blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Selasa, 01 Januari 2013

BERDIRINYA REPUBLIK CINA





BERDIRINYA REPUBLIK CINA
Di ajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Asia Timur

Oleh
    KINANTI NISFUL L                            110210302003
    HAPPY KHOIRUNNISA’           110210302016
             NAIMATUL AINIYAH               110210302037


JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012

A. Sun Yat Sen dan Gerakan Revolusi
Awal abad ke 20 Cina baru berkenalan sama yang namanya Revolusi. Bentuk Negara Kerajaan di Cina yang sudah dibangun berabad-abad lamanya, membuat semangat revolusioner jenuh.
Sang revolusioner pertama yang tercatat dalam sejarah adalah Sun Yat Sen. Dilahirkan pada tanggal 12 November  1866 di Kabupaten Xian Shan, propinsi Guang Dong (Canton) di Cina Selatan. Dia adalah anak bungsu dari keluarga petani kecil. Sejak kanak-kanak dia gemar mendengar cerita tentang kisah Negara Sorga Maha Damai yang dalam sejarah Cina merupakan salah satu pemberontakan yang paling berbahaya. Di usia 12 tahun ia pindah ke Hawaii ikut kakaknya yang memiliki peternakan sapi disana. Kemudian ia kuliah di Queen’s College di Hongkong, dan atas pengaruh dekannya yakni Dr. James Cantlie ia memeluk agama Kristen. Ia lulus dari sekolah Kedokteran lalu membukan praktik di Makao dan Canton. Profesi sebagai dokter tak membawa kepuasaan bagi dirinya, karena benaknya dipenuhi angan-angan untuk membebaskan bangsanya dari bangsa Manchu serta memperbaiki negerinya dari bangsa Manchu. Karena cita-citanya itulah maka Sun muda ikut dalam kegiatan politik, yang diawali dengan menggabungkan diri dengan Gerakan Tri Tunggal (TRIAD SOCIETY)[1] yang anti Manchu. Rumah sakit Po Qi tempat ia praktikum dijadikan pusat kegiatan politiknya, sedangkan profesi kedokterannya dijadikan wahana untuk mengembangkan cita-citanya tersebut.
Pada saat perang Cina-Jepang 1894 di Korea meletus, Sun kembali ke Hawaii untuk mendirikan perkumpulan Xingzhonghui (Cina Bangkit Kembali). Dr. Sun menyebarluaskan ajarannya kepada kaum Cina perantauan. Sekembalinya ke Canton, ia menerbitkan pemberontakan merebut Canton guna menjadikannya pusat revolusi. Namun rencana gelap ini terbongkar, sehingga beberapa kader tertangkap, 48 orang tertembak mati. Tapi untung bagi Dr. Sun, ia berhasil melarikan diri dan sejak itu pula ia menjadi buron. Maka dimulailah masa pengembaraan Sun Yat Sen. Ia memutuskan untuk menggalang dukungan ke Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Di Tokyo, Sun di sambut oleh pers dengan sebutan “pencetus revolusi”, dan Sun begitu bangga dengan sebutan itu. Di Amerika Serikat dia tidak terlalu mendapatkan dukungan sehingga ajarannya tak berkembang. Pada tahun 1896, ia pergi ke London karena mendapatkan undangan dari Dr. James Cantlie.
Di London, pada tanggal 11 Oktober, ia diculik oleh agen-agen Manchu, lalu disembunyikan di dalam salah satu ruangan Kedutaan Besar. Akan tetapi, sebelum penculik tersebut melakukan tindak lanjut kepada Sun, ia mampu memanfaatkan peluang dengan memberikan surat kepada pelayan yang mengantarkan makanan untuk disampaikan kepada Dr. James Cantlie. Maka dengan perantara Kementerian Luar Negeri Inggris, Dr. Sun dapat dibebaskan kembali. Karena berita ini dijadikan berita hangat oleh pers, maka dengan sekejap mata Dr. Sun menjadi termasyur diusia 30 tahun. Sejak itu pula Sun Yat Sen menjadi buah bibir para perantau Cina dan ajarannya dipelajari secara luas.
Selama dua tahun, Dr. Sun menetap di Eropa sambil mempelajari berbagai pemikiran Barat termasuk sosialisme. Pada tahun 1897, Dr. Sun  merumuskan doktrin San Min Chu Yi atau “Tiga Asas Rakyat” suatu Trisila, yaitu :
1.      Min zu       : kerakyatan atau nasionalisme
2.      Min chuan : kekuasaan rakyat atau demokrasi
3.      Min sheng : kehidupan rakyat atau sosialisme
Pada tahun 1905, Dr, Sun tiba di Jepang atas undangan mahasiswa Jepang. Dalam suatu pertemuan di kantor majalah Twentieth Century Cina yang sekaligus menjadi markas dari Gerakan Naga Hitam. Sun menyerukan agar segenap revolusioner Cina menjadi satu lalu ia membentuk organisasi induk Dong Meng Hui dimana anggotanya harus berikrar[2] :
1.      Mengusir bangsa Manchu
2.      Merebut kembali Cina bagi bangsa Tionghoa
3.      Mendirikan suatu Negara Republik
4.      Menyama-ratakan kepemilikan tanah
1907, setahun setelah berdirinya Dong Meng Hui, para kadernya telah mampu mengobarkan patriotisme di kalangan sekian banyak organisasi gelap didaratan Cina, maupun di luar negeri untuk melawan kekuasaan Dinasti Qing. Bahkan orang Tionghoa di luar negeri memberikan dukungan dana, sehingga makin memperlancar perjuangan Dr. Sun.
            Sementara itu kondisi dinasti Qing semakin memburuk yang diperparah dengan gerakan menuntut otonomi yang dilakukan oleh berbagai propinsi, seperti di Sichuan. Di lain pihak, kaum revolusioner yang bertambah banyak di akhir tahun 1910-an membuat Wang Ching Wei, yang ketika itu menjadi kaki tangan Dr. Sun Yat Sen sekaligus pemimpin revolusi, sering melakukan percobaan pembunuhan pangeran-pangeran Manchu.[3] Dan tahun 1911 sampailah pencerahan baru terhadap sejarah bangsa Cina yang waktu itu Tiongkok dengan dibarengi runtuhnya Kerajaan Manchu.
            Pada tanggal 27 April 1911, dengan pimpinan Huang Hsing, kaum revolusioner telah melakukan pemberontakan di Canton.  Jendral pimpinan pasukan Manchu di Canton dibunuh. Tetapi usaha itu tidak berhasil dan 72 kaum revolusioner terbunuh atau di hukum mati (yang kemudian dianggap sebagai Pahlawan Nasional). Hal ini merupakan kegagalan kesepuluh dari Dong Meng Hui.
            Namun semangat revolusi tak pernah padam. Hal itu terbukti Dong Meng Hui berhasil mendirikan suatu organisasi di Shanghai di bawah pimpinan Sung Chiao Ren. Sun Yat Sen sendiri di Hanoi dituduh oleh para penguasa colonial Perancis di Vietnam bahwa kegiatan mereka itu berpengaruh buruk terhadap rakyat Vietnam. Di usir dari Hanoi, mereka pindah lagi dan kali ini memilih Amerika Serikat.
B. Berdirinya Republik China (Zhonghuaminguo)
Tanggal 1 Januari 1912, Dr. Sun Yat Sen diambil sumpahnya sebagai presiden di Nanjing. Dengan demikian Republik China dapat dianggap mulai berdiri pada tanggal tersebut. Dr. Sun kemudian membentuk kabinet yang terdiri dari Huang Xing (menteri peperangan), Wu Dingfang (menteri luar negeri), Wang Zhonghui (menteri kehakiman), Cai Yuanpei (menteri pendidikan), Chen Jindao (menteri keuangan), Zhang Qian (menteri perdagangan dan industry), Dang Shouqian (menteri dalam negeri).
Muncul kabar kejatuhan Dinasti Qing dengan dikeluarkannya maklumat dari Ibu Suri Long Yu yang menyatakan bahwa beliau bersama kaisar Xuandong menyerahkan kedaulatannya pada seluruh rakyat China dan memberikan mandatnya kepada Yuan Shikai. Dr. Sun menyetujuinya dan memberikan jabatannya kepada Yuan Shikai.
Alasan pemberian jabatan tersebut yaitu, (1) hal ini sesuai dengan sumpahnya dahulu ketika menerima jabatan tersebut, di mana ia akan bersumpah akan menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin hingga pemerintahan monarki absolut runtuh dan China menjadi suatu negara yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara lainnya, (2) ada pendapat yang menyatakan bahwa telah terjadi beda pendapat antara Dr. Sun dengan pemimpin-pemimpin pemerintahan sementara lainnya. Dr. Sun saat itu berpendapat bahwa China saat itu belum siap dengan sistem undang-undang dasar dan memilih untuk memberlakukan pemerintahan militer terlebih dahulu, dan bertentangan dengan pendapat pemimpin lainnya, (3) kebesaran hati Dr. Sun demi mencegah timbulnya perang saudara antara pemerintahan sementara yang dibentuk oleh Yuan Shikai di utara atas dasar mandat yang diberikan kekaisaran dengan pendukungnya di Selatan.
C. Perkembangan Awal Republik Nasionalis Cina
Pada tanggal 29 Desember 1911, Dewan Perwakilan Rakyat di Nan King memilih Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pertama Republik Nasionalis Cina, dan menobatkannya pada tanggal 1 Februari 1912. Namun pada tanggal 14 Februari Presiden Sun Yat Sen meletakkan jabatannya sebagai Presiden Sementara kepada Dewan Nasional di Nan King. Hal itu dikarenakan Sun ingin menepati janjinya kepada Yuan Shi Kai (tanggal 1 Januari 1912) untuk menjadikan Yuan sebagai Presiden pertama Republik Nasional Cina.
Permintaan pemberhentian Dr. Sun di kabuli pada tanggal 15 February 1912. Yuan Shi Kai diangkat menjadi Presiden dengan Li Yuanhong sebagai wakilnya. Sun menyatakan kalau Yuan telah berjasa besar dalam hal menjatuhkan kaisar Manchu dari tahta dan dalam hal mempersatukan Cina Utara dan Selatan.[4]
Yuan baru diangkat menjadi presiden pada tanggal 10 Maret 1912. Tapi baru awal pemerintahannya saja, terdapat kekecewaan dari Dr. Sun. Pasalnya Yuan tidak menghendaki adanya pemerintahan demokratis. Yang di cita-citakan Dr. Sun. Ia tidak menginginkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Parlemen baru bersidang pada bulan April 1913. Pada saat yang bersamaan Yuan telah berhasil memperkokoh kedudukannya baik dari segi financial maupun politis. Ia merundingkan untuk meminjam dana yang sangat besar dengan para banker yang berasal dari Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang. Meskipun tidak disetujui parlemen, tetapi akhirnya kemenangan berada di pihak Yuan. Untuk memperkuat kedudukannya secara politis, ia bahkan mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya.
Dr. Sun sendiri tidak tinggal diam atas kesewenang-wenangan ini dan mengerahkan ekspedisi militer pada bulan Juli 1913 untuk menghukum Yuan, tetapi gagal. Ekspedisi ini ditindas oleh Yuan dengan kekuatan militernya dan memaksa Dr. Sun untuk melarikan diri ke Jepang. Sementara itu, perkumpulan Dong Meng Hui yang didirikan oleh Dr. Sun telah diubah namanya menjadi Goumindang (Partai Rakyat) pada bulan Agustus 1912.
Yuan memperkokoh kedudukannya dengan membuat undang-undang dasar baru yang memusatkan kekuasaan berada di tangannya selaku presiden. Yuan bahkan memperkuat langkahnya dengan mengahalau oposisi yang paling potensial, dengan cara menyatakan Goumindang sebagai partai terlarang serta memecat Gubernur yang dianggapnya menjadi simpatisan Goumindang.
Undang-undang dasar yang baru disahkan pada bulan Mei 1914 itu memperbesar kekuasaan presiden dan memanjangkan masa jabatannya dari 5 tahun menjadi 10 tahun. Selain itu, presiden dapat dipilih kembali secara terus menerus tanpa batas, sehingga dengan begitu Yuan menjamin dirinya sebagai presiden seumur hidup.
Sementara itu pecah Perang Dunia I dan Jepang yang militerismenya sedang bangkit menggunakan kesempatan tersebut untuk meluaskan wilayahnya di daratan Cina. Saat itu Jepnag masih sakit hati kepada Jerman yang menolak keinginannya memperoleh Semenanjung Liaodong sebagai pampasan atas kekalahan Cina dalam Perang China-Jepang (1894-1895).[5] Oleh karena itu Jepang memutuskan untuk masuk tim sekutu melawan Jerman. Pada bulan Agustus 1914, didudukinya Shandong dan Qingdao yang menjadi wilayah jajahan Jerman. Demi menghindari kecurigaan dunia, Jepang menyatakan melalui perdana menterinya bahwa ia tidak memiliki kehendak untuk merampas wilayah Cina, malah Jepang ingin wilayah Cina seutuhnya yang telah direbut Jerman. Namun belakangan Jepang berbuat melebihi hak-hak istimewa yang pernah didapat Jerman, hal itu juga yang membuat Amerika sesekali mengimbau Jepang.
Pada saat itu, Presiden Yuan Shi Kai tidak memihak kepada Negara manapun dalam Perang Dunia I. Namun, beliau hanya mengirimkan surat kepada Perdana Mentri Jepang tanggal 18 Januari 1915 agar Jasirah Shandong dikembalikan kepada Cina seutuhnya. Surat ini membuat Jepang marah karena mereka menganggap bahwa Presiden Yuan tidak bersahabat. Dalam hal ini Jepang mengajukan tuntutan kepada Cina yang meliputi 21 pasal, yang kemudian dikenal dengan sebutan Dua Puluh Satu Tuntutan atau The Twenty One Demands, pokok-pokoknya adalah sebagai berikut[6] :
1.      Jepang berhak menduduki Mancuria Selatan, Jasirah Shandong, Mongolia Dalam, dan wilayah perpantaian di Cina bagian Tenggara Cina;
2.      Jepang diberi kekuasaan untuk mengawasi pabrik besi dan baja terbesar di Cina, yaitu pabrik Han Yeh Ping;
3.      Para penasihat Jepang di bidang politik, keuangan, militer, dan diberi hak untuk mengadakan operasi bersama di bidang kepolisian di daerah-daerah strategis;
4.      Pembelian peluru dan mesiu Cina, minimal 50% harus dari Jepang;
5.      Adanya kerjasama dalam pembangunan pabrik senjata. 
Apabila tuntutan ini tidak dipenuhi, maka Jepang akan menggunakan kekerasan senjata, dan akan memberi bantuan kepada kaum revolusioner. Yuan Shi Kai selaku presiden tidak mau mengabulkan permintaan ini, sehingga Jepang memberikan ultimatum pada tanggal 7 Mei 1915. Akhirnya Yuan mengabulkan permintaan Jepang, tetapi hanya tiga bagian pertama saja yang diterima dengan beberapa perubahan yang meringankan. Hal ini membuat rakyat Cina kecewa, dibuktikan dengan pemboikotan barang-barang Jepang di Cina, dan berpulangnya mahasiswa-mahasiswa Cina yang sedang belajar di Jepang.
Dalam keadaan yang serba kalut itu Presiden Yuan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai presiden, pada tanggal 20 November 1915 Yuan bahkan membuat kejutan luar biasa. Melalui suatu manipulasi politik dia menyelenggarakan suatu Sidang Musyawarah Nasional, dalam sidang tersebut dikembangkan penilaian terhadap bangsa dan Negara Cina, yang akhirnya disimpulkan bahwa Masyarakat Cina tidak dapat hidup dengan baik dibawah kekuasaan berbentuk Republik, melainkan cocok dengan Negara berbentuk kerajaan. Demikianlah maka Sidang Musyawarah Nasional menghimbau kepada Presiden Yuan untuk mau diangkat sebagai seorang Kaisar .[7] Dengan manipulasinya ia menolak permintaan itu, dan sampai ketiga kalinya akhirnya ia menerima keputasan sidang. Pada tanggal 1 Januari 1916 dinobatkan sebagai pengukuhannya sebagai Kaisar dengan gelar Hong Xian.
Dr. Sun dan kawan-kawannya serta pemimpin-pemimpin militer yang bukan kawan Dr.Sun atau lawan Yuan tetap mempertahankan bentuk republik. Hal itu juga yang membuat Yuan menunda pengangkatan atas dirinya sebagai Kaisar. Para pengikut Goumindang tidak sabar lagi dengan kekacauan dalam bidang pemerintahan itu. Mereka lalu membentuk pemerintahan baru di Canton dengan Li Yuanhong yang waktu itu masih menjadi wakil presiden sebagai pemimpinnya. Dengan demikian Cina terpecah menjadi dua; pemerintahan Yuan di utara dan Li di selatan.
Setelah pihak Jepang memberikan peringatan kepada pemerintahan Cina di bawah Yuan pada tanggal 15 Maret 1916, membuat posisi Yuan semakin terdesak. Ia bahkan coba memikat hati kaum pemberontak. Kaum pemberontak duah tak dapat diajak bicara lagi. Akan tetapi kenyataannya setelah semua kekalutan itu, pada tanggal 6 Juni 1916 Yuan meninggal dunia. Setelah kematiannya, Cina kembali bersatu dengan Li Yuanghong sebagai presidennya.
D. Pemerintahan Yuan Shikai
Yuan Shikai ternyata tidak menghendaki adanya pemerintahan demokratis seperti yang diinginkan Dr. Sun. Ia tidak menginginkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Yuan berusaha memperkokoh kedudukannya baik dari segi finansial ataupun politis. Ia merundingkan pinjaman sebesar £ 25.000.000 dengan para banker yang berasal dari Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang. Meskipun tidak disetujui oleh parlemen, tetapi kemenangan berada di pihak Yuan.
Untuk memperkuat kedudukannya secara politis, Yuan mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya. Tindakan Yuan yang melanggar kesepakatan dengan Dr. Sun menyebabkan penyerangan dibulan juli 1913 oleh Dr. Sun, namun ekpedisi ini berhasil di kalahkan oleh Yuan. 
Jepang berselisih dengan China (perang dunia I ) dan Jepang menuntut 21 tuntutan. Yuan tidak bersedia meluluskan permintaan tersebut sehingga Jepang mengultimatum china pada tanggal 7 Mei 1915. Yuan berhasil memanipulasi parlemen agar setuju dengan pengangkatan dirinya sebagai kaisar dan mengubah pemerintahan dari Republik menjadi monarki.
Pengikut Guo Mindang (pihak Dr Sun) tidak sabar lagi dengan kekacauan dalam bidang pemerintahan tersebut, mereka lalu membentuk pemerintahan baru dalam pimpinan Li Yuan Hong dengan demikian china terpecah menjadi 2 (Yuan diutara dan Li di Selatan).
E. Era Para Gubernur Militer (Warlord)
            Wafatnya Yuan belum berarti menyelesaikan masalah yang mendera republik yang masih berumur muda ini. Para gubernur militer atau penguasa local yang disebut warlord saling bertempur satu sama lain memperebutkan kekuasaan; bahkan pemerintahan pusat tak berdaya. Adanya hak ekstra-teritorial yang diberikan kepada bangsa asing ikut menyebabkan mengapa peperangan itu tidak ada habis-habisnya. Jika seorang warlord kalah, ia akan melarikan diri ke wilayah ekstra-teritorial asing yang tidak dapat dijangkau oleh lawannya sambil menunggu kesempatan untuk bertempur kembali. Era ini berlangsung dari tahun 1916 hingga penyatuan Cina kembali oleh Chiang Kai Shek (Jiang Jieshi) pada tahun 1928.
            Perang Dunia I yang saat itu sedang bergejolak membuat Cina ikut terseret didalamnya. Bangsa Barat akan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Cina apabila tidak mau menyatakan perang terhadap Jerman, sebagai gantinya Bangsa Barat akan memepertimbangkan penundaan pembayaran penggati rugian selama pemberontakan Boxer. Ternyata pihak Cina setuju dan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Jerman pada tanggal 14 Maret 1917. Perdana Menteri Duan Qirui menyetuji untuk diadakannya perang, rapat gubernur-gubernur juga menyetujuinya. Tetapi anggota parlemen tidak setuju, dan Duan meminta presiden untuk membubarkan parlemen. Inilah yang mengawali warlordisme di Cina.
            Pada tanggal 23 Mei, presiden memecat Duan yang melarikan diri ke Tianjin. Lalu Duan dengan kesal hati membuat pemerintahan baru dan menyatakan lepas dari pemerintahan Cina dengan Xu Shichang Sebagai presidennya. Presiden Li Yuanzhong dengan ini meminta perlindungan Jenderal Zhang Xun, seorang pengikut setia Dinasti Qing. Bunting bagi Li, ternyata Zhang menghianatinya, bahkan Zhang berniat untuk mengembalikan Cina kepada sisitem monarki dan memberikan jabatan Kaisar kembali kepada Pu Yi. Li tak kuasa menghadapi Zhang dan melarikan diri ke gedung kedutaan Jepang.
            Duan rupanya tak setuju atas kembalinya Cina ke system monarki. Ia menyerang Beijing dan mengalahkan Zhang. Ia kembali menjadi perdana menteri di Beijing, dan meminta Li untuk kembali menjadi presiden, namun Li menolak, dan akhirnya jabatan presiden diberikan kepada Feng Gouzhang tertanggal 17 Juli 1917. Duan mendapatkan keleluasaan melakukan perang dengan Jerman. Pembayaran atas pampas an pemberontakan Boxer serta wilayah ekstra-teritorial yang dulu diberikan kepada Jerman dihapuskan, sesuai janji sekutu.
            Anggota parlemen yang dibubarkan oleh Li Yuanzhong melarikan diri ke selatan. Mereka menolak pemerintahan Duan Qirui di utara dan menggapnya tidak sah. Permintaan sementara di Selatan dipimpin oleh Dr. Sun sebagai pemimpinnya didirikan pada bulan September 1917  dan dinyatakan sebagai pemerintahan yang sah satu-satunya menurut undang-undang dasar. Namun pihak asing tak mengakui pemerintahan ini. Sekali lagi Cina terpecah menjadi dua: pemerintahan Duan Qirui di utara dan Goumindang di selatan. Namun di utara terpecah juga.
Pemerintahan Duan yang waktu itu terlalu condong ke Jepang menghawatirkan Amerika Serikat. Mereka takut kalau-kalau nanti Cina akan dijadikan Negara pengaruhnya sehingga mengancam Negara-negara lain. Dan saat itu diadakan pertemuan antara R. Lansing Menteri Negara Amerika Serikat dengan Kikujiro Ishii duta besar istimewa Jepang pada tanggal 2 November 1917. akhirnya disepakati bahwa kedua Negara tak akan melanggar kemerdekaan dan kedaulatan Cina.
            Duan menghapus undang-undang dasar dengan mengubah undang-undang pemilihan anggota. Presiden Feng Gouzhang kecewa akan keputusan Duan, dan mengundurkan diri, lalu diangkatlah Xu Shichang sebagai penggatinya tanggal 10 Oktober 1918. Perang Dunia I dimenangkan oleh Sekutu. Dan membuat Cina yang berkiblat kepada sekutu ikut duduk di kursi kemenangan. Namun ada yang ganjil, ternyata Cina dikelabui oleh pihak Asing. Wilayah Jerman yang dijanjikan untuk dikembalikan kepada pihak Cina malah diserahkan kepada Jepang. Cina tak terima dengan pernyataan itu, Cina meminta agar pasukan-pasukan asing ditarik dari negerinya dan wilayah sewaan serta ekstra-teritorial agar dikembalikan, serta hak untuk menetapkan sendiri tarif bea dan cukai.
            Dalam perjanjian Versailles pada tanggal 28 Juni 1919, janji yang diingkari sekutu untuk mengembalikan wilayah Cina diwujudkan dengan Cina tidak menandatangani perjanjian tersebut. Hasil perjanjian yang akan merugikan ini, membuat mahasiswa Cian berontak dan melakukan perlawanan kepada Menteri Luar Negeri Zhang Zongxiang. Dan gerakan ini disebut juga dengan “Gerakan Empat Mei”.
            Ditahun 1921, pemerintahan Beijing mengirimkan tentara untuk menaklukan pemerintahan Goumindang di selatan. Sebaliknya Dr. Sun juga mengirimkan tentara untuk menaklukan Cina Utara; dimana tanggal 6 Mei 1922 pasukan mereka telah berhasil memasuki Provinsi Jiangxi. Namun sebulan kemudian, Chen Jiongming seorang jenderal Dr. Sun, melakukan pemberontakan. Untunglah Dr. Sun dapat melarikan diri ke sebuah kapal perang di Sungai Mutiara dan berlayar menuju Shanghai bersama Jiang Jieshi. Setelah pemberontakan Chen ini berhasil dipadamkan (bulan Januari 1923), Dr. Sun kembali ke Canton. Pemberontakan ini menggagalkan usaha penyatuan kembali Cina dibawah pemerintahan Goumindang. [8]
F. Awal Pertumbuhan Komunisme
            Sejak perang Candu (1840), bangsa cina merosot derajatnya dari suatu bangsa yang memiliki peradaban yang cemerlang menjadi bangsa yang tertindas dan terhina oleh bangsa Barat. Bahkan Jepang yang merupakan Negara kecil di Asia mampu juga menindas peradaban bangsa  Cina. Kemudian setengah abad berlalu, ketika Negara tetangga Cina, yaitu Rusia, dilanda Revolusi Bolshevik (oktober 1917); kerajaan Rusia ditumbangkan dan diganti dengan Republik Uni Soviet di bawah kekuasaan Partai Komunis Rusia.
            Perang Dunia I yang meruntuhkan system monarki Rusia yang diikuti dengan diturunkannya tahta Tsar Nikolai II bahkan dibunuh oleh kaum komunis tahun 1917. Rusia menjadi republic sosialis dibawah Lenin. Pemerintahan baru itu ingin membina hubungan diplomatic dengan Cina serta menyebarkan paham komunisme disana. Pada pertengahan 1918 seorang kepala perpustakaan dari Universitas Beijing, Li Da Jao, mendirikan Perhimpunan Penelitian Marxisme, anggota-anggota pertamanya Mao Ze Dong (seorang asisten Li Da Jao), Qu Qiu Bai, dan Zhang Guo Tao yang kelak kemudian hari menjadi tokoh-tokoh besar Partai Komunis Cina. Pada tahun 1919, Voitchinski mendirikan sekolah untuk memperlajari komunisme di Shanghai. Lebih jauh lagi, pemerintahan Uni Soviet mengirimkan Abraham Adolf Joffe ke Beijing untuk mengadakan perundingan mengenai daerah-daerah ekstra-teritorial dan pelabuhan-pelabuhan yang pernah di rampas oleh Rusia dari Cina. Uni Soviet menyatakan semua daerah itu akan dikembalikan kepada Cina. Namun usaha Joffe ini diabaikan oleh pemerintahan Beijing, sehingga ia akhirnya beralih pada pemerintahan Goumindang di selatan.
            Dr. Sun menerima tawaran Joffe, namun ia berpendapat bahwa paham komunis tidak dapat diterapkan di Cina, Joffe menerima, hal itu diungkapakan dalam manifesto bersama tertanggal 26 January 1923. Joffe mengungkapkan kembali akan mengembalikan daerah-daerah yang pernah diambil Uni Soviet untuk dikembalikan ke Cina. Dengan demikian, terjalinlah hubungan antara pemerintahan Goumindang dengan Uni Soviet.[9] Sun mengutus Jiang Jieshi (Chiang Kai Shek) untuk mengadakan kunjungan persahabatan ke Uni Soviet serta mempelajari keadaan politik dan oraganisasi pemerintahan disana. Setelah 3 bulan Jiang Jieshi berada di Uni Soviet, akhirnya ia mendapat kesan bahwa revolusi dunia dan internasionalisme yang didengung-dengungkan oleh kaum komunis itu adalah lebih berbahaya dari kolonialisme. Dia curiga bahwa janji-janjinya yang muluk-muluk itu hanya sebagai kedok dari tujuan imperialisme Rusia belaka. Dr. Sun yang menerima laporan tersebut menanggapinya dengan menasehati Jiang Jieshi untuk tidak terlalu memantau terlalu jauh ke depan, dan sebaliknya agar lebih mengahayati revolusi Cina yang sedang berkobar.[10]
Soviet untuk selanjutnya mengirim penasihatnya ke Cina. Dua orang terkemuka di antara mereka adalah Michael Borodin, yang sangat berpengalaman dalam mengatur jalannya revolusi serta Jenderal Blucher. Borodin dijadikan tangan kanan Sun Yat Sen dalam mengatur system organisasi Goumindang; sedangkan Jenderal Blucher ditugaskan untuk mengajar di Whampoa Military Academy, suatu akademi militer yang didirikan oleh Dr. Sun di Whampoa pada tahun 1924. Jiang Jieshi diangkat sebagai pimpinan sekolah tersebut dan Zhou Enlai (kelak perdana menteri RRC) memimpin divisi politiknya.
Tanggal 20 January 1924 diselenggarakan Kongres Nasional Goumindang ke satu. Pada kesempatan itu Sun Yat Sen mengutarakan kebijaksanaan politiknya yang pada pokoknya adalah sebagai berikut[11] :
1.      Persatuan dalam jajaran Goumindang untuk dapat menciptakan persatuan nasional;
2.      Persahabatan dengan Uni Soviet pada umumnya, dan kerja sama dengan kaum komunis Cina.
Goumindang  direorganisi kembali dan berdasarkan keputusan Kongres Nasional bulan Januari 1924, kaum komunis Tionghoa diperbolehkan untuk menjadi anggota Goumindang demi memperkuat unsure revolusionernya, asalkan mereka bersedia mematuhi asas-asas Goumindang.
         Setahun kemudian, tepatnya tanggal 12 Maret 1925, Dr. Sun wafat dengan penyakit kanker yang diidapnya. Wafatnya Dr. Sun merupakan pukulan besar bagi bangsa Cina, ditandai dengan di bulan Juni 1925, hampir terjadi insiden yang akan menimbulkan konflik internasional. Kekacauan terjadi Cina dengan tidak adanya pemimpin yang tepat. Kekacauan itu serta wafatnya Dr. Sun menggagalkan persatuan nasionalis Cina. Pemerintah Goumindang di Canton lalu melantik Wang Jingwei sebagai presiden. Namun di utara banyak kepala pemerintahan yang bergejolak contohnya saja Feng Yuxiang dengan Zhang Zoulin. Zhang berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Mancuria, tetapi kemudian bersekutu dengan Wu Peifu dan mampu menyingkirkan Feng. Feng sendiri melarikan diri ke Mongolia lalu ia mengunjungi Rusia dan pada bulan Juni 1926 bergabung dengan Goumindang.
      Jiang Jeishi memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap komunis. Ia melakukan gebrakan dengan menangkapi banyak anggota yang pro-komunis tanggal 20 Maret 1926. Ia membuat keputusan untuk bertempur membebaskan Cina dari cengkraman negeri-negeri asing dan para warlorld yang menyengsarakan rakyat.
      Pada saat yang sama dengan berlangsung nya penyatuan Cina yang dipimpin Jiang, anggota sayap kiri Goumindang yang prokomunis memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Wuhan dengan Wang Jingwei sebagai pemimpinnya. Dengan demikian Goumindang terpecah menjadi dua : yakni sayap kanan dan kiri (komunis).
Wang sebagai pemimpin yang bukan komunis ini kewalahan akan tindakan anggota Goumindang yang berlairan kiri. Ternyata Komunis menginginkan untuk menghapuskan Goumindang dan menjadikan Cina sebagai Negara Komunis. Oleh karena itu ia menerima ajakan Feng untuk bersatu kembali dengan Jiang dan menghapus komunis. Hal ini membuat putus hubungan antara Goumindang dengan komunis.
      Walaupun sudah terlepas dari komunis, namun anggota Goumindang tetap saja kontra terhadap Jiang, dan hal ini yang menyulitkan Jiang untuk menyatukan Cina. Namun, belakangan terjadi kesepkatan yang membuat mereka bersatu pada Januari 1928. Gerakan untuk mematahkan para warlord di utara dapat diteruskan kembali. Di pihak lain, Pasukan Pemukul Utara dapat mengalahkan para warlord yang menyerah dan bergabung dengan Jiang. Semua para warlord secara serempak menyadarkan diri atas kekalahan mereka, dan Cina bersatu di bawah kekuasaan Jiang Jeishi.
G. Perkembangan Awal Partai Komunis China
            Revolusi Bolsevik pada tahun 1917 memiliki dampak yang cukup besar bagi perkembangan komunis di China.  Para intelek China berpendapat ternyata sebuah ideology revolusi yagn dapat digunakan dalam masyarakat yang pada umumnya masih agraris seperti masyarakat Rusia juga memungkinkan terjadi di China[12]. Pada bulan November 1918 Li Ya chao yang merupakan seorang Profesor di Universitas Peking menulis sebuah artikel dalam majalah ‘pemuda baru’ untuk memperingati hari ulang tahun pertama dari revolusi Bolsevik. Artikel ini menjadi tanda berangkat bagi dunia kecil dari kaum intelek progresif di China. Mulai didirikan kelompok-kelompok studi yang mempelajari marxisme-leninisme, yang salah satunya dijalankan Mao Tse tung yang telah bekerja di perpustakaan Universitas Peking sebagi assisten dibawah pimpinan Li Ta chao[13].
            Pada tahun 1921 partai komunis China resmi didirikan. Yang dimana sebelum itu Voichinski mendirikan suatu sekolah di Shanghai yang mempelajari tentang komunis. Namun setelah partai komunis China terbentuk Voitchinski tidak tampak lagi, dan sebagai gantinya pemerintah Rusia mengirimkan Abram Joffe ke peking untuk membicarakan persetujuan antara Rusia dan Tiongkok. Yang nanti menghasilkan manifesti Sun-Joffe[14]. Berdirinya partai Komunis China tidak terlepas dari desakan dari komintern yang dwakili oleh Sneevliet. Sneevliet mendorong komunis China untuk sesuai dengan pemikiran Lenin, mencari kerjasama dengan kaum revolusiborjuis sekitar Sun Yat Sen. Disamping motif anti imperialis, Lenin juga menginginkan sebuah Negara China yang stabil dan bersahabat sebagai perlindungan di punggung dari Negara Soviet yang masih muda[15].
            Rusia yang memulai hubungan hangatnya dengan China mengirimkan Borodin sebagai tangan kanan yang dipercaya untuk mengurus soal Kuo Min Tang. Dalam tahun 1923 itu juga Kuo Min Tang direorganisir. Sesudah perubahan ini partai ini mengadakan kongres nasional di Canton. Kongres ini mengambil putusan bahwa anggota-anggota Partai Komunis China diperkenankan masuk Kuo Min Tang untuk meperkuat Unsur-Unsur rovolusioner dalam negerei dengan Syarat bahwa mereka tunduk kepada asas-asas Kou Min Tang dan keanggotaaan mereka secara perorangan bukan secara partai, Kongres ini juga menggangkan Mao Tse Tung sebagai ketua panitia propaganda Kuo Min Tang. Hal ini menandai babak baru hubungan Kuo Min Tang dengan Partai Komunis China[16].
            Chen Duxiu mengakui bahwa bersungguh-sungguh menjalankan kebijakan oportunis dari pemimpin-pemimpin Internasionale [ketiga atau Komintern – Ed.]; Stalin[, Zinoviev, Bukharin dan yang lainnya, yang mengakibatkan revolusi Cina kalah secara memalukan serta menyedihkan. beberapa kamerad pemimpin yang hanya pada waktu tertentu saja mengkritik kesalahan-kesalahan oportunisme masa lalu dan menyembunyikan kesalahannya sendiri. Kapanpun kamerad-kamerad saya menunjukkan kesalahan oportunis masa lalu saya, saya dengan sepenuh hati mengakui hal tersebut. Saya sepenuhnya tidak ingin mengabaikan pengalaman revolusi Cina yang didapatkan dengan harga yang sangat mahal dari kaum proletar. (Dari Konferensi 7 Agustus (1927). Sikap opurtunis dara beberapa kader PKC lah yang membuat perjuangnya menuju revolusi menjadi terhalang. Bahkan slogan Oposisi bukanlah firman “Guru Surgawi” Chang (uskup Taois). Jika mereka belum membersihkan ideologi borjuasi kecil secara fundamental dan belum seutuhnya memahami kesalahan oportunisme masa lalu, dan secara teguh terlibat di dalam perjuangan, hanya berdiri di bawah slogan Oposisi untuk mengekspos oportunisme Stalin dan Li Li-san, dan lalu mereka berpikir bahwa setan oportunis tidak akan pernah mendekat, maka mereka hanya berilusi saja. Satu-satunya jalan untuk menghindari kesalahan oportunisme adalah dengan terus menerus dan dengan rendah hati belajar dari ajaran-ajaran Marx dan Lenin di dalam perjuangan massa proletariat dan dalam kritik mutual antar kamerad.
            Chen Duxiu berpendapat bahwa bahwa kondisi objektif adalah faktor sekunder penyebab kegagalan revolusi Cina. Sumber utama adalah kesalahan oportunisme, kesalahan kebijakan kita dalam berhubungan dengan borjuis Kuomintang. Semua kamerad yang bertanggungjawab di Komite Sentral pada waktu itu, terutama saya sendiri, seharusnya secara terbuka dan berani mengakui bahwa kebijakan tersebut benar-benar keliru. Namun tidak cukup hanya mengakui kesalahan tersebut. Kita harus bersungguh-sungguh serta secara  menyeluruh mengakui bahwa kesalahan masa lalu ini adalah isi internal dari kebijakan oportunisme, meneliti sebab-sebab dan hasil kebijakan tersebut, dan kemudian mengungkapkannya dengan jelas. Demikian kita dapat berharap untuk menghentikan mengulang kesalahan masa lalu dan mengulangi oportunisme masa lalu di revolusi yang akan datang. Ketika partai kita pertama kali didirikan, meskipun masih sangat muda namun di bawah bimbingan Leninis Internasional, kita tidak melakukan kesalahan besar apapun. Sebagai contoh, kita dengan tepat memimpin perjuangan buruh dan mengenali karakter kelas dari Kuomintang. Pada tahun 1921 partai kita mengundang delegasi-delegasi Kuomintang dan organisasi sosial lainnya untuk berpartisipasi dalam konferensi Toilers of the Far East[, yang diorganisasi oleh Komunis Internasional (Komintern). Konferensi tersebut memutuskan bahwa dalam negeri-negeri kolonial di Timur, perjuangan revolusi demokratik harus dijalankan dan dalam revolusi tersebut soviet-soviet petani harus diorganisir.
H. Aspek Politik, Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Pendidikan
·         Yuan Shikai
Politik
Pada masa pemerintahan Yuan Shikai, ia membuat Undang-undang dasar baru yang disahkan pada bulan Mei 1914 itu memperbesar kekuasaan presiden dan memanjangkan masa jabatannya dari 5 tahun menjadi 10 tahun. Selain itu, presiden dapat dipilih kembali secara terus-menerus tanpa batas, sehingga dengan demikian, Yuan menjamin bahwa dirinya dapat menjadi presiden seumur hidup[17]. Yuan Shikai sebenarnya tidak ingin menjalankan suatu sistem parlementer tetapi ia ingin mengembangkan sistem kekaisaran lagi, bahkan pada tahun 1915 Yuan Shikai mencoba mengangkat dirinya menjadi kaisar. Namun, mendapat banyak pertentangan dari rakyat sehingga menemui kegagalan[18]. Demi menjadi seorang kaisar Yuan Shikai mulai menyingkiran para pesaing melalui pembunuhan politik serta mengganti gubernur-gubernur provinsi dengan para pengikutnya[19].
Ekonomi
Pada masa pemerintahan Yuan Shikai, ia mencoba meminjam modal asing dari Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Belgia, dan Jepang sejumlah ₤ 25.000.000. Beberapa asset pertambangan dikuasai Jepang karena menjadi Negara bagian dari 21 permintaan Jepang. Selain itu pemerintah juga mengadakan pemboikotan kepada barang-barang Jepang sebagai bentuk ketidaksukaannya pada kependudukan Jepang.
Sosial
Cengkraman Jepang semakin kuat dengan 21 tuntutannya yang 3 bagian utamanya disetujui oleh Yuan Shikai para pegawai pemerintah, penasehat pemerintah pusat, dan lembaga kepolisian banyak dipegang oleh bangsa Jepang.
Budaya
            Dimulai dari masuknya pemikiran dari barat seperti : Liberalisme, Individualisme, Darwinisme sosial , dan lain-lain[20] yang mulai masuk ke China sekitar abad ke-20. Ditandai dengan munculnya gerakan intelektual yang terkenal sebagai “Gerakan Kebudayaan Baru”  pada tahun 1916. Masuknya pemikiran dari barat ini membuat aliran konfusianisme diserang dengan argumen  yang sebagian berasal dari China sendiri, dan sebagian secara langsung diambil dari pemikiran Barat.  Khususnya etik tradisional dan sistem keluarga menjadi sasaran dari serangan argumen ini[21]. Gerakan anti-konfusianisme ini sangat radikal dan menganjurkan emansipasi wanita bahkan hak yang sama bagi kaum muda.
·         Warlord
Politik
Pemerintah pusat tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, hanya sekedar nama saja karena pada prakteknya yang memegang kekuasaan adalah para warlord yang banyak tersebar di China. Pemerintah dikuasai oleh kelompok militer yang selalu berubah dan hanya memiliki kekuasaan dominan[22]. Adanya hak-hak istimewa ekstraterotorial kepada bangsa asing yang membuat keadaan menjadi kacau.
Ekonomi
Industrialisasi mulai ada meski baru dalam skala kecil. Selain itu adanya kesepakatan dengan pihak asing mengenai wilayah sewaan tarif bea dan cukai akibat adanya hak ekstrateritorial dari bangsa asing[23].
Sosial
Adanya gerakan 4 Mei 1919 paxda waktu itu mahasiswa Universitas Peking melancarkan demonstrasi melawan ketentuan dari perjanjian Versailles, demonstrasi ini menyebabkan perkembangan yang baru di berbagai bidang.Banyak terjadinya ketidakstabilan keamanan akibat peperangan diantara para warlord. Kegiatan industrialisasi dan urbanisasi menghasilkan golongan kaum-kaum proletar. Kelas menengah di kota bertambah banyak dan diantara mereka mempunyai perasaan nasionalisme yang kuat, selain itu banyak pula boikoit-boikot anti Jepang, dan mulai muncul pemogokan dari kaum proletar[24].
Budaya
Adanya gerakan konfusianisme modern untuk dapat membenarkan pembaharuan social danpolitik, meskipun tidak berhasil karena norma-norma tradisional masih bertahan lama. Adanya gerakan ”kebudayaan baru” yang banyak mengkaji pemikiran-pemikiran dari barat.Di bidang ilmiah sejarawan seperti Ku Chieh-kang mulai meneliti kembali sejarah cina, khususnya sejarah kuno. Adanya revolusi sastra, yaitu gerakan untuk mengganti bahasa tertulis kuno / wen-yen yang hanya  dapat digunakan dan dimengerti setelah studi yang lama, oleh bahasa pai-hua yang dekat dengan bahasa sehari-hari.

·         Chiang Kai Shek
Politik
Kursi pemerintahan dibagi menjadi lima lembaga atau Yuan yakni, Yuan Eksekutif, Legislatif, Penguji, dan Pengawas. Tiga Yuan pertama sama dengan yang beralu dibarat, sedangkan Yuan yang terkahir bersifat khas China sepenuhnya[25]. Dari kelima kekuasaan tersbut hanya kekuasaan eksekutif yang dapat berfungsi karena fungsinya tidak diambil alih oleh partai atau tentara. Tentara juga mempunyai beberapa departemen sendiri, dan sektor militer dari angkatan pemerintahan dikuasai secara penuh oleh Chiang Kai Shek dan teman-temannya. Sektor militer tersebut semakin besar dan semakin mengambil alih kekuasaan sipil. Hubungan dengan negara lain berjalan baik terutama dengan negara barat. Banyak negara barat yang melepaskan hak ekstrateritorial. Pada masa itu juga terjadi pemulihan otonomi bea dan cukai.Chiang Kai Shek meluaskan kekuasaannya melalui keluarganya yang jelas menyebabkan korupasi dan nepotisme[26].
Ekonomi
Pada masa pemerintahan Nanking  dibangun   jalur jalan dan jalan kereta api   untuk mempermudah perdagangan, sistem  keuangan diperbarui, dan bahkan mata uang disatukan. Tahun 1935 mata uang perak digantikan oleh uang kertas. Politik perpajakan semasa rezim Nanking terpusat pada kota. Seluruh pajak tanah diserahkan kepada provinsi, sedangkan  50%  dari penghasilan pemerintah  pusat berasal dari bea cukai dan selebihnya dari pajak tidak langsung[27].
Sosial
Terjadi kemunduran keadaan di pedesaan karena KMT mengangkat pegawai baru, pegawai tersebut pada umumnya orang yang dididik di luar negeri bukan orang asli yang berasal dari pedesaan. Adanya perubahann orientasi dari kaum Gentry yang tadinya kepanjangan tangan dari pemerintah menjadi perdanganan dan ekonomi pada umumnya, sedangkan sistem tradisionalnya diabaikan. Keadaan materi petani sangat buruk karena perang terus menerus dan kekacauan disisi lainperkembangan dari industri modern sudah cukup penting sehingga kerajinan dan industri rumah tangga  amat dirugikan.
Budaya
Propaganda “gerakan kehidupan baru” untuk mengatasi problem daerah pedesaan.  Penyebaran pemikiran barat dan ilmu penegtahuan barat tetap berlangsung terus  dibidang sastra dan realisme sosial menjadi dominan seperti di Liga Penulis Kiri. Munculnya penulis-penulis seperti penulis dari roman trilogi keluarga dan Lao She, penulis dari roman Lo-t’o hsiang-tzu yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul “Rickshaw Boy”.
Pendidikan
Awal abad ke-20 pendidikan modern  sebagian besar dikerjakan oleh misi  Katholik dan Protestan.  Pada tahun 1949 pengaruh nasrani atas pendidikan cukup besar  walaupun  Komunis melarang setiap campur tangan dari misi Katholik dan Protestan dalam pendidikan. Partai Komunis China sangat mempegaruhi organisasi dan isi dari pendidikan modern. Sampai tahun 1949 sistem pendidikan di China  mencontohkan sistem di Amerika, tetapi di RRC seluruh sistem pendidikan tinggi disesuaikan dengan model Rusia dalam mata pelajaran tekhnik ditekankan. Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan modern adalah sulitnya menemukan jumlah guru yang baik dan cukup.


DAFTAR PUSTAKA

D. Van der Horst, Geschiedenis van china,
Joe Lan, Nio. Tiongkok Sepanjang Abad. 1950. Balai Pustaka.
Sukisman, WD. Sejarah Cina Kontemporer
Taniputera, Ivan. History of China. 2007. Ar-Ruzz Media