blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Selasa, 01 Januari 2013

BERDIRINYA RRC


2.1       Berdirinya Republik Rakyat China

            Pada tanggal 1 Oktober 1949 Mao Zedong mengumukan berdirinya Republik Rakyat China dengan ia sendiri sebagai ketuanya dan dibantu enam wakil: istri Dr. Sun Yat Sen (Song Qingling), Zhu De, Li Qishen, Zhang Lan, Liu Shaoqi dan Gao Gang. Beijing dinyatakan sebagai ibukota republik rakyat China yang baru ini. Pemerintah Mao lalu menjalin hubungan dengan Uni Soviet, sehingga malam harinya pemerintah Uni Soviet menyatakan pengakuannya bagi Republik Rakyat China serta memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Jiang. Pemerintah nasionalis segera terusir kembali dari Kanton pada tanggal 14 Oktober dan terpaksa pindah ke Chongqing. Inipun tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 28 November 1949, Tentara Merah berhasil menguasainya. Pemerintahan Jiang melarikan diri ke Taibei ytang terletak di pulau Formosa (taiwan), dimana pada tanggal 1 Maret 1950, Jiang memangku kembali jabatannya sebagai presiden. Menyerahnya Lu Han, gubernur Provinsi Yunnan, pada pihak komunis, menjadikan pemerintahan nasionalis tidak memiliki wilayah lagi di daratan China. Berikutnya pada bulan April 1950, menyusul Hainan jatuh ke tangan komunis.
            Negara-negara satelit Uni Soviet ikut menyatakan pengakuannya bagi Republik Rakyat China. India pun ikut mengakui kedaulatan China pada tanggal 30 Desember 1949 dan disusul Inggris pada tanggal 6 Januari 1950. Hubungan dengan Uni Soviet menjadi semakin erat dengan diundangnya Mao ke Moskow pada tanggal 15 Februari 1950 untuk membicarakan persahabatan diantara kedua negara. Uni Soviet menjanjikan bantuan dalam bentuk pinjaman keuangan serta transfer teknologi.

2.2       Masa Awal Republik Rakyat China

            Dengan kemenangan komunis, China meiliki pemerintahan pusat yang kuat. Tugas berat yang masih harus dilakukan adalah membangun kembali China yang hancur akibat penjajahan Jepang serta perang saudara. Pemerintah mengupayakan menjaga kestabilan sosial dan ekonomi. Mereka berupaya memberikan lebih banyak kekuasaan pada petani dan buruh dan sebaliknya memangkas kekuasaan kaum pemilik modal, tuan tanah, kapitalis, intelektual dan orang asing. Dilakukan juga modernisasi terhadap peralatan indistri, kereta api, sekolah, rumah sakit, bendungan, serta fasilitas umum lainnya. Singkatnya, partai komunis berjuang melakukan perubahan drastis pada tata cara kehidupan masyarakat, yang mencapai puncaknya pada Revolusi Kebudayaan tahun 1966.
Berbeda dengan Soviet yang menerapkan “kediktatoran proletariat”, China menggunakan sistem “kediktatoran demokrasi rakyat”,di mana para petani kaya dan rakyat bersatu membentuk front bersama. Beberapa jabatan tinggi diserahkan kepada orang non komunis, demi memberikan kesan bahwa pemerintahan yang baru dapat mewakili semua golongan. Meskipun demikian, kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Partai Komunis China.
Demi mencapai kestabilan dalam bidang keuangan pada bulan Mei 1949, pemerintah mengeluarkan mata uang baru yang disebut Renminpiao serta melarang penggunaan mata uang asing. Pemerintah mengalihkan perhatiannya pada para pemilik modal yang tidak bersedia diajak bekerjasama. Mereka menghembuskan propaganda jika pemilik modal melakukan penyuapan, penggelapan pajak dan mencuri milik negara. Pada bulan April 1952, 70.000 pengusaha dari Shanghai menjadi sasaran propaganda itu dan dicela habis-habisan di depan umum.
Dalam bidang agraria, tanah mulai dibagi-bagikan kepada rakyat. Masyarakat china dibagi menjadi 5 kelompok:
1.      Tuan tanah (landlords), mereka yang memiliki tanah luas.
2.      Petani kaya (rich peasants), mereka yang memiliki tanah terkadang mengerjakan sendiri juga memperkerjakan orang lain.
3.      Petani kelas menengah (middle peasants), mereka yang mengerjakan tanahnya sendiri.
4.      Petani miskin (poor peasants), mereka yang hanya memiliki tanah sempit.
5.      Orang yang tidak memilki tanah, dimana mereka harus menjual tenaganya untuk mengolah tanah orang lain.
Pemerintah merampas tanah milik para tuan tanah, tetapi mengizinkan mereka untuk tetap memiliki bagiannya yang ditetapkan pemerintah. Namun pada praktiknya, sering pengambil alihan tanah ini disertai kekerasan. Para kader partai yang iri dan petani-petani yang hendak membalas dendam, kerap membunuh para tuan tanah dan petani kaya. Setelah melalui pengadilan, mereka kehilangan tanah dan nyawanya sendiri. Pada bulan Desember 1952, pembagian tanah rampasan (yang disebut revolusi agraria) selesai sudah.
Agar para tuan tanah tidak timbul kembali, pemerintah kemudian menetapkan sistem kolektivisme yakni kepemilikan tanah bersama. Untuk membangun kembali dan memajukan bidang industri, pemerintah merencanakan apa yang dinamakan rencana lima tahun pertama yang dimulai pada tahun 1951. Hasilnya perindustrian mengalami peningkatan sebesar 25% pada tahun 1956. Produksi baja mencapai 5,3 juta ton, besi 5,8 juta ton, tenaga listrik 19.030 juta kwh, dan hasil pertanian 11,6% diatas target.

2.3       Putusnya Hubungan dengan Uni Soviet serta “Loncatan Besar ke Depan”

Pada tahun 1957 Mao Zedong menyimpulkan bahwa Uni Soviet tidak dapat dijadikan lagi sebagai modal pembangunan Cina. Karena kemajuan yang dicapai masih terlalu lambat serta sangat tergantung pada ilmuwan Soviet, selain itu keterbatasan dana masih belum dapat diatasi. Mao berpikir Cina perlu menemukan caranya sendiri untuk memecahkan permasalahan yakni dengan mengerahkan sumber daya yang sangat berlimpah berupa tenaga kerja.
Suatu kebijaksanaan baru yang disebut “Loncatan Besar ke Depan” (dayuejin) ditetapkan olehnya. Latar belakangnya adalah rencana Nikita Kruschev untuk menjalankan program yang disebut “Mengejar Negara Barat” demi meningkatkan perekonomian Soviet yang tertinggal oleh barat. Rencana ini dipandang sebagai ancaman oleh Mao, karena dengan majunya Soviet, Cina makin bergantung pada negara tersebut. Kebijaksanaan Mao ini dipandang sebagai pengimbang bagi rencana Soviet diatas, dimana Cina akan diubah dari negara agraris menjadi negara industri dalam sekejap mata saja.
Secara prinsip, program Mao ini adalah peningkatan produksi baja, industri ringan, dan konstruksi secara besar-besaran serta pengerahan tenaga rakyat secara besar-besaran. Bahkan petani yang semula bekerja di sawah dialihkan ke sektor industri. Sebagai gantinya kaum pria bekerja di pabrik dan kaum wanita diperintahkan bekerja di sawah-sawah.
Kebijaksanaan baru yang diawali pada tahun 1958 ini memang membuahkan berbagai hasil nyata seperti pembangunan jembatan, jalan kereta api, berbagai terusan, bendungan, pembangkit listrik, sarana pengairan, dsb. Pertanian juga mengalami peningkatan dari 1000 hingga 10.000%. Tetapi kebijaksanaan “Loncatan Besar ke Depan” ini akhirnya malah menuai bencana. Hasil panen gandum yang melimpah ruah pada tahun 1958 terpaksa dibiarkan membusuk di ladang, karena kaum pria yang seharusnya bertugas memanennya dikerahkan bekerja di pabrik. Ketika hasil panen merosot selama 2 tahun, para kader partai tetap melaporkan angka-angka yang fantastis kepada pemerintah pusat. Manipulasi ini mengakibatkan pemerintah mengira bahwa program baru yang dicanangkannya telah berhasil. Mereka mengambil sebagian besar gandum yang disangka sangat melimpah ruah hasilnya itu, sehingga tidak mencukupi lagi bagi rakyat dan akibatnya 30 juta rakyat meninggal karena kelaparan antara tahun 1959-1962.
Mao juga berambisi menjadi pemimpin dunia komunis menggantikan Uni Soviet. Pada tahun 1963 ia menuduh Kruschev mengkhianati komunisme dan beralih pada kapitalisme sehingga mempertanyakan posisi Soviet sebagai acuan bagi negara-negara komunis. Akibatnya hubungan dengan Soviet menjadi putus dan Kruschev menarik kembali semua ilmuwannya yang ada di Cina.

2.4       Revolusi Kebudayaan dan Wafatnya Mao

Kegagalan “Lompatan Besar ke Depan” menyebabkan kemunduran diri Mao sebagai ketua umum Republik Cina pada tahun 1959 dan diangkat Liu Shaoqi sebagai penggantinya., sementara itu Mao tetap menjabat sebagai ketua Partai Komunis China. Saat itu China masih dibayang-bayangi kegagalan kebijakan Mao.
Chen Yun, anggota tingkat lima Partai Komunis China serta seorang ekonom terkemuka menyarankan untuk membubarkan komuni raksasa yang terlalu sulit pengaturannya iru dan menerapkan perkembangan ekonomi yang lebih realistis, serta pemusatan perhatian pada bidang teknik ketimbang politik. Saran Chen ini yang barangkali telah disepakati sebelumnya oleh Liu, dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap pendukung fanatik Mao.
Kegagalan ini menyebabkan kritik lebih lanjut terhadap Mao. Pada konferensi komite pusat di Lushan yang diselenggarakan pada bulan agustus 1959, Peng Dehuai, Menteri Pertahanan saat itu, dengan terang-terangan mengecam Mao yang telah mengakibatkan kekacauan di dalam negeri serta memboroskan 2 juta yuan guna membangun pengecoran logam di desa-desa. Dalam konferensi itu sesungguhnya Mao mengakui kesalahannya. Ia mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, bahkan Konfusius dan Marx juga pernah melakukan kesalahan. Dikatakannnya pula bahwa dirinya yang pantas disalahkan atas semua itu, tetapi dengan cerdik ia mengatakan bahwa karena ada banyak pemimpin dalam pertai, kesalahan itu hendaknya dibagi rata.
Tergerak oleh penderitaan rakyat, Liu Shaoqi memiliki gagasan untuk melunakkan penindasan pemerintahterhadap kehidupan sosial-ekonomi rakyat. Dengan program “Tiga Milik Pribadi dan Satu Garansi”-nya (Sanzi yibao), Liu mengizinkan rakyat untuk mengerjakan tanah miliknya sendiri serta memiliki usaha kecil untuk dijual dipasar bebas. Hal ini tidak menyenangkan Mao yang mengkhawatirkan bangkitnya kapitalisme. Sementara itu banyak anggota partai yang tidak tertarik lagi dengan sosialisme serta kembali pada tradisi lama. Sebagai contoh pada bulan November 1962, Zhou Yang, wakil direktur Partai Komunis China, menyelenggarakan Forum mengenai konfusius di Shandong dalam rangka memperingati 2440 tahun kelahiran filsuf terkemuka di Cina itu. kekuasaan saat itu berada di tangan kaum moderat seperti presiden Liu Shaoqi dimana mereka tidak lagi meminta petunjuk Mao selaku ketua umum partai komunis dalam mengeluarkan kebijaksanaannya.
Untuk mengimbangi sepak terjang kaum moderat itu, Mao merencanakan gerakan pendidikan sosialis. Tapi ini juga gagal karena tidak didukung oleh anggota partai. Akhirnya untuk membersihkan pemerintah dari kaum moderat, Mao beralih pada para mahasiswa dan kaum muda yang masih mendukungnya. Mao menyerukan pada mereka untuk mengenyahkan orang-orang yang dipandang tidak sepaham dengannya. Kaum muda yang ingin diberi kesempatan berpartisipasi dalam pemerintahan menanggapi seruan itu dengan gembira. Mereka membentuk GARDA MERAH dan melakukan penghinaan serta penganiayaan terhadap penguasa setempat, kaum intelektual atau rakyat biasa yang tidak pro Mao.
Selain itu buku-buku yang memuat tentang ajaran tradisional bangsa Tionghoa serta benda-benda antik warisan leluhur juga dihancurkan oleh mereka. Meletuslah apa yang dinamakan Revolusi Kebudayaan. Revolusi ini dengan segera membawa negara dalam kekacauan. Kaum muda akhirnya lepas kontrol dan Mao tidak sanggup lagi mengendalikan mereka. Pejabat pemerintah atau penguasa setempat seringkali harus melarikan diri karena tindakan anarkis kaum muda yang makin brutal itu. pada akhir tahun 1966 kekacauan semakin menjadi-jadi. Keganasan GARDA MERAH membangkitkan kelompok-kelompok lain yang menentang mereka. Perkelahian antara mereka sering meletus di jalan-jalan. Antara bulan Desember 1966 hingga Januari 1967, Shanghai dilumpuhkan oleh bentrokan antar kelompok. Pihak yang dapat mengatasi kekacauan itu adalah tentara dan Mao sendiri saling meminta bantuan mereka untuk memulihkan ketertiban.
Untuk mengatasi kekacauan itu dibentuk pemerintahan sipil dan militer yang disebut Komite Revolusi. Usaha pemulihan itu memakan waktu lama sebelum dicapainya berbagai kompromi yang diawali pada musim panas 1967, setelah timbulnya kekacauan pada bulan Juli di Wuhan yang baru berakhir saat musim gugur 1969. Negara dan partai pada tahun 1967 praktis lumpuh dan dengan susah payah dibangun kembali, tetapi sementara itu pihak militer memperoleh kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya. Pada kongres ke 12 partai komunis Tionghoa pada bulan Oktober 1968, Liu Sahoqi dipecat dari jabatannya dan Mao dipulihkan kekuasaannya. Inilah satu-satunya tujuan revolusi kebuadayaan yang tercapai, yakni mengembalikan kekuasaan ke tangan Mao.
Kerugian yang ditimbulkan revolusi kebudayaan sungguh besar, seperti terhentinya kegiatan proses produksi. Seni dan buku-buku diawasi dengan ketat oleh negara. Sekolah dan universitas banyak yang ditutup. Sementara itu kesehatan Mao semakin memburuk dan wafat pada tanggal 9 September 1976. Era revolusi kebudayaan dianggap berakhir dengan wafatnya Mao. Kita dapat menyimpulkan bahwa revolusi kebuadayaan sebenarnya dipicu oleh pertentangan antara kubu radikal dan kubu moderat di dalam partai komunis Cina serta kegagalan kebijaksanaan “Lompatan Besar ke Depan”.

2.5       Sekilas Pemerintahan China setelah Wafatnya Mao

            Sepeninggalnya Mao Zedong terjadi perebutan kekuasaan di Cina. Perebutan kekuasaan itu terjadi antara Kaum moderat pimpinan Hua Guofeng dan kaum radikal pimpinan Jiang Qing, yang merupakan janda Mao Zedong. Jiang Qing memiliki ambisi untuk menjadi ketua partai komunis. Ia juga berkeinginan untuk mengangkat pendukung-pendukungnya menjadi oarang–orang penting dalam pemerintahan. Namun, Perebutan kekuasaan itu akhirnya dimenangkan oleh kelompok moderat. Sehingga Jiang Qing beserta pendukungnya ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Selanjutnya, pada tanggal 1 Januari 1979, Cina telah berada di bawah pimpinan Deng Xiaoping. Dibawah pemrintahannya, China membuka hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Pemerintah Cina juga
menjalin hubungan dengan berbagai negara. Mereka juga berusaha
memodernisasi Cina dengan menerima bantuan dari luar negeri. Ini menunjukkan jika sepeninggal Mao Zedong, bangsa Cina telah banyak mengalami perubahan.

2.6       Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi dan Politik China.

2.6.1    Sosial dan Budaya China

Cina yang tadinya memuja revolusi komunis (yang berkaitan erat dengan radikalisme kelas pekerja, egalitarianisme, dan memusuhi imperi-alisme Barat) telah digantikan oleh Cina yang termodernisasi, dengan ekonomi industri kapitalis yang terintegrasi dengan dunia, penerapan konsep demokrasi, dan pengembangan SDM melalui sistem pendidikan yang maju. Ini merupakan bukti adanya penolakan pada revolusi atas nama modernisasi atau dengan kata lain penolakan pada sosialisme atas nama kapitalisme.
Negara ini telah lama mengalami masalah pertumbuhan penduduk. Dalam usaha membatasi perkembangan populasinya, RRC telah mengambil kebijakan yang membatasi keluarga di perkotaan (etnis minoritas seperti Tibet dikecualikan) menjadi 1 anak dan keluarga di pedalaman 2 anak saat yang pertama wanita. RRC telah mengintitusikan program pengambilan anak angkat internasional, di mana penduduk negara lain datang untuk mengangkat mereka, tetapi program ini menampakkan hasil yang tidak memuaskan.
Norma tradisional Cina diperoleh dari versi ortodoks Konfusianisme, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan bahkan merupakan bagian dari ujian pelayanan publik kekaisaran pada zaman dulunya. Akan tetapi keadaan tidak selalu begitu karena pada masa dinasti Qing umpamanya kekaisaran Cina terdiri dari banyak pemikiran seperti legalisme, yang di dalam banyak hal tidak serupa dengan Kong Hu Cu, dan hak-hak mengkritik kerajaan yang zalim dan perasaan moral invididu dihalangi oleh pemikir ‘orthodoks’. Sekarang, adanya neo-Konfucianisme yang berpendapat bahawa ide demokrasi dan hak asasi manusia sejajar dengan nilai-nilai tradisional Konfuciusme ‘Asia’.
Para pemimpin yang memulai langkah-langkah untuk mengubah masyarakat Cina setelah berdirinya RRC pada 1949 dibesarkan dalam lingkungan tua dan telah diajarkan norma hidup sesuai dengan lingkungan hidupnya. Meskipun mereka merupakan revolusioner yang mampu beradaptasi dengan zamannya, mereka tidak ingin mengubah budaya Cina secara besar-besaran. Sebagai pemerintah langsung, para pemimpin RRC mengganti aspek tradisional seperti kepemilikan tanah di desa dan pendidikan tetapi masih menyisakan aspek-aspek lainnya, misalnya struktur keluarga.
Revolusi Komunis di negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang) menjadi Ateis atau tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu, Buddha Therawada dan Buddha Tibet juga diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini. Selain itu diperkirakan terdapat 18 juta penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 14 juta Kristen (4 juta Katolik dan 10 juta Protestan) di negara ini.
Kebanyakan pemerhati luar berpendapat bahwa waktu setelah 1949 bukanlah sesuatu yang berbeda di RRC dibandingkan dengannya sebelum itu, malah merupakan penerusan cara hidup yang berpegang pada nilai-nilai lama masyarakat Cina. Pemerintah baru diterima tanpa protes apapun karena pemerintahan baru dianggap “mendapat mandat dari surga” untuk memerintah, mengambil-alih pucuk kepemimpinan dari kekuasaan lama dan mendapat rida para dewa. Seperti pada zaman lampau, pemimpin seperti Mao Zedong telah disanjung. Pergantian dalam masyarakat RRC tidak konsisten seperti yang didakwa.
Sepanjang masa pemerintahan RRC, banyak aspek budaya tradisi Cina dianggap sebagai seni lukis, peribahasa, bahasa, dan sebagainya yang lain telah coba dihapus oleh pemerintah seperti yang terjadi pada Revolusi Kebudayaan karena didakwa kolot, feodal dan berbahaya. Semenjak itu, Cina telah menyadari kesalahannya dan mencoba untuk memulihkannya semula, seperti reformasi Opera Beijing untuk menyuarakan propaganda komunisnya. Dengan berlalunya waktu, banyak aspek tradisi Cina telah diterima kerajaan dan rakyatnya sebagai warisan dan sebagian jati diri Cina. Dasar-dasar resmi pemerintah kini dibuat berlandaskan kemajuan dan penyambung peradaban RRC sebagai sebagian identitas bangsa. Nasionalisme juga diterapkan kepada pemuda untuk memberi legitimasi kepada pemerintahan Partai Komunis Cina.
Cina juga melakukan reformasi budaya yang dikenal dengan “Liberalisasi Pikiran”. Reformasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan sisi-sisi pengaruh konfusianisme dan budaya petani tradisional yang kurang sesuai dengan semangat pembangunan Cina. Di sisi lain, liberalisasi pikiran mendorong masyarakat Cina untuk mengaktualisasikan diri, aktualisasi diri itu merupakan sikap yang bertentangan dengan ajaran konfusianisme yang menekankan ajaran kebersamaan. Oleh sebab itu Deng mengatakan bahwa “kaya adalah mulia’. Selain itu, liberalisasi pikiran bertujuan untuk mengikis sikap petani tradisional yang pada umumnya cepat puas dan berpedoman bahwa hidup bukan untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup sehingga kerja tidak untuk mencapai prestasi.

2.6.2    Ekonomi

Sejak Mao “pergi menghadap Marx” pada September 1976, China menjadi negara yang “pragmatis” yaitu menggunakan sistem ekonomi pasar bebas ditengah tengah idiologi komunisme. Akhirnya tahun 1970-an, sesuai dengan hasil kongres ke-11 Partai Komunis China (Shiyi Da) Tanggal 12-18 Agustus 1977 yang dilaksanakan di Beijing, yaitu: reformasi ekonomi, dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar, dan modernisasi 4 bidang, yaitu industri, pertanian, ilmu dan teknologi, pertahanan nasional.
Kebijakan ekonomi China yang pragmatis ini didasarkan atas evaluasi pengalaman dalam pelaksanaan berbagai eksperimen program pembangunan yang mereka sebut ”mencari kebenaran dari kenyataan konkret”, seperti ”sistem tanggung jawab rumah tangga” yang pada akhir 1970-an telah meninggalkan sistem pertanian kolektif dan mengembalikan usaha tani kepada para petani. Hasilnya, kenaikan pesat dalam produktivitas, hasil produksi, dan pendapatan petani tanpa memerlukan pengeluaran besar dari Pemerintah China.
Kebijakan ekonomi yang pragmatis juga tecermin pada kebijakan ”pintu terbuka” bagi investasi asing. Meski dari tahun ke tahun sistem insentif dan peraturan mengenai investasi asing terus disempurnakan, insentif dan peraturan tentang investasi asing tetap menarik bagi investor asing.
Sejak Deng Xiaoping meluncurkan program reformasi ekonomi tahun 1979, ekonomi China mengalami pertumbuhan amat menkjubkan. Sebagai hasilnya, ekonomi Cina menunjukkan dinamisme yang mencengangkan, antara tahun 1978 dan 1995, sumbangan Cina terhadap GDP dunia meningkat dari 5% menjadi 10,9%. Meskipun Cina masih tergolong miskin dalam konteks pendapatan perkapita, hasil ini telah memicu spekulasi tentang masa depan Cina. Bahkan ada pengamat yang mengatakan bahwa dengan keberhasilan Cina untuk tidak terseret dalam gelombang krisis ekonomi Asia, perekonomian Cina diperkirakan akan mampu menyamai Amerika Serikat pada sekitar tahun 2015.
Selain itu, Deng Xiaoping Den Xiaoping mengeluarkan kebijakan perombakan tata ekonomi RRC. Gagasan perombakan ini dituangkan dalam gagasan empat bentuk modernisasi RRC. Empat bentuk modernisasi ini mencakup bidang pertanian, industri, iptek, dan militer. Gagasan ini dikemukakan pada sidang pleno ketiga kongres Sentral Komite ke–XI Partai Komunis Cina (PKC) pada tahun 1978
.
2.6.3    Politik

Kehidupan bermasyarakat China pada masa RRC pada umumnya dipengaruhi oleh komunisme. Dari aspek politik, RRC menjadi sebuah sosial komunisme dengan sistim mono partai yaitu PKC. Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun terdapat sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang diadakan di peringkat kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap tegas mereka dari masa ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas pemilihan jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara otokratis untuk mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya, ia pada masa yang sama juga mencoba mengurangi penentangan dengan memajukan ekonomi, membenarkan tunjuk perasaan pribadi, dan melayani para penentang yang dianggap tidak berbahaya terhadap pemerintah secara lebih adil.

DAFTAR PUSTAKA
Taniputera,Ivan. 2009. The History of Cina. Ar-Ruz Media : Jogjakarta.
http://pandri-16.blogspot.com/2012/01/sejarah-awal-berdiri-negara-china.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Rakyat_Cina
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/04/sejarah-negara-china.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://subpokmandarin.wordpress.com/2008/04/04/sejarah-china/
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://zegavon2go.blogspot.com/2012/01/geografi-tentang-cina-kondisi-fisik.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://saparuddin-sejarahkayong.blogspot.com/2012/05/kebijakanmao-zedong-rayat-hidup-mao.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
http://danilsyam.blogspot.com/2012/05/mao-zedong.html
Diakses pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.