blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Minggu, 30 Desember 2012

FUNAN EMPIRE


2.1 Berdirinya Kerajaan Funan

Funan berdiri pada abad pertama masehi merupakan sebuah kerajaan Hindu purba pertama di Asia Tenggara yang, hal tersebut berdasarkan sumber yang didapat dari Cina. Funan adalah kerajaan yang berasal dari negara Kamboja selatan.
Funan adalah pengucapan Cina untuk kata ‘bnam’yang berasal dari bahasa Khmer kuno yakni ‘Phnom’ (artinya gunung). Di samping menggunakan nama-nama Sanskrit,raja-raja negeri ini juga menggelarkan diri mereka sebagai Sailenraja atau 'Raja Gunung'.Dalam bahasa tempatan ia digelar 'kurung bnam' yang juga bermaksud 'raja gunung'.Bangsa Funan dikenalpasti dari rumpun Melayu. [1]
Wilayah kerajaan Funan meliputi daerah Vietnam Selatan (sekarang) dan Kamboja. Pusat kerajaan berada di Viyadhapura (bandar pemburu), berlokasi dekat bukit Ba Phnomp daerah Pre Veng, Kamboja. Bandar pelabuhannya adalah Oc Eo yang berada di delta Sungai Mekong di pantai teluk Siam.
Menurut berita Cina (yang ditulis oleh Kang Tai yang datang bersama Chu Ying pada abab ke 3 M), kerajaan Funan didirikan oleh seorang Brahmana dari India bernama Kaundinya dari India, yang disebut Hun t’ien dalam bahasa Cina. Ia berhasil mengalahkan penduduk setempat kemudian menikahi putri Liuyeh (Nagisoma), lalu didirikanlah dinasti Funan yang memerintah selama satu setengah abad. Ia mendirikan Funan pada tahun 75 M.
Funan sebagai kerajaan maritim, sehingga sebagian besar pemasukannya bergantung pada kekuasaannya di laut. Funan memiliki armada laut yang sangat kuat, ia berhasil membajak hampir seluruh wilayah perairan di Asia Tenggara. Setiap perahu yang berlayar tinggal memilih menyerah, mati, atau menjadi budak yang diperjualbelikan. Menyerah berarti berlabuh di Funan, membayar bea cukai dan memenuhi segala permintaan para pembesar.
Lambat laun Funan memperluas wilayahnya, Funan juga mendirikan pangkalan serta benteng di seluruh pantai daratan Asia Tenggara. Funan menjadi  suatu imperium yang sangat kuat sejak didirikan pangkalan laut dan benteng. Memasuki abad ke IV sampai ke V, Funan berhasil menguasai seluruh perairan Asia Tenggara. Sementara di perairan Indonesia yang dikuasai Funan, dijadikan sebagai lalu lintas perdagangan rempah-rempah, binatang, dan kayu cendana.
Menurut sejarah Liang, Hunten digantikan oleh putranya Hun Pa Huang yang meninggal pada usia lebih dari sembilan puluh tahun dan digantikan anak lelakinya yang kedua bernama Pan-Pan yang menyerahkan kekuasaannya kepada seorang panglima besar bernama Fan Shih Man (menurut sejarah Chi Selatan). Pan-pan memerintah selama tiga tahun, kemudian digantikan oleh Fan Shi Man. Peristiwa tersebut kemungkinan terjadi pada awal abad ke tiga.
Adapun raja-raja yang memerintah Funan, antara lain ; Kaundinya, Fan Shih Man, Fan Sun, Kaudinnya Jayawarman, dan Rudravarman.
Kaundinya yang dalam bahasa cina disebutkan sebagai Hun-T’ien pendiri kerajaan Funan, dinastinya memerintah kurang lebih selama satu setengah abad. Dijelaskan juga bahwa kaundinya diperkirakan datang dari India, semananjung melayu, setelah sampai didaerah baru tersebut berhasil mengalahkan ratu setempat yaitu Liu-yeh mengawininya kemudian mendirikan dinasti baru yang memerintah satu setengah abad. Menurut Liang History (Hall, 1988:32) seorang brahmana dari India bernama Kiao-Chen-ju (diduga sebagai terjemahan dari nama Kaundinya) secara gaib pergi dan memerintah kerajaan Funan, sayangnya selama pemerinthannya tidak ditemukan angka tahun.
Jayavarman atau Kaundinya Jayavarman, menurut Hall (1988:32) adalah raja terbesar setelah Kaundinya, mengenai kapan mulai memerintah tidak adanya kejelasan, namun diketahui Kaundinya Jayavarman wafat pada tahun 514.
Rudrawarman (didalam bahasa Cina disebut sebagai Fan Shih-Man), Rudrawarman menggantikan ayahnya yaitu Jayavarman tahun 514. Diceritakan dalam Liang History, Rudrawarman sebagai merampas mahkota, ia dilahirkan dari selir  ayahnya, pada waktu ayahnya meninggal, Rudrawarman membunuh pewaris tahta resmi (mungkin Gunavarma) dan kemudian memegang kekuasaan. Pada masa pemerintahannya antara 517-539 ia pernah mengirimkan misinya di Cina.[2]
Fan Shih Man adalah seorang raja sekaligus imperialis yang memiliki banyak vassal. Kekuasannya sangat luas, ia menbangun angkatan laut  yang menguasai perairan Asia Tenggara. Fan Shih Min meninggal dalam ekspedisi penaklukkan kerajaan Chin Li.
Pada masa pemerintahan Fan Sun, Funan mendapat kunjungan dari Cina. Sepanjang pemerintahannya, hubungan diplomasi dengan Cina berjalan baik sampai tahun 287 M. Tetapi rupanya hubungan dengan Cina tidak selalu baik, karena kemudian raja Fan Sun mengadakan perjanjian dengan Fan Hsiung (raja Lin Yi) dari Campa untuk bersama-sama berperang melawan Ciao Ci (Tiongkok). Buku sejarah Cina menyebutkan peristiwa ini bahwa Lin Yi-negara penyerang didirikan oleh Chu Lien yang memanfaatkan kelemahan Dinasti Han (206-221 SM) dengan mendirikan kerajaan sendiri pada tahun 192 SM. Demikian daerah kerajaan Lin Yi lebih dikenal dengan nama ‘Campa’.
Sampai tahun 357 tak ada berita tentang Funan. Dalam berita Cina dikabarkan tentang upeti dari raja Funan bernama Chantan, beragama Hindu. Chantan adalah sebutan Cina kepada gelaran Candan, yakni gelar raja-raja Khusana keturunan Khanishka (India), di mana Funan pernah mengadakan hubungan dengan daerah tersebut pada abad ke 3 M.
Menurut Liang History seorang pengganti Chantan adalah seorang Brahmana dari India bernama Kiao-Chen-Ju secara gaib pergi dan memerintah di Funan. Menurut cerita ia diterima baik oleh rakyat yang memilihnya menjadi raja mereka. Namanya diduga terjemahan Cina dari ‘Kaundinya’.
Dengan demikian dapat ditarik sebuah teori, bahwa raja Funan mungkin berasal dari India (keturunan Khunishka) yang lari ke Funan karena penaklukkan India Utara oleh Samudera Gupta (335-375), raja kedua dinasti Gupta.[3]
Raja terbesar dalam sejarah Funan adalah Kaudinya Jayarman yang meninggal tahun 514 SM. Tidak ada sumber yang menyebutkan kapan raja ini memerintah. Kaudinya Jayawarman adalah adalah raja pertama Funan yang dikenal nama aslinya. Setelah ia meninggal, timbul pemberontakan vassal Funan, yaitu Cenla di bawah raja Citra Sena. Pada tahun 627, masa pemerintahan Isanawarman, Funan disatukan dengan Cenla.

2.2.1 Kondisi Sosial Masyarakat Funan       
                  Cerita ini ada dalam Southern Ch’i History yang  juga berisi catatan tentang kerajaan seperti zaman jayavarman. Ini sebuah gambaran tentang rakyat pengarung lautan, yang menyangkut barang dagangan dan rampasan dan senatiasa menjarah tetangga-tetangganya. Raja bersemayam di istana yang atapnya bertingkat-tingkat, sedang rumah rakyat dibangun atas onggokan dan atapnya dari daun bambu. Rakyat melindungi tempat tinggalnya dengan pagar kayu. Pakaian nasionalnya sepotong kain yang diikatkan di pinggang. Olahraga nasionalnya ialah sabungan ayam dan adu babi. Hukuman adalah berupa siksaan. Raja naik gajah dalam pemeriksaan umum.
             (Liang History) menambahkan bukan hanya raja tetapi seluruh keluarga raja sampai pada selir naik gajah. Dewa langit dipuja. Ini diwujudkan dalam patung tembaga: beberapa   yang dengan muka dua dan tangan empat, yang lain dengan empat wajah dan dengan delapan tangan jelas menujukan pemujaan harihara. Mayat diperlakukan dengan empat cara: dengan melemparkan ke arus sungai, membakarnya, mengubur dalam lubang parit, dan dengan menyajikannya pada burung-burung. Cerita ini juga menjukan adat mandi yang masih diketemukan di kamboja dan dikenal sebagai Trapeang,  penggunaan bak mandi umum bagi sejumlah keluarga.

2.2.2 Kondisi Ekonomi dan Politik Kerajaan Funan
Kerajaan Funan mengalami kemajuan pesat dalam bidang Ekonomi, Kemajuan dalam bidang ekonomi tentunya dalam bidang pertanian dan perdagangan. Funan adalah Kerajaan Agraris yang memiliki pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan militer di daratan Indocina. Bukti bahwa Ekonomi Kerajaan Funan mengalami kemajuan yang sangat pesat dapat dilihat dari perkembangan masyarakat Funan yang sebagian mengandalkan bidang pertanian dan perkebunan sebagai mata Pencaharian masyarakat Funan.
            Dalam bidang perdagangan Funan memiliki pelabuhan laut yang sangat kuat dan menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat strategis wilayah  Asia Tenggara dan daratan Indocina. Sehingga menjadi pusat perdagangan pada masa perundagian dan jalur Sutera menjadi salah satu aspek maju dan berkembangnya aktivitas perdagangan diwilayah Indocina dan Asia Tenggara. Komoditi yang terbesar dalam aktivitas perdagangan di Kerajaan Funan antara lain, Gerabah, Keramik, dan barang- barang dari perunggu, yang merupakan pengaruh dari Kebudayaan Dong Son di Vietnam, sehingga secara tidak langsung pengaruh Cina terhadap perkembangan Kerajaan Funan di Kamboja, menjadi pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Funan kedepannya.
Dalam bidang politik seperti yang digambarkan dalam Deskripsi singkat tentang Kerajaan Funan diatas, dijelaskan bahwa Kerajaan Funan memiliki sistem politik yang Feodal, dengan saling menguasai wilayah di Asia Tenggara dan dapat dikatakan bahwa Kerajaan Funan merupakan Kerajaan Adikuasa pada masa itu dengan menguasai seluruh wilayah perairan dan daratan Indocina. Dan Funan  pun memiliki angkatan laut yang sangat kuat sehingga menambah pertahanan Laut Kerajaan Funan semakin kuat di dalam menaklukan wilayah- wilayah yang berada di Asia Tenggara dan sekitarnya. Raja memiliki kekuasaan yang sangat mutlak (Absolut) di dalam menjalankan tata pemerintahan di Kerajaan Funan, sehingga raja sangat ditinggikan statusnya oleh masyarakat Kerajaan Funan, bahkan dapat dianggap sebagai titisan dewa yang sangat dimuliakan.  Sehingga dengan adanya tata pemerintahan dan pertahanan seperti diatas mustahil Funan sebagai The First Arest Power (Asia Tenggara Pranasionalisme :48), Funan dapat ditaklukan oleh Kerajaan- kerajaan lain yang terdapat dipesisir daerah Indocina dan Asia Tenggara, seperti Kerajaan Chenla dan Angkor. Tetapi setelah meninggalnya Raja Rudravarmanpada tahun 550 M, keadaan menjadi terbalik, timbul pergolakan di dalam tata pemerintahan Kerajaan Funan yang akhirnya dapat menggulingkan Funan dibawah penyerangan Kerajaan Chenla, yang menjadi salah satu Kerajaan yang dikuasai Funan pada waktu itu. Sehingga berakhirlah sudah kejayaan Kerajaan Funan sebagai Kerajaan The Man Power di wilayah Asia Tenggara, dan berganti dengan masa pemerintahan Kerajaan Chenla yang telah berhasil menaklukan Kerajaan Funan, sebagai Kerajaan Hindu Purba pertama di Asia Tenggara yang sangat kuat di dalam struktur pemerintahannya.

      Kerajaan Funan mengalami kemunduran pada akhir abad IV karena mendapat serangan dari tentara Kerajaan Chenla tepantya pada masa pemerintahan Raja Rudravarman (550 M) , dengan jatuhnya Kerajaan Funan ini, maka pada abad V terjadilah revolusi Kepercayaan di wilayah Asia Tenggara, yakni di daratan Asia Tenggara mengalami Absolutisme dewa raja yang berpusat pada pendewaan raja (dewa raja kultus). Dan Chenla sebagai penakluk yang berhasil menguasai Kerajaan Funan inilah yang membawa pengaruh kepercayaan ini sehingga secara tidak langsung mulailah berkembang kepercayaan Absolutisme dewa raja, walaupun pada saat pemerintahan Funan pengaruh ini sudah mulai diterapkan tetapi baru berkembang saat perpindahan kekuasaan dari Funan ke Kerajaan Chenla. [4]


Kerajaan Funan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam  perkembangan peradaban Kuno di Indonesia, terutama dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan setempat yang mulai mengalami perubahan sejak masuknya pengaruh Indianisasi di wilayah Asia Tenggara, sehingga muncul Kerajaan- kerajaan yang mendapat pengaruh dari Agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Bukan hanya itu pengaruh dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan pun masyarakat Indonesia mengalami perubahan, dalam bidang Kebudayaan pengaruh Funan sangat terlihat dari barang- barang peninggalan sejarah yang ditemukan seperti Nekara, Tembikar,dan barang- barang yang terbuat dari perunggu yang pada masa Kerajaan Funan menjadi salah satu Komoditi barang dagang yang paling terkenal, sehingga secara tidak langsung pengaruhnya sampai ke Indonesia, yang juga erat dengan perkembangan Kebudayaan Dong Son di Indonesia.      
Dalam bidang Religi dan Kebudayaan yang dapat dilihat dari pengaruh Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban masa Kuno di Indonesia, yang utama adalah masuknya pengaruh Indianisasi ke Indonesia yang mengubah segala jenis Kepercayaan (Religio Naturalism), beralih kepada Kepercayaan Agama Hindu- Buddha, sehingga di Indonesia muncul banyak Kerajaan bercorak Hindu- Buddha yang sangat kental hubungannya dengan pengaruh dari Kerajaan Funan dan India. 




[1] Hall, D.G.E, 1979:34. Sejarah Asia Tenggara


[2] Sumaryono, 2006. SEJARAH ASIA TENGGARA 1, jember : FKIP Universitas Jember hlm. 5


[3]  peristiwa ini mungkin yang menjadi alasan mengapa didapatnya pengaruh Pallawa yang kuat di Kamboja, Campa dan Semenajung Melayu. Dan juga mengapa prasasti-prasasti dalam jaman itu tertulis dengan huruf  pallawa.
 [4] Kardiyat Wiharyanto Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme,