyak pada bulan September hingga November," kata pria yang akrab disapa Abbas ini.

Menurut dia, tidak hanya wisman yang berkunjung ke Kawah Ijen, namun wisatawan domestik dari berbagai kabupaten juga tertarik mengunjungi kawah yang memiliki pesona yang luar biasa. "Sejak Januari hingga Oktober ini jumlah wisatawan domestik mencapai 2.634 pengunjung," katanya.

Pesona Ijen tidak hanya kawahnya yang sering berubah warna, namun aktivitas penambang tradisional yang mengambil belerang dari bibir kawah dan mengangkutnya secara manual (rata-rata 70 kg), merupakan objek menarik.

Ia mengemukakan, kunjungan wisatawan ke Kawah Ijen terdiri dari tiga kategori yakni untuk penelitian, rekreasi dan pendidikan sehingga BKSDA juga memberikan izin kepada wisatawan sesuai dengan kebutuhannya. "Selama tahun 2008, tercatat 67 kunjungan ke Kawah Ijen untuk penelitian dan pendidikan. Sedangkan sisanya sebagian besar untuk rekreasi," katanya menerangkan.

Ia menjelaskan, pihaknya melakukan koordinasi dengan petugas vulkanologi di sana apabila sewaktu-waktu ada getaran atau gas beracun yang keluar dari Kawah Ijen. "Kami akan menutup kawasan TWA Kawah Ijen apabila ada rekomendasi dari petugas vulkanologi terkait dengan gejala alam yang membahayakan wisatawan," ujarnya.

Sejauh ini, kata dia, BKSDA berupaya untuk merubah status Kawah Ijen dari TWA menjadi Taman Nasional, supaya pengelolaan kawasan tersebut lebih maksimal dengan melibatkan sejumlah kabupaten yakni Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. "Kami berharap, ada pengelolaan yang lebih baik ketika status Kawah Ijen berubah menjadi Taman Nasional, supaya wisatawan asing dan domestik lebih sering berkunjung ke obyek wisata yang menjadi primadona itu," katanya.

Palestina, Antara Logika Agama, Politik dan Kemanusiaan

Agresi Israel ke jalur Gaza, Palestina, telah memakan ribuan korban tewas dan ribuan lainnya terluka, berat dan ringan. Mereka yang menjadi korban pertikaian semata terdiri atas anak-anak dan ibu-ibu. Karenanya, meski bukan melulu persoalan agama, tetapi seharusnya umat Islam beserta pemimpin dunia Islam bersatu membangun solidaritas politik, untuk masa depan dunia Islam dalam menjaga kesinambungan peradaban Islam yang kini terkoyak-koyak.

Menyikapi agresi Israel yang mengabaikan seruan dunia untuk berdamai itu, hampir jamak publik dunia mengecamnya. Meski begitu, beragam persepsi bermunculan. Ada yang melihat agresi Israel itu dengan berangkat dari latar sentimen keagamaan. Sementara lainnya, mengasumsikan sebagai problem politik yang berkepanjangan (bahkan mungkin laten) itu, baik antara Israel dengan Palestina maupun konflik internal warga Palestina dari kubu Hamas dan Fatah. Tetapi masyarakat dunia seakan "sepakat" melihatnya sebagai tragedi kemanusiaan.

Logika Agama

Meskipun agresi Israel ke jalur Gaza Palestina, bukanlah karena sentimen keagamaan melainkan konflik berkepanjangan soal teritorial sejak Israel menjadi "negara" tersendiri, tetapi tidak dapat dipungkiri, jutaan umat Islam seantero dunia, tidak terkecuali di Indonesia, menunjukkan solidaritas dunia Islam. Logika agama ini secara rasional mendapatkan pembenaran dengan melihatnya dalam perspektif sentimen keagamaan, bahwa Palestina adalah "negara Islam" yang diisolir sekian lamanya oleh "negara Zionis" kaum Yahudi.

Mengurai sentimen keagamaan dengan memposisikan Islam versus Yahudi melahirkan persepsi terjadinya perang berjubah agama. Persepsi ini kian dikuatkan dengan mengendus jejak Israel dalam memperdayai Palestina dalam perang yang berkepanjangan dengan memakan korban jutaan umat Islam Palestina dan menghancurkan sejumlah situs-situs peradaban Islam.

Konflik Israel dan Yahudi yang diurai dalam bentangan historisasi menyisakan kisah berkepanjangan, di mana Israel dan Palestina secara geografis merupakan tempat lahir sejumlah nabi dan rasul bagi agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Berangkat dari akar historisitas tersebut memberi harapan kecil akan terciptanya perdamaian di zona tersebut. Sentimen sejarah cukup berpengaruh terhadap masa depan kedua "negara agama" yang kini jadi perhatian publik dunia.

Bahkan penulis pernah menyimak uraian kuliah salah seorang dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beberapa tahun silam, dalam pertemuan perkuliahan, yang menyatakan bahwa Palestina seharusnya diserahkan saja kepada Israel, sehingga masing-masing agama besar di dunia memiliki kota agama, seperti agama nasrani di Vatikan, Roma, dan Mekah-Medinah untuk umat Islam, dan Yahudi di Yerusalem, Palestina.

Dosen sejarah UIN tersebut berangkat dari sentimen sejarah dan bukan dari sentimen agama. Tetapi dapat diduga, guru besar sejarah peradaban Islam UIN Jakarta sontak menuai kritik pedas dari sejumlah mahasiwanya yang menentang pendapatnya.

Tampaknya persoalan tersebut menjadi laten, di mana umat Islam diyakini tidak akan "rida" dengan kehadiran Israel di Palestina. Sebab umat Islam menjadikan Yerussalem sebagai kota suci umat Islam. Bahkan pernah menjadi kiblat umat Islam dan menjadi tempat isra mikraj nabi dari masjidil haram Mekah menuju masjidil aqsa di Palestina. Sentimen agama inilah yang menjadi salah satu komoditas agama bagi solidaritas umat Islam dunia dalam memperjuangkan kebebasan Palestina dari kezaliman negara zionis, Isreal.

Komoditas Politik Barat

Selain sebagai komoditas agama, konflik Israel dan Palestina, acapkali diasumsikan sebagai komoditas politik Barat, khususnya dengan negara adikuasa, Amerika Serikat. Stigma tersebut sulit dibendung sebab menjelang pelantikan Barack Obama sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat, penarikan pasukan Israel dari jalur Gaza dilakukan menjelang dan pasca dilantiknya Obama. Hal itu menyiratkan bahwa Israel sengaja memberi "kehormatan" kepada negara adikuasa tersebut dengan menciptakan perdamaian di Gaza, meski semu.

Siapa di belakang Israel yang menyuplai persenjataan dan "garansi agresi" selama ini? Dapat ditebak bahwa secara jamak, Amerika Serikat dianggap negara yang merepresentasikan negara-negara Barat, yang memanjakan Israel sehingga kekuatan dunia sekaliber PBB yang berkutik sedikitpun selama membombardir Hamas berikut masyarakat Palestina di jalur Gaza, yang hingga kini telah mengorbankan ribuan jiwa tewas.

Intervensi Barat terhadap agresi Isreal di Gaza menguatkan pandangan yang mengklaim konflik abadi kedua negara itu, senantiasa dijadikan sebagai komoditas politik barat. Betapa ketika kaum zionis itu memorakporandakan pemukiman masyarakat sipil di Gaza, dunia Barat sedikitpun tidak menunjukkan solidaritasnya.

Ironisnya, sejumlah petinggi negara Islampun tampak kurang tegas dalam merespons penyerangan kaum zionis Yahudi, meski secara nyata mengorbankan umat Islam yang tak berdosa. Maka untuk menyikapi hal ini, tentunya tidak dapat dilihat dalam perspektif dan logika agama semata, melainkan logika politik global.

Perlawanan Hamas di jalur Gaza dengan melancarkan serangan bom di kawasan Israel, bukanlah peperangan berbalut jihad. Demikian animo sejumlah petinggi dunia Islam, sebab sebagian mereka justru menengarai Hamas sebagai teroris. Jika stigma teroris ini disematkan pada kelompok Hamas, maka mereka justru menjadikannya sebagai musuh bersama.

Pertikaian antara kelompok Hamas dan kelompok Fatah di Palestina menjadi "ladang konflik" yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan Israel dan dunia Barat untuk mengadudombanya, sehingga konflik horizontal kian menjalar dan tidak berakhir. Kedua kelompok yang bertikai itu, juga memiliki basis yang berbeda, yakni basis Sunni dan Syi'ah.

Jika perbedaan mashab itu yang dikembangkan, maka dipastikan akan terjadinya perang saudara yang tidak berkesudahan. Hal ini sangat memiriskan sebab konstelasi politiknya berada dalam pusaran konflik agama pula. Rasionalisasi ini dirujukkan pada kasus pertikaian sunni versus syi'ah pasca agresi Amerika Serikat di Iraq. Mereka dengan mudahnya menjadi jebakan Barat dengan mengadu domba antar firqah mashab.

Bagaimanapun gencatan senjata di jalur gaza antara Hamas dan Zionis Israel mulai diberlakukan menjelang dan pasca pelantikan Barack Obama itu, tetapi implikasi agresi Israel ke jalur Gaza telah menelan korban ribuan jiwa.

Tragedi kemanusiaan akibat agresi Israel di jalur Gaza menghentak belahan dunia tanpa mengenal sentimen agama atau sentimen politik. Terjadinya kerusakan akut di pemukiman sipil Palestina di jalur Gaza dan jatuhnya ribuan jiwa yang tewas akibat serangan yang membabi buta itu, patut kita jadikan titik balik bahwa lemahnya solidaritas pemimpin dunia dalam melindungi negara-negara Islam yang terjajah atau dizalimi seperti Palestina.

Di luar itu, umat manusia yang mengedepankan nilai-nilai universal kemanusiaan di berbagai belahan dunia, sejatinya diapresiasi sebagai wujud kebersamaan dengan kesadaran, bahwa nilai seorang manusia senilai dengan manusia seantero dunia.

Tetapi adakah jiwa kemanusiaan bagi mereka, yang justru mengedepankan egoisme kekuasaannya, seperti Israel yang berada dibawah bayang-bayang Amerika? Nihil diharapkan. Karenanya, meski bukan melulu persoalan agama, tetapi seharusnya umat Islam beserta pemimpin dunia Islam bersatu membangun solidaritas politik, untuk masa depan dunia Islam dalam menjaga kesinambungan peradaban Islam yang kini terkoyak-koyak. Akankah pemimpin dunia Islam dapat membangun (kembali) peradaban Islam dalam bingkai solidaritas agama, politik dan kemanusiaan? Wallahu a'lam. (**)