blog

Assalamualaikum Wr Wb
widgeo.net

Selasa, 01 Januari 2013

Perang Saudara Kuo Mintang dan Kun Chang Tang


Latar Belakang Munculnya Kuo Mintang dan Kun Chang Tang
Ø  Kuo Mintang
Kaum muda China sangat bersemangat untuk mendirikan Negara yang demokratis yang bebas dari penjajah sejak kepercayaan terhadap dinasti Manchu luntur. Salah satu tokoh dalam kaum muda tersebut adalah Dr. Sun Yat Sen. Dengan asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan pusat yang demokratis. Ajaran  San Min Chu I yang dimaksud yaitu  (Tiga Asas Kerakyatan), yakni mint'sen (kebangsaan atau nasionalisme), min tsu (kerakyatan atau demokrasi), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme). Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat. Dr. Sun Yat Sen adalah orang yang berhasil mempelopori kekuatan rakyat di China Selatan yang ketika itu bertujuan untuk menggulingkan Manchu. Pada tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang. Tanggal 10  Oktober 1911 kemudian dijadikan hari Kemerdekaan Cina. Dengan Revolusi Cina 1911,berarti runtuhlah kekuasaan Manchu.
Sehingga pada tanggal 10 Oktober 1911 resmilah berdirinya Republik Cina dengan Nanking sebagai ibukotanya. Peristiwa ini dikenal dengan nama The Double Ten Day (10 – 10 – 1911) atau Wuchang Day.
Dalam revolusi China tersebut, nama Dr. Sun Yat Sen tentu sangat berjasa karena dialah yang memimpin gerakan kaum muda untuk menggulingkan Dinasti Manchu dan menginginkan Negara China baru yang berasaskan demokrasi. Karena hal itulah, pada tanggal 1 Januari 1912 Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru. Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan Nanking sebagai ibukotanya. Cina Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan T sung (yang masih kanak-kanak) dengan didampingi oleh Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Cina (12 Februari 1912). Demikian berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina.
Wilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang turut menandatangani penyerahan kekuasaan dan diberi kekuasaan untuk mengaturnya. Ia pun berambisi besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik Cina dan untuk terhindar dari perang saudara maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Canton pada bulan Agustus 1912 dan mendirikan Partai nasionalis China  (Kuo Min Tang)  dengan asas San Min Chu (Nasionalisme, Demokrasi, dan Sosialisme). Awalnya partai ini bernama Dongmenghui.
Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih Kai menjadi presiden, ia bertindak diktator. Hal itu tentu saja mengecewakan kelompok revolusioner yang telah memberi kepercayaan Yuan Shih Kai memimpin Cina. Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk Partai Nasional (Kuomintang) pada tahun 1912. Selanjutnya, kaum revolusioner mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Yuan Shih Kai. Namun, revolusi mengalami kegagalan sehingga pemimpinnya melarikan diri ke Jepang. Yuan Shih Kai makin bertindak tidak simpatik terhadap para pendukungnya karena merasa paling kuat. Yuan Shih Kai berkeinginan menghidupkan kembali kekaisaran di Cina. Tentu saja keinginan itu ditentang para pengikutnya, terutama dari kalangan militer. Menjelang tahun 1916 pemerintahan di Beijing mulai melemah.
 Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali memimpin Cina Selatan. Sun yat Sen bercita-cita untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang cita-citanya belum terwujud telah meninggal dunia (1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
Ø  Kun Chang Tang
Berdirinya Partai Komunis Cina (Gong Chan Dang) dilatarbelakangi oleh Revolusi Bolshevik. Karena setelah revolusi ini berhasil, komunisme mulai membentangkan sayapnya keseluruh dunia, salah satunya adalah negara Cina. Keberhasilan Revolusi Bolshevik sangat menarik perhatian para intelektual Cina, sehingga mereka banyak mempelajari buku-buku ajaran komunisme. Hilangnya kepercayaan intelektual Cina terhadap negara-negara Barat, semakin membuat mereka menyukai paham komunisme.
Li Dazhao, seorang profesor di bidang sejarah dan juga seorang kepala perpustakaan pada tahun 1918 mendirikan perkumpulan “New Tide Society” yang mengkaji ajaran Marxisme. Perpustakaannya terkenal dengan sebutan “Kamar Merah” (Hong Lou). Salah satu pengikutnya adalah Mao Zedong, seorang asisten perpustakaan Universitas Beijing (Beijing Daxue), Chen Duxiu seorang dekan fakultas sastra, dan beberapa kaum intelektual lainnya.
Uni Soviet yang sedang mengembangkan komunisme mulai mencari jalan, salah satunya adalah mengeluarkan manifesto politik yang menguntungkan Cina pada Juli 1919 oleh Deputi Komisaris Urusan Luar Negeri, Leo Karakhan. Berikut adalah beberapa dari manifesto politik tersebut, yaitu:
1.   Uni Soviet akan mengembalikan semua daerah dan konsesi yang berdasarkan “perjanjian tidak seimbang” kepada Cina.
2.   Hak ekstrateritorialitas dan pampasan perang dari peristiwa tinju akan dihapus.
3.   Uni Soviet akan berhenti ikut serta dalam mengelola bea cukai dan pajak garam di Cina.
Manifesto tersebut membuat para intelektual Cina semakin terpikat pada komunis.  Kemudian pada tahun 1919 mendirikan cabang komintern di Shanghai di bawah pimpinan Voitinsky. Kemudian atas desakan komintern berdirilah Partai Komunis Cina pada Juli 1921 dan yang menjadi Sekertaris Jenderal PKC pertama adalah Chen Duxiu.


Perkembangan Kuo Mintang dan Kun Chang Tang
a.      Kuo Mintang atau Partai Nasionalis China (KMT)
           Partai Nasionalis China (KMT) adalah partai politik tertua dalam sejarah modern Cina. Partai ini didirikan oleh  Dr. Sun Yat sen dengan tujuan revolusi melawan Kekaisaran Dinasti Qing dan mendirikan Republik Cina demi adanya pembaruan di Cina. Pembaruan maksudnya adalah membangun masyarakat China yang lebih bahagia dari pimpinan dinasti sebelumnya.
Setelah tahun 1911 atau tepatnya sejak partai nasionalis China berdiri, Cina diperintah secara otokratis oleh Kuo Mintang dan beberapa panglima perang.
           Kuo Mintang didirikan atas dasar Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme. Pada tahun 1919 Dr. Sun Yat Sen mengadakan pembenahan terhadap Partai Nasional dengan merekrut pada mahasiswa. Pada saat yang sama, ideologi komunis mulai menyusup di Cina dan banyak dianut mahasiswa yang berada di Beijing dan Shanghai.
           Pemimpin-pemimpin Kuomintang, yaitu Dr. Sun Yat-sen (1894 - Maret 1925), Chiang Kai-shek (Mei 1926 - Maret 1927), Hu Han-min (Desember 1935 - Mei 1936), Chiang Kai-shek (April 1938 - April 1975), Chiang Ching-kuo (April 1975 - Januari 1988), Lee Teng-hui (Januari 1988 - Maret 2000) dan seterusnya sampai masa sekarang.


a.      Kun Chang Tang atau Partai Komunis China (PKC)
Setelah berdirinya partai nasionalis China pada 1912 untuk wilayah selatan China, kemudian berdirilah partai Kung Chang Tang pada 1921. Partai komunis China ini bertambah besar seiring dengan masuknya pengaruh komunis Uni Soviet.
Pada awal berdirinya Kun Chang Tang, merupakan cabang Asia dari Uni Soviet. Sejak semula ia adalah pengkhianat penjual bangsa.
Selama masa awal pendiriannya, Kun Chang Tang tidak mempunyai uang, tidak mempunyai ideologi maupun pengalaman, terlebih lagi mereka tidak mempunyai tulang punggung. Kun Chang Tang bergabung dengan Komintern adalah untuk ikut serta dan menyandarkan diri pada revolusi kekerasan. Revolusi kekerasan dari Kun Chang Tang adalah turunan dari revolusi kekerasan fase Marx dan Lenin. Komintern adalah pusat komando penggulingan kekuasaan pemerintah berbagai negara di dunia. Kun Chang Tang hanyalah cabang Asia Timur dari Komunis Soviet yang menjalankan imperialisme dari Tentara Merah Rusia. Kun Chang Tang bersandar pada kematangan Komunis Soviet dalam kekerasan merebut kekuasaan serta pengalaman, garis politik, pemikiran dan organisasi diktator proletariat dalam mematuhi perintah Komunis Soviet, menjiplak cara organisasi bawah tanah ilegal asing, melaksanakan pengawasan dan pengontrolan ketat. Uni Soviet adalah tulang punggung dan pembimbing Kun Chang Tang.
Konstitusi partai pada konferensi pertama Kun Chang Tang disusun oleh Komintern, manifestasi dari azas-azas Marx dan Lenin, pertentangan kelas, kediktatoran proletariat dan doktrin pembangunan partai, dengan program Partai Komunis Soviet sebagai dasar yang penting. Jiwa dari Kun Chang Tang berpijak pada ideologi yang diimpor dari Uni Soviet. Pada intinya semua tentang Kun Chang Tang adalah bawahan dari Uni Soviet.
Dalam pergerakannya, Kun Chang Tang bertindak seperti parasit. Ia bekerja sama dengan Kuo Mintang pada kerjasama pertama Kuo Mintang- Kun Chang Tang hanyalah untuk memperluas pengaruhnya dengan mengambil keuntungan dari revolusi nasional. Terlebih lagi, Kun Chang Tang sangat antusias untuk meluncurkan revolusi yang didukung oleh Soviet dan menduduki kekuasaan, dan keinginannya ini sebenarnya telah menyalahi dan mengkhianati gerakan Revolusi Nasional.
Karakter yang paling menonjol dari Kun Chang Tang adalah ketakutan yang mendalam, terutama ketakutan akan kehilangan kekuasaan. Bertahan adalah kepentingan utama Kun Chang Tang, yang dilakukannya dengan menggunakan kekerasan. Penyebaran Kun Chang Tang secara mendasar telah menurunkan moralitas dan tatanan sosial masyarakat umat manusia.
Kun Chang Tang tidak percaya dengan prinsip-prinsip moralitas dan keadilan. Semua prinsip-prinsipnya digunakan sepenuhnya untuk kepentingan sendiri. Pada dasarnya ia egois, dan tidak ada prinsip yang dapat menahan dan mengontrol keinginannya. Sesuai dengan prinsipnya, Partai perlu untuk terus menerus merubah penampilan luarnya, menggunakan selubung baru. Pada masa awal ketika keberadaannya dipertaruhkan, Kun Chang Tang menempel kepada Partai Komunis Uni Soviet, kepada Kuo Mintang, kepada pemerintahan Kuo Mintang, dan kepada Revolusi Nasional. Setelah mendapatkan kekuasaan, Kun Chang Tang menempelkan dirinya pada berbagai macam bentuk kesempatan, kepada pikiran dan perasaan warga negara, kepada struktur sosial dan berbagai cara apa saja yang bisa dirambahnya. Kun Chang Tang telah menggunakan setiap krisis sebagai kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan dan memperkuat dirinya untuk bisa mengendalikan kontrol.

Strategi-strategi yang digunakan Partai Komunis China
           Partai Komunis menerapkan strategi dua sisi, satu sisi lembut dan fleksibel serta sisi lain keras dan tegas. Strategi lembutnya meliputi propaganda, garis depan yang bersatu, memata-matai, bermuka dua, mencekoki pikiran orang, mencuci otak, berbohong dan menipu, menutupi kebenaran, melakukan teror mental dan menciptakan kondisi penuh teror. Dalam melakukan hal-hal ini Kun Chang Tang menciptakan sindrom ketakutan di dalam hati anggota partai yang membuat mereka mudah untuk melupakan kesalahan yang telah dilakukan partai. Berbagai metode ini menghilangkan sifat dasar manusia dan membentuk kebrutalan dalam diri manusia. Taktik keras dari Kun Chang Tang meliputi kekerasan, penindasan, gerakan politik, membunuh dan menghancurkan kehidupan, menculik, menekan pendapat orang lain, serangan bersenjata, penyingkiran pihak lain yang dilakukan setiap kurun waktu tertentu, dan lain-lain. Metode-metode agresif ini adalah jaminan bagi partai untuk terciptanya teror.
           Kun Chang Tang menggunakan kedua metode halus dan kasar secara bersamaan. Sesaat mereka lakukan dengan ringan sesaat kemudian dengan tegas, atau mereka akan ramah untuk urusan eksternal tetapi kaku bagi urusan internal. Dalam suasana ringan, Kun Chang Tang mendorong orang untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda, tetapi bagaikan memancing ular keluar dari sarangnya, yang mengeluarkan pendapatnya kemudian akan ditindas dan dilakukan pengawasan yang ketat. Kun Chang Tang sering menggunakan demokrasi untuk menantang Kuo Mintang, tetapi ketika para intelektual Kun Chang Tang yang berada di bawah pengawasan ketat tidak setuju dengan partai, mereka akan disiksa dan bahkan dipenggal kepalanya.

Latarbelakang Terjadinya Perang Saudara
           Seperti penjelasan sebelumnya jika pada 10 Oktober 1911 merupakan hari revolusi China. China dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah selatan dan wilayah utara. Wilayah selatan sejak 10 Oktober 1911 merupakan wilayah nasionalis yang dipimpin oleh Sun Yat Sen yang waktu itu memimpin pergerakan untuk pembaharuan di China. Sedangkan wilayah utara waktu itu masih dikuasai oleh bangsa Manchu, baru kemudian Yuan Shih Kai berjasa menyatukan wilayah setan dan utara sehingga ia pun diangkat menjadi preseiden atas jasanya ini, mengantikan Sun Yat Sen sebagai presiden sebelumnya agar tidak terjadi perang saudara. Sun Yat Sen ketika itu mendirikan partai nasionalis China atau Kuo Mintang, dan ketika faham komunis masuk di China berdirilah partai komunis China atau Kung Chang Tang pada 1921.
           Yuan Shih Kai berkuasa sejak 1912-1916, dan pada 1916 ia meninggal dan digantikan kembali oleh Sun Yat Sen. Pada masa pemerintahannya dan memerintah Cina secara diktator. Yuan Shih Kai berasal dari militer. Hal itu tentu saja mengecewakan kelompok revolusioner yang telah memberi kepercayaan Yuan Shih Kai memimpin Cina. Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk Partai Nasional (Kuomintang) pada tahun 1912. Selanjutnya, kaum revolusioner mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Yuan Shih Kai. Namun, revolusi mengalami kegagalan sehingga pemimpinnya melarikan diri ke Jepang. Yuan Shih Kai makin bertindak tidak simpatik terhadap para pendukungnya karena merasa paling kuat. Yuan Shih Kai berkeinginan menghidupkan kembali kekaisaran di Cina. Tentu saja keinginan itu ditentang para pengikutnya, terutama dari kalangan militer. Menjelang tahun 1916 pemerintahan di Beijing mulai melemah. Namun, militer yang menjadi inti kekuatannya di Utara masih mampu mengontrol wilayahnya. Dengan demikian, kaum militer sebenarnya yang berkuasa di Cina Utara. Pada tahun 1922 pemerintahan republik runtuh dan kaum militer yang berkuasa. Oleh karena ada dua pemerintahan dalam satu wilayah Cina, terjadilah perang saudara.
           Pada tahun 1923 Uni Soviet mulai menjalin hubungan dengan pemerintah Cina. Uni Soviet mengirimkan beberapa penasihatnya ke Cina untuk membantu kaum nasionalis. Uni Soviet menyarankan agar kaum komunis dan nasionalis bersatu untuk melancarkan revolusi melawan pemerintahan militer di Utara.
           Pada tahun 1925 Dr. Sun Yat Sen meninggal. Pada masa pemerintahannya,  Sun Yat Sen berusaha menyatukan China selatan dan Utara menjadi satu kesatuan Republik China, namun sayang cita-citanya ini belum tercapai sampai ia meninggal dan kepemimpinannya digantikan oleh Chiang Kai-shek seorang militer. Pada tahun 1926, para pemimpin militer di Utara berhasil ditundukkan oleh orang-orang nasionalis dan komunis. Namun, setahun kemudian, Chiang Kai-shek berbalik memusuhi kaum komunis.
           Pada tahun 1927 seluruh Cina berhasil disatukan dalam pemerintahan kaum nasionalis. Sejak itu terjadilah persaingan antara Kaum Nasionalis dan Kaum Komunis.

Terjadinya Perang Saudara
Sejak tahun 1925 Konflik (perang saudara) kekuasaan antara kaum nasionalis (Kuo Min Tang) dan kaum Komunis (Kuo Chang Tang) tidak dapat dihindari.
Pada tahun 1926, para pemimpin militer di Utara berhasil ditundukkan oleh orang-orang nasionalis yang bekerjasama dengan partai komunis. Namun, setahun kemudian, Chiang Kai-shek berbalik memusuhi kaum komunis. Pada tahun 1928 seluruh Cina berhasil disatukan dalam pemerintahan kaum nasionalis.
Koalisi antara nasionalis dengan komunis mengalami keretakan akibat munculnya sikap saling mencurigai. Dalam perselisihan ini golongan nasionalis dapat menguasai keadaan, dengan mengepung komunis.
Keadaan ini diawali dari adanya kekacauan setelah wafatnya Dr. Sun Yat Sen. Setelah itu, pemerintah Kuo Mintang di Kanton melantik Wang Jingwei sebagai presiden pada tanggal 1 Juli 1925. Sementara itu, di utara Feng Yuxiang tidak cocok lagi dengan Zhang Zoulin dan timbul pertikaian diantara keduanya. Zhang berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Manchuria, tetepi kemudian ia bersekutu deng Wu Peifu dan menggempur atau menyerang Feng. Akhirnya, giliran Feng yang berhasil dikalahkan dan terpaksa melarikan diri ke Mongolia. Ia lalu mengunjungi Rusia dan pada bulan Juni 1926 bergabung dengan Kuo Mintang.
Sementara itu, Chang Kai Sek makin memperlihatkan ketidaksukaanya kepada kaum komunis, ia melakukan gebrakan dengan menanggapi banyak anggota partai yang pro komunis pada tanggal 20 Maraet 1926. Inilah awal permusushan Chang Kai Sek dengan komunis. Chang Kai Sek lalau diangkat sebagai pemimpin Pasukan Pemukul Utara. Pada tanggal 9 Juli 1926 dalam suatu rapat di Kanton, yang menghasilkan keputusan untuk bertempur membebaskan China dari cengkraman negeri-negeri asing dan warlord yang menyengsarakan rakyat. Selanjutnya akan dibentuk suatu pemerintahan yang bersih, jujur, dan adil. Dalam waktu satu bulan, pasukan yang dipimpin Chang Kai Sek berhasil mencapai Jiangxie dan Hunan. Ketika mereka tiba di Hebei, pasukan Wu Peifu telah berhasil ditundukkan sepenuhnya.
Pada saat yang sama, berlangsungnya kampanye militer penyatuan Cina yang dipimpin oleh Chang Kai Sek, anggota sayap kiri Kuo Mintang yang pro-komunis memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Wuhan pada bulan November 1926 yang dipimpin oleh Wang Jingwei. Dengan demikian, Kuo Mintang mulai terpecah menjadi dua yaitu sayap kanan (nasionalis) dan sayap kanan (komunis). Pasukan Pemukul Utara Chang Kai Sek, berhasil merebut Shanghai pada tanggal 20 Maret 1927, dan empat hari kemudian Nanjing jatuh ketangan mereka. Untuk mending pemerintahan sayap kiri Kuo Mintang, Chang Kai Sek membentuk pemerintahan di Nanjing. Dalam pertempuran merebut Nanjing, beberapa orang asing terbunuh, tetapi masalah ini dapat didelesaikan dengan jalan damai.
Ternyata Wang Jingwei (yang bukan komunis) tidak dapat akur dengan anggota komunis Kuo Mintang di Wuhan. Mereka telah bertindak terlampau jauh dibandingkan dengan yang disetujui oleh Wang. Ditambah lagi, ia mendapat informasi bahwa tujuan kaum komunis yang sesungguhnya adalah menghapuskan Kuo Mintang dan menjadikan Cina sebagai Negara komunis. Oleh karena itu, ia menerima tawaran Feng Yuxiang agar bersatu kembali dengan Chang Kai Sek dan membersihkan partai dari kaum komunis. Wang Jingwei menyetujui saran tersebut dan mengirim kembali Borodin (penasihat Uni Soviet yang dikirim ke Cina) serta Jendral Blucher ke Uni Soviet. Anggota partai yang pro-kumunis diusir pula pada tanggal 15 Juli dan banyak diantara orang-orang yang diusir itu, mengikuti Borodin dan Blucher melarikan diri ke Uni Soviet  dan kini putuslah hubungan antar Kuo Mintang dengan Komunis. Hubungan ini putus karaena Borodin dan Blucher merupakan utusan komunis Uni Soviet yang bertujuan untuk mengkomuniskan Cina.
Meskipun, kaum komunis telah diusir dari Kuo Mintang, pemerintahan Wuhan masih anti Chang Kai Sek dan berniat merobohkan pemerintahan Nanjing bentukan Chang Kai Sek. Hal ini menyulitkan usaha Chang Kai Sek untuk meneruskan ekspedisi militer penyatuan Tiongkoknya, karena harus berperang menghadapi dua kubu. Untuk sementar waktu Chang Kai Sek meletakkan jabatannya sebagai pemimpin Pasukan Pemukul Utara. Dan pada akhirnya setelah mencapai perdamaian antara kedua fraksi Kuo Mintang yang berseteru itu, barulah Chang Kai Sek memangku kembali jabatannya pada bulan Januari 1928. Gerakan memathakan kekuasaan para Warlord di Utara dapat dimulai kembali, ketika hendak menguasai provinsi Shandong, pasukan Chang Kai Sek harus berhadapan dengan Jepang, yang emamng menguasai sebagian wilayah tersebut (dahulunya daerah Jerman, tetapi dialihkan kepada Jepang sebagai hasil perjanjian Versailles). Bahkan Jepang bertindak lebih jauh dengan membunh Chai Gong Sie, seorang pejabat diplomatic Cina beserta 16 orang anggota staffnya. Chang Kai Sek menghindari bentrokan yang lebih dahsyat dengan Jepang dan meninggalkan provinsi tersebut.
Dibagian lain, pasukan pemukul utara mencapai kemenangan gemilang. Banyak anggota pasukan para warlord yang menyerah dan bergabung dengan Chang Kai Sek. Wu Peifu dan Sun Chuangfang boleh dikatakan telah kalah. Zhang Zaolin yang saat itu masih menguasai Beijing menyadari kekalahannya sudah diambang pintu dan melarikan diri ke Manchuria. Tetapi bom yang meledak ketika keretannya sedang lewat menewaskannya. Belakangan diketahui pembunuhan ini didalangi oleh Jepang. Sesudah Zhang Zoulin melarikan diri dari Beijing, tentara pimpinan Yan Xishan memasuki kota. Usaha Chang Kai Sek untuk menyatukan cina kini usai sudah. Pada tanggal 6 Juli 1928, para pemimpin nasionalis berziarah ke kuil Byunshih tempat jenazah Dr. Sun Yat Set disemayamkan untuk sementara waktu guna menberitahukan bahwa kini Cina bersatu kembali. Sebagai mana halnya dulu, Dr. Sun berziarah ke makam kaisr-kaisar Dinasti Ming saat kekuasaan Dinasti Manchu berhasil dirobohkan.  
Meskipun kaum nasionalis berkuasa di Cina, sebenarnya mereka tidak mampu mengontrol seluruh wilayah Cina secara penuh. Gangguan yang dilakukan kaum komunis dan usaha agresi Jepang mewarnai masa pemerintahan kaum nasionalis. Kaum komunis berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya di wilayah tengah dan selatan Cina. Namun, pada tahun 1934 Chiang Kai-shek berhasil mematahkan perlawanan kaum komunis. Akibat pertempuran tersebut, kaum komunis Cina mulai mengonsolidasikan kekuatannya di bagian Utara Cina. Untuk maksud itu, Mao Zedong, pemimpin Partai Komunis Cina mengajak pengikutnya melakukan perjalanan panjang melalui darat untuk mencapai Provinsi Shensi di Cina Utara. Kegiatan itu kemudian dikenal sebagai peristiwa Long March. Long March ini berjarak sekitar 9.700 km. Tujuannya adalah untuk menyusun kekuatan di utara.

Selama masa Ekspedisi Utara, Kun Chang Tang melakukan pemberontakan-pemberontakan di daerah pedesaan dalam usaha meraih kekuasaan, sementara itu Tentara Revolusi Nasional berperang melawan panglima-panglima perang di utara.
Mao Zedong yang memimpin ekspedisi ini mengakui, "Benar bahwasanya para petani di pedesaan 'sulit diatur' ". Dengan penuh kekuasaan, organisasi petani membuat pemilik tanah tidak dapat mengeluarkan pendapat dan wibawa mereka dicela. Ini berarti memojokkan pemilik tanah dan menyudutkan mereka disana. Para petani mengancam, "Kami akan masukkan kalian ke dalam daftar (daftar reaksioner)". Mereka mendenda gembong lalim setempat dan bangsawan jahat, mereka meminta jatah dari mereka, dan mereka merusak kursi mobil mereka. Orang-orang menyerbu rumah-rumah dari gembong lalim setempat dan bangsawan jahat yang tidak setuju dengan adanya organisasi petani, memotong babi dan memakan gandum mereka. Mereka bahkan berbaring di atas tempat tidur bersih dari anak-anak perempuan di rumah itu. Jika ditegur sedikit saja, mereka akan menangkap orangnya, memahkotai orang yang ditangkap dengan topi tinggi terbuat dari kertas, dan mengaraknya keliling desa, dan meneriakkan, "Tuan tanah hina, sekarang kamu tahu siapa kami!" Melakukan apa saja yang membuat mereka senang dan membalikkan segalanya, mereka telah menciptakan teror di pedesaan.
Tetapi Mao setuju dengan sifat "sulit diatur" ini, dengan mengatakan, ... "Secara gamblang, untuk sementara ini perlu untuk menciptakan teror di setiap daerah pedesaan, jika tidak, akan mustahil untuk menekan kegiatan dari kontra revolusioner di pedesaan terlebih lagi menumbangkan pengaruh bangsawan jahat. Batasan norma-norma harus dilanggar demi membenarkan yang salah, jika tidak, yang salah tidak bisa dibenarkan .... Banyak dari perbuatan mereka pada masa revolusi, yang terlihat keterlaluan sebenarnya adalah yang dibutuhkan oleh revolusi. Revolusi komunis menciptakan sistem teror.
Kun Chang Tang menyebut "Perjalanan Panjang - Long March" sebagai operasi utara anti-Jepang. "Perjalanan Panjang" dijadikan sebagai kisah dongeng revolusi Tiongkok. Ia mengatakan bahwa "Perjalanan Panjang" adalah "kitab deklarasi", "tim propaganda" dan "mesin penyebar bibit" yang berakhir dengan kemenangan untuk Kun Chang Tang dan kekalahan bagi musuh.
Operasi Utara "Anti-Jepang" adalah kebohongan yang tak kenal malu dari Kun Chang Tang untuk menutupi kegagalannya. Pada kenyataannya, dari Oktober 1933 sampai Januari 1934, Partai Komunis mengalami kekalahan total menghadapi operasi kelima Kuo Mintang yang bertujuan untuk mengurung dan memusnahkan Kun Chang Tang, Kun Chang Tang kehilangan satu persatu kekuatannya di daerah pedesaan. Dengan daerah markasnya yang terus menyempit, Tentara Merah harus kabur. Inilah hal yang sebenarnya di balik "Perjalanan Panjang".
"Perjalanan Panjang" sebenarnya bertujuan menerobos pengepungan dan lari ke sepanjang garis perbatasan Mongolia dan Uni Soviet. Kala itu perjalanan mereka menghadapi banyak kesulitan, ke arah Barat menyusuri perbatasan Mongolia, mendekati Soviet agar mudah melarikan diri sebagai antisipasi bila kalah diserang. Mereka memilih untuk melewati Shanxi dan Suiyuan. Pada satu sisi dengan menempuh propinsi-propinsi di utara ini, mereka bisa mengakui sebagai "anti-Jepang" dan memenangkan hati rakyat, di sisi lain, daerah tersebut sangatlah aman, tidak ada tentara Jepang bermarkas di sana, karena tentara Jepang hanya menduduki teritori sepanjang Tembok Raksasa. Setahun kemudian, ketika Kun Chang Tang akhirnya tiba di Shanbei (bagian Utara propinsi Shanxi), kekuatan inti dari Tentara Merah Pusat telah berkurang dari 80.000 orang menjadi 6.000 orang.

Disisi lain, Jepang pada tahun 1931 mulai menguasai sebagian wilayah Cina. Sementara itu, Chiang Kai-shek juga tidak mampu mengatasi agresi Jepang karena sedang bertempur melawan kaum komunis. Pada tahun 1937 Jepang hampir menguasai seluruh wilayah Cina. Para kaum nasionalis mengundurkan diri dari Provinsi Szechwan dan menjadikan Chung-Ching sebagai ibu kota negara sementara. Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Cina menggabungkan diri dalam kelompok Sekutu. Namun, peperangan yang lama dan menguras berbagai sumber daya menyebabkan dukungan rakyat Cina pada kelompok nasionalis mulai mengendur. Kaum komunis pandai membaca situasi ini dan mengambil kesempatan memperluas pengaruhnya pada masyarakat. Akibatnya, kaum komunis berhasil merebut beberapa wilayah Cina di utara dari pemerintah pendudukan Jepang yang mulai melemah. Kaum komunis kemudian memperkuat pasukannya dan mengajak rakyat untuk membantu menyediakan makanan dan tempat perlindungan. Atas kebaikan penduduk di daerah pedesaan ini, kaum komunis kemudian melakukan revolusi sosial. Caranya dengan membagi-bagikan tanah kepada para petani dan penduduk pedesaan.

Setelah Jepang menduduki kota Shenyang pada 18 September 1931,dan memperluas kekuasaan hingga daerah timur laut China, Kun Chang Tang sebenarnya membantu Jepang berperang melawan Kuo Mintang. Dalam deklarasi yang ditulis terhadap pendudukan Jepang, Kun Chang Tang mendorong segenap rakyat di daerah kekuasaan Kuo Mintang untuk memberontak, memicu "buruh mogok, petani membuat keonaran, murid-murid mogok sekolah, orang miskin berhenti bekerja, tentara untuk memberontak" agar dapat menjatuhkan pemerintahan Nasionalis.

Walaupun Kun Chang Tang mengusung spanduk yang menyerukan perlawanan terhadap Jepang, namun tentara dan kekuatan gerilya mereka bermarkas jauh dari garis depan perang. Kecuali untuk beberapa pertempuran, termasuk satu pertempuran di Jalur Pingxing, Kun Chang Tang tidak berkontribusi apa-apa untuk berperang melawan Jepang. Sebaliknya mereka menggunakan tenaga untuk memperbesar markas mereka. Ketika Jepang menyerah, Kun Chang Tang meraup tentara-tentara yang menyerah tersebut masuk kedalam tentaranya, dan mengaku telah berkembang menjadi 900.000 orang tentara, ditambah dengan dua juta laskar rakyat. Sesungguhnya tentara Kuo Mintang berada sendirian di garis depan ketika berperang melawan Jepang, dan kehilangan lebih dari 200 orang Jenderal. Sebaliknya Kun Chang Tang hampir tidak kehilangan seorang pejabatnya pun. Walaupun demikian Kun Chang Tang tetap berkoar bahwa Kuo Mintang tidak berperang melawan Jepang, dan bahwasanya Kun Chang Tang lah yang mendapatkan kemenangan dalam perang anti-Jepang.

Pada Desember 1936, Zhang Xueliang dan Yang Hucheng, dua Jenderal Kuo Mintang, menculik Chiang Kai-shek di Xi'an. Ini selanjutnya disebut Insiden Xi'an.
Menurut versi sejarah yang dibuat oleh Kun Chang Tang, Insiden Xi'an adalah "kudeta militer" yang didalangi oleh Zhang dan Yang yang dipengarui oleh Mao Zedong, yang memberikan ultimatum hidup atau mati pada Chiang Kai-shek. Dia dipaksa untuk mengambil posisi melawan Jepang. Ditulis bahwa Zhou Enlai diundang ke Xi'an sebagai wakil dari Kun Chang Tang untuk membantu melakukan negosiasi damai. Dengan banyak kelompok Tiongkok yang menjadi penengah, insiden ini dapat diselesaikan dengan damai, sehingga mengakhiri perang saudara selama 10 tahun dan memulai gabungan persatuan nasional melawan Jepang. Buku sejarah Kun Chang Tang mengatakan bahwa insiden ini adalah titik balik yang penting bagi Tiongkok dalam krisisnya. Kun Chang Tang membanggakan dirinya sebagai partai patriotik yang memikirkan kepentingan seluruh negeri.
Semakin banyak data yang menyingkap bahwa banyak mata-mata Kun Chang Tang telah berkumpul disekitar Yang Hucheng dan Zhang Xueliang sebelum Insiden Xi'an. Salah satu contoh adalah anggota Kun Chang Tang bawah tanah Liu Ding, yang diperkenalkan kepada Zhang Xueliang oleh Song Qingling, istri dari Sun Yat-sen, saudara perempuan dari Madame Chiang dan seorang anggota Kun Chang Tang. Liu sangat berperan dalam memicu Insiden Xi'an sehingga setelah itu Mao memberikan pujian bahwa Liu telah menjalankan tugasnya dengan baik. Diantara mereka yang bekerja disisi Yang Hucheng, istrinya sendiri Xie Baozhen adalah seorang anggota Kun Chang Tang yang bekerja pada Departemen Politik Tentara si suami. Xie menikah dengan Yang Hucheng pada bulan Januari 1928 dengan persetujuan Kun Chang Tang. Ditambah lagi, anggota Kun Chang Tang Wang Bingnan adalah tamu kehormatan di rumah Yang pada waktu itu. Wang kemudian menjadi Wakil Menteri dari Kementerian Luar Negeri Kun Chang Tang. Anggota-anggota Kun Chang Tang disekeliling Yang dan Zhang inilah yang secara langsung memicu kudeta.
Sebenarnya pada awal insiden, pemimpin-pemimpin Kun Chang Tang ingin membunuh Chiang Kai-shek, sebagai balas dendam atas penekanannya terhadap Kun Chang Tang sebelumnya. Pada waktu itu, hanya tersisa markas Kun Chang Tang yang sangat lemah di utara propinsi Shanxi, begitu rapuh sehingga bisa saja musnah dalam satu kali serangan. Maka Kun Chang Tang dengan mengerahkan segala keahliannya menghasut dan menipu, memicu Zhang dan Yang untuk memberontak. Bertolak dari upaya mencegah Jepang menyerang Uni Soviet, Stalin menulis surat kepada Komite Pusat Kun Chang Tang dan meminta mereka untuk tidak membunuh Chiang Kai-shek, sebaliknya bekerja sama dengannya untuk kedua kalinya. Mao Zedong dan Zhou Enlai menyadari bahwa dengan kekuatan Kun Chang Tang yang terbatas, mereka tidak mampu melawan Kuo Mintang, sekalipun jika mereka membunuh Chiang Kai-shek, mereka akan dikalahkan bahkan dimusnahkan oleh tentara Kuo Mintang yang membalas dendam. Karena kondisi ini, Kun Chang Tang merubah taktiknya, dengan dalih berkoalisi memerangi Jepang, memaksa Chiang Kai-shek menerima kerjasama ini untuk kedua kalinya.

Kun Chang Tang lebih dulu memicu pemberontakan, mengarahkan senapan pada Chiang Kai-shek, tetapi kemudian berbalik dan bertindak seolah-olah pahlawan panggung, memaksa Chiang untuk menerima Kun Chang Tang. Dengan cara ini Kun Chang Tang tidak hanya terlepas dari krisis perpecahan, tetapi juga menggunakan kesempatan ini untuk menempel kepada pemerintahan Kuo Mintang untuk kedua kalinya. Tentara Merah kemudian berubah menjadi Tentara Rute Delapan, lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya. Harus diakui kehebatan Kun Chang Tang dalam hal menipu.

Dalam buku Kun Chang Tang menyatakan bahwa Partai Komunis-lah yang membawa kemenangan China dalam perang melawan Jepang. Tetapi pada kenyataannya, ketika perang anti-Jepang terjadi, Kuo Mintang mempunyai lebih dari 1.7 juta tentara bersenjata, kapal-kapal perang yang berbobot lebih dari 110.000 ton, dan sekitar 600 pesawat tempur dari berbagai jenis. Kun Chang Tang dengan tambahan Tentara Keempat Baru yang terbentuk pada bulan November 1937, tidak mencapai 70.000 orang, belum lagi dengan adanya perpecahan politik internal, kekuatannya melemah hingga pada taraf hancur dalam satu kali serangan. Kun Chang Tang menyadari bahwa jika berperang melawan Jepang, kekuatannya akan habis. Bagi Kun Chang Tang menyelamatkan kekuatan diri sendiri jauh lebih penting dibandingkan keselamatan negeri, inilah yang dianggap "kesatuan nasional". Oleh karena itu selama kerjasamanya dengan Kuo Mintang, Kun Chang Tang melakukan aturan rahasia internal tentang mengutamakan perjuangan kekuatan politik.

Setelah Jepang berhasil dikalahkan, partai komunis terus melakukan tindakannya dengan gencar menpublikasikan bahwa yang berhasil mengalahkan Jepang adalah karena jasa partai komunis. Penyebab Kekalahan Partai Nasional Cina, yaitu:  Tentara Nasional Cina mengalami kesalahan kepemimpinan, salah satunya yaitu ketika Chiang Kaishek mengirim terlalu banyak tentara ke Manchuria ketika sebelah selatan tembok besar membutuhkan penjagaan. Sehingga dalam waktu singkat nasionali telah kehilangan tentaranya, Terjadinya inflasi yang sangat tinggi dan hancurnya perekonomian terutama setelah perang dengan Jepang. inflasi dan kesalahan dalam pengelolaan keuangan telah menghancurkan kehidupan rakyat Cina, Pemerintah telah kehilangan kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat terutama setelah perang dengan Jepang, ketika masyarakat masih menderita akibat pendudukan Jepang, para pemimpin Kuo Mintang sibuk untuk mengambil alih tempat dan barang-barang yang ditinggalkan oleh Jepang, Kegagalan perantara dan bantuan dari Amerika Serikat, Lambatnya reformasi sosial dan ekonomi.
Perang saudara antara partai komunis China dan partai nasionalis China akhirnya berakhir  dengan kemengan partai komunis. Pihak partai komunis jumlahnya bertambah banyak setelah berhasil mepublikasikan bahwa partai komunislah yang berhasil mengalahkan Jepang, sehingga mengurangi kepercayaan kepada partai nasionalis. Seiring dengan banyaknya anggota partai komunis dan partai nasionalis yang mulai menyusut, kaum Nasionalis yang setia (Chang Kai Sek dan sisa-sisa angkatan bersenjata) kemudian terdesak berpindah ke pulau Formosa yang sekarang menjadi negara Taiwan. China akhirnya berhasil dikuasai penuh oleh komunis. Kaum komunis secara bertahap menguasai negara dan pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong mengumumkan pembentukan Republik Rakyat China.

Kesimpulan
Ketegangan yang sering terjadi antara Republik Rakyat Cina yang berada di daratan Cina dengan Republik Cina yang berada di Pulau Taiwan, dilatarbelakangi oleh sejarah pertikaian antara Partai Nasional Cina dengan Partai Komunis Cina. Kedua partai tersebut sangat berperan penting dalam menjalankan sistem kenegaraan masing-masing negara.
Kuo Mintang dan Kun Chang Tang pada awalnya saling bekerjasama, tetapi kemudian mereka saling bertikai. Bila mereka menghadapi ”musuh bersama”, mereka saling bekerjasama, tetapi setelah terselesaikan mereka kembali bertikai.
Pertikaian tersebut terjadi karena adanya perbedaan ideologi mendasar di antara masing-masing partai. Kuo Mintang yang berdasarkan San Min Zhu Yi, suatu trisila yang dirumuskan oleh Sun Yatsen. Trisila yang ingin membebaskan rakyat dari penindasan kolonialisme dan imprealisme, memberlakukan Trias Politika dan Parlementaris, dan mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran bersama.
Sedangkan Kun Chang Tang sendiri berdasarkan ideologi komunisme. Komunis juga ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, tetapi cara yang digunakan adalah melalui revolusi rakyat yang bersifat radikal. Kun Chang Tang juga didasarkan atas Marxisme, Leninisme dan pemikiran Mao Zedong.
Adanya perbedaan ideologi yang tajam diantara keduanya, maka persatuan anatara Kuo Mintang dan Kun Chang Tang sulit dilaksanakan.  Sehingga, pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong mengumunkan berdirinya Rebublik Rakyat Cina yang berasaskan komunis. Sedangkan Chang Kai Sek dan para pengikutnya yang terdesk melarikan diri ke Taiwan.





DAFTAR PUSTAKA

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.marxists.org/reference/archive/mao/selected-w
Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.
http://ratnadanyati.multiply.com/journal/item/2/PERTIKAIAN-ANTARA-PKC-DAN-PNC-1921-1949
http://www.vhrmedia.chttp://arlinpink-bbbl.blogspot.com/2010/04/komunisme-dan-perkembangannya-di-cina.htmlom/vhr-corner/agenda,Bolshevik-Rebut-Kekuasaan-di-Rusia-708.html
http://faizarhawar.blogspot.com/2010/05/perang-saudara-china.html
Wasserstein, Bernard., 2007. The History of Europe. Oxford: Oxford Press University., pp. 80-126