Latar
Belakang Munculnya Kuo Mintang dan Kun Chang Tang
Ø
Kuo Mintang
Kaum muda China
sangat bersemangat untuk mendirikan Negara yang demokratis yang bebas dari
penjajah sejak kepercayaan terhadap dinasti Manchu luntur. Salah satu tokoh
dalam kaum muda tersebut adalah Dr. Sun Yat Sen. Dengan
asas San Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita setelah Manchu runtuh akan dibentuk satu pemerintahan pusat yang
demokratis.
Ajaran San Min
Chu I
yang dimaksud yaitu (Tiga
Asas Kerakyatan), yakni mint'sen (kebangsaan atau nasionalisme), min
tsu (kerakyatan atau demokrasi), dan min sheng (kesejahteraan
atau sosialisme). Di samping itu, akan mengangkat harkat dan martabat
bangsa Cina sejajar dengan negara-negara Barat. Dr. Sun Yat Sen adalah orang yang berhasil
mempelopori kekuatan rakyat di China Selatan yang ketika itu bertujuan untuk
menggulingkan Manchu. Pada
tanggal 10 Oktober 1911 meletuslah revolusi di Wuchang. Tanggal 10 Oktober
1911
kemudian dijadikan hari Kemerdekaan
Cina. Dengan Revolusi Cina 1911,berarti runtuhlah kekuasaan Manchu.
Sehingga pada tanggal 10
Oktober 1911 resmilah
berdirinya Republik Cina dengan Nanking sebagai ibukotanya. Peristiwa ini
dikenal dengan nama The
Double Ten Day (10 –
10 – 1911) atau Wuchang Day.
Dalam revolusi China
tersebut, nama Dr. Sun Yat Sen tentu sangat berjasa karena dialah yang memimpin
gerakan kaum muda untuk menggulingkan Dinasti Manchu dan menginginkan Negara
China baru yang berasaskan demokrasi. Karena hal itulah,
pada tanggal 1 Januari 1912
Sun Yat Sen dipilih sebagai Presiden Cina yang baru. Saat itu, wilayah Cina baru meliputi wilayah Cina Selatan dengan
Nanking sebagai ibukotanya. Cina
Utara diperintah oleh Kaisar Hsuan T
sung (yang masih
kanak-kanak) dengan didampingi oleh
Yuan Shih Kai menyerahkan kekuasaan
kepada rakyat Cina
(12 Februari 1912). Demikian berakhirlah kekuasaan Manchu di Cina.
Wilayah Cina Selatan dan Cina Utara berhasil dipersatukan. Yuan Shih Kai yang
turut menandatangani penyerahan kekuasaan
dan diberi kekuasaan untuk mengaturnya. Ia pun berambisi
besar untuk menjadi presiden. Demi tetap tegaknya Republik Cina dan untuk
terhindar dari perang saudara maka Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan presiden (15 Februari 1912) dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai. Sun
Yat Sen mengundurkan diri ke Canton pada bulan Agustus 1912
dan mendirikan Partai nasionalis China (Kuo Min Tang) dengan asas San Min Chu (Nasionalisme,
Demokrasi, dan Sosialisme). Awalnya partai ini bernama Dongmenghui.
Pada perkembangannya, setelah Yuan Shih
Kai menjadi presiden, ia bertindak diktator. Hal itu tentu saja mengecewakan
kelompok revolusioner yang telah memberi kepercayaan Yuan Shih Kai memimpin Cina. Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk Partai Nasional
(Kuomintang) pada tahun 1912.
Selanjutnya, kaum revolusioner mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan
Yuan Shih Kai. Namun,
revolusi mengalami kegagalan sehingga pemimpinnya melarikan diri ke Jepang.
Yuan Shih Kai makin
bertindak tidak simpatik terhadap para pendukungnya karena merasa paling kuat.
Yuan Shih Kai
berkeinginan menghidupkan kembali kekaisaran di Cina. Tentu saja keinginan itu
ditentang para pengikutnya, terutama dari kalangan militer. Menjelang tahun
1916 pemerintahan di Beijing mulai melemah.
Pada tahun 1916, Yuan Shih Kai meninggal sehingga memberi kesempatan Sun Yat Sen kembali
memimpin Cina
Selatan. Sun yat Sen bercita-cita
untuk menyatukan seluruh Cina, namun sayang cita-citanya belum terwujud telah
meninggal dunia (1925) dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
Ø
Kun Chang Tang
Berdirinya
Partai Komunis Cina (Gong Chan Dang) dilatarbelakangi
oleh Revolusi Bolshevik. Karena setelah revolusi ini berhasil, komunisme mulai membentangkan
sayapnya keseluruh dunia, salah satunya adalah negara Cina. Keberhasilan
Revolusi Bolshevik sangat menarik perhatian para intelektual Cina, sehingga
mereka banyak mempelajari buku-buku ajaran komunisme. Hilangnya kepercayaan
intelektual Cina terhadap negara-negara Barat, semakin membuat mereka menyukai
paham komunisme.
Li Dazhao, seorang profesor di bidang sejarah
dan juga seorang kepala perpustakaan pada tahun 1918 mendirikan perkumpulan “New Tide Society” yang mengkaji ajaran
Marxisme. Perpustakaannya terkenal dengan sebutan “Kamar Merah” (Hong Lou). Salah satu pengikutnya adalah Mao
Zedong, seorang asisten
perpustakaan Universitas Beijing (Beijing
Daxue), Chen
Duxiu seorang dekan
fakultas sastra, dan beberapa kaum intelektual lainnya.
Uni Soviet yang sedang mengembangkan komunisme
mulai mencari jalan, salah satunya adalah mengeluarkan manifesto politik yang menguntungkan
Cina pada Juli 1919 oleh Deputi Komisaris Urusan Luar Negeri, Leo Karakhan.
Berikut adalah beberapa dari manifesto politik tersebut, yaitu:
1. Uni Soviet akan
mengembalikan semua daerah dan konsesi yang berdasarkan “perjanjian tidak seimbang”
kepada Cina.
2. Hak
ekstrateritorialitas dan pampasan perang dari peristiwa tinju akan dihapus.
3. Uni Soviet akan
berhenti ikut serta dalam mengelola bea cukai dan pajak garam di Cina.
Manifesto tersebut
membuat para intelektual Cina semakin terpikat pada komunis. Kemudian pada tahun 1919 mendirikan cabang
komintern di Shanghai di bawah pimpinan Voitinsky. Kemudian atas desakan
komintern berdirilah Partai Komunis Cina pada Juli 1921 dan yang menjadi Sekertaris
Jenderal PKC pertama adalah Chen Duxiu.
Perkembangan
Kuo Mintang dan Kun Chang Tang
a.
Kuo Mintang atau Partai
Nasionalis China (KMT)
Partai
Nasionalis China (KMT) adalah partai
politik tertua dalam sejarah
modern Cina. Partai ini didirikan
oleh Dr. Sun
Yat sen dengan
tujuan revolusi melawan Kekaisaran
Dinasti Qing dan mendirikan Republik Cina demi adanya pembaruan di Cina. Pembaruan maksudnya adalah membangun
masyarakat China yang lebih bahagia dari pimpinan dinasti sebelumnya.
Setelah tahun 1911 atau tepatnya sejak partai nasionalis China berdiri, Cina diperintah
secara otokratis oleh Kuo Mintang dan
beberapa panglima perang.
Kuo Mintang didirikan
atas dasar Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme. Pada tahun 1919 Dr. Sun Yat Sen mengadakan pembenahan terhadap Partai
Nasional dengan merekrut pada mahasiswa. Pada saat
yang sama, ideologi komunis mulai menyusup di Cina dan banyak dianut mahasiswa
yang berada di Beijing dan Shanghai.
Pemimpin-pemimpin
Kuomintang, yaitu Dr. Sun Yat-sen (1894 - Maret 1925), Chiang Kai-shek (Mei 1926 - Maret 1927), Hu Han-min (Desember 1935 - Mei 1936), Chiang Kai-shek (April 1938 - April 1975), Chiang Ching-kuo (April 1975 - Januari 1988), Lee Teng-hui (Januari 1988 - Maret 2000) dan seterusnya sampai masa
sekarang.
a. Kun Chang Tang atau Partai Komunis China (PKC)
Setelah berdirinya partai nasionalis China pada 1912 untuk
wilayah selatan China, kemudian berdirilah partai Kung Chang Tang pada 1921.
Partai komunis China ini bertambah besar seiring dengan masuknya pengaruh
komunis Uni Soviet.
Pada
awal berdirinya Kun Chang
Tang, merupakan cabang Asia dari Uni Soviet. Sejak
semula ia adalah pengkhianat penjual bangsa.
Selama
masa awal pendiriannya, Kun
Chang Tang tidak mempunyai uang, tidak mempunyai
ideologi maupun pengalaman, terlebih lagi mereka tidak mempunyai tulang punggung.
Kun Chang Tang
bergabung dengan Komintern adalah untuk ikut serta dan menyandarkan diri pada
revolusi kekerasan. Revolusi kekerasan dari Kun Chang Tang adalah turunan
dari revolusi kekerasan fase Marx dan Lenin. Komintern adalah pusat komando
penggulingan kekuasaan pemerintah berbagai negara di dunia. Kun Chang Tang hanyalah cabang
Asia Timur dari Komunis Soviet yang menjalankan imperialisme dari Tentara Merah
Rusia. Kun Chang Tang
bersandar pada kematangan Komunis Soviet dalam kekerasan merebut kekuasaan
serta pengalaman, garis politik, pemikiran dan organisasi diktator proletariat
dalam mematuhi perintah Komunis Soviet, menjiplak cara organisasi bawah tanah
ilegal asing, melaksanakan pengawasan dan pengontrolan ketat. Uni Soviet adalah
tulang punggung dan pembimbing Kun
Chang Tang.
Konstitusi partai pada konferensi pertama Kun Chang Tang
disusun oleh Komintern, manifestasi dari azas-azas Marx dan Lenin, pertentangan
kelas, kediktatoran proletariat dan doktrin pembangunan partai, dengan program
Partai Komunis Soviet sebagai dasar yang penting. Jiwa dari Kun Chang Tang
berpijak pada ideologi yang diimpor dari Uni Soviet. Pada intinya semua tentang
Kun Chang Tang adalah bawahan dari Uni Soviet.
Dalam pergerakannya, Kun Chang Tang bertindak seperti
parasit. Ia bekerja sama dengan Kuo Mintang pada kerjasama pertama Kuo Mintang-
Kun Chang Tang hanyalah untuk memperluas pengaruhnya dengan mengambil
keuntungan dari revolusi nasional. Terlebih lagi, Kun Chang Tang sangat
antusias untuk meluncurkan revolusi yang didukung oleh Soviet dan menduduki
kekuasaan, dan keinginannya ini sebenarnya telah menyalahi dan mengkhianati
gerakan Revolusi Nasional.
Karakter
yang paling menonjol dari Kun
Chang Tang adalah ketakutan yang mendalam, terutama ketakutan
akan kehilangan kekuasaan. Bertahan adalah kepentingan utama Kun Chang Tang, yang
dilakukannya dengan menggunakan kekerasan. Penyebaran Kun Chang Tang secara
mendasar telah menurunkan moralitas dan tatanan sosial masyarakat umat manusia.
Kun
Chang Tang tidak percaya dengan prinsip-prinsip moralitas dan
keadilan. Semua prinsip-prinsipnya digunakan sepenuhnya untuk kepentingan
sendiri. Pada dasarnya ia egois, dan tidak ada prinsip yang dapat menahan dan
mengontrol keinginannya. Sesuai dengan prinsipnya, Partai perlu untuk terus
menerus merubah penampilan luarnya, menggunakan selubung baru. Pada masa awal
ketika keberadaannya dipertaruhkan, Kun Chang Tang menempel kepada Partai Komunis Uni
Soviet, kepada Kuo Mintang, kepada
pemerintahan Kuo Mintang, dan kepada
Revolusi Nasional. Setelah mendapatkan kekuasaan, Kun Chang Tang menempelkan
dirinya pada berbagai macam bentuk kesempatan, kepada pikiran dan perasaan
warga negara, kepada struktur sosial dan berbagai cara apa saja yang bisa dirambahnya.
Kun Chang
Tang telah menggunakan setiap krisis sebagai kesempatan untuk mengumpulkan
kekayaan dan memperkuat dirinya untuk bisa mengendalikan kontrol.
Strategi-strategi yang digunakan Partai Komunis China
Partai Komunis
menerapkan strategi dua sisi, satu sisi lembut dan fleksibel serta sisi lain
keras dan tegas. Strategi lembutnya meliputi propaganda, garis depan yang
bersatu, memata-matai, bermuka dua, mencekoki pikiran orang, mencuci otak,
berbohong dan menipu, menutupi kebenaran, melakukan teror mental dan
menciptakan kondisi penuh teror. Dalam melakukan hal-hal ini Kun Chang Tang
menciptakan sindrom ketakutan di dalam hati anggota partai yang membuat mereka
mudah untuk melupakan kesalahan yang telah dilakukan partai. Berbagai metode
ini menghilangkan sifat dasar manusia dan membentuk kebrutalan dalam diri
manusia. Taktik keras dari Kun Chang Tang meliputi kekerasan, penindasan,
gerakan politik, membunuh dan menghancurkan kehidupan, menculik, menekan
pendapat orang lain, serangan bersenjata, penyingkiran pihak lain yang
dilakukan setiap kurun waktu tertentu, dan lain-lain. Metode-metode agresif ini
adalah jaminan bagi partai untuk terciptanya teror.
Kun Chang Tang
menggunakan kedua metode halus dan kasar secara bersamaan. Sesaat mereka
lakukan dengan ringan sesaat kemudian dengan tegas, atau mereka akan ramah
untuk urusan eksternal tetapi kaku bagi urusan internal. Dalam suasana ringan, Kun
Chang Tang mendorong orang untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda, tetapi
bagaikan memancing ular keluar dari sarangnya, yang mengeluarkan pendapatnya
kemudian akan ditindas dan dilakukan pengawasan yang ketat. Kun Chang Tang
sering menggunakan demokrasi untuk menantang Kuo Mintang, tetapi ketika para
intelektual Kun Chang Tang yang berada di bawah pengawasan ketat tidak setuju
dengan partai, mereka akan disiksa dan bahkan dipenggal kepalanya.
Latarbelakang Terjadinya
Perang Saudara
Seperti penjelasan
sebelumnya jika pada 10 Oktober 1911 merupakan hari revolusi China. China dibagi
menjadi dua wilayah yaitu wilayah selatan dan wilayah utara. Wilayah selatan
sejak 10 Oktober 1911 merupakan wilayah nasionalis yang dipimpin oleh Sun Yat
Sen yang waktu itu memimpin pergerakan untuk pembaharuan di China. Sedangkan
wilayah utara waktu itu masih dikuasai oleh bangsa Manchu, baru kemudian Yuan
Shih Kai berjasa menyatukan wilayah setan dan utara sehingga ia pun diangkat
menjadi preseiden atas jasanya ini, mengantikan Sun Yat Sen sebagai presiden
sebelumnya agar tidak terjadi perang saudara. Sun Yat Sen ketika itu mendirikan
partai nasionalis China atau Kuo Mintang, dan ketika faham komunis masuk di
China berdirilah partai komunis China atau Kung Chang Tang pada 1921.
Yuan
Shih Kai berkuasa sejak 1912-1916, dan pada 1916 ia meninggal dan digantikan
kembali oleh Sun Yat Sen. Pada masa pemerintahannya dan memerintah Cina secara diktator. Yuan Shih Kai berasal dari militer. Hal itu
tentu saja mengecewakan kelompok revolusioner yang telah memberi kepercayaan
Yuan Shih Kai memimpin
Cina. Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk Partai Nasional (Kuomintang)
pada tahun 1912.
Selanjutnya, kaum revolusioner mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan
Yuan Shih Kai. Namun,
revolusi mengalami kegagalan sehingga pemimpinnya melarikan diri ke Jepang.
Yuan Shih Kai makin
bertindak tidak simpatik terhadap para pendukungnya karena merasa paling kuat.
Yuan Shih Kai
berkeinginan menghidupkan kembali kekaisaran di Cina. Tentu saja keinginan itu
ditentang para pengikutnya, terutama dari kalangan militer. Menjelang tahun
1916 pemerintahan di Beijing mulai melemah. Namun, militer yang menjadi inti
kekuatannya di Utara masih mampu mengontrol wilayahnya. Dengan demikian, kaum
militer sebenarnya yang berkuasa di Cina Utara. Pada tahun 1922 pemerintahan republik runtuh dan kaum militer yang berkuasa. Oleh karena ada dua pemerintahan dalam satu wilayah
Cina, terjadilah perang saudara.
Pada tahun
1923 Uni Soviet mulai menjalin hubungan dengan pemerintah Cina. Uni Soviet
mengirimkan beberapa penasihatnya ke Cina untuk membantu kaum nasionalis. Uni
Soviet menyarankan agar kaum komunis dan nasionalis bersatu untuk melancarkan
revolusi melawan pemerintahan militer di Utara.
Pada tahun
1925 Dr. Sun Yat Sen meninggal. Pada masa pemerintahannya, Sun Yat Sen berusaha menyatukan China selatan
dan Utara menjadi satu kesatuan Republik China, namun sayang cita-citanya ini
belum tercapai sampai ia meninggal dan kepemimpinannya digantikan oleh
Chiang Kai-shek seorang militer. Pada tahun 1926, para pemimpin militer di
Utara berhasil ditundukkan oleh orang-orang nasionalis dan komunis. Namun,
setahun kemudian, Chiang Kai-shek berbalik memusuhi kaum komunis.
Pada
tahun 1927 seluruh Cina berhasil disatukan dalam pemerintahan kaum nasionalis. Sejak itu terjadilah persaingan antara Kaum
Nasionalis dan Kaum Komunis.
Terjadinya
Perang Saudara
Sejak tahun 1925 Konflik (perang
saudara) kekuasaan antara kaum nasionalis (Kuo Min Tang) dan kaum Komunis (Kuo
Chang Tang) tidak dapat dihindari.
Pada tahun
1926, para pemimpin militer di Utara berhasil ditundukkan oleh orang-orang
nasionalis yang bekerjasama dengan partai komunis.
Namun, setahun kemudian, Chiang Kai-shek berbalik memusuhi kaum komunis. Pada
tahun 1928 seluruh Cina berhasil disatukan dalam pemerintahan kaum nasionalis.
Koalisi
antara nasionalis dengan komunis mengalami keretakan akibat munculnya sikap
saling mencurigai. Dalam perselisihan ini golongan nasionalis dapat menguasai
keadaan, dengan mengepung komunis.
Keadaan ini diawali dari adanya kekacauan setelah wafatnya Dr. Sun Yat Sen.
Setelah itu, pemerintah Kuo Mintang di Kanton melantik Wang Jingwei sebagai
presiden pada tanggal 1 Juli 1925. Sementara itu, di utara Feng Yuxiang tidak
cocok lagi dengan Zhang Zoulin dan timbul pertikaian diantara keduanya. Zhang
berhasil dikalahkan dan melarikan diri ke Manchuria, tetepi kemudian ia
bersekutu deng Wu Peifu dan menggempur atau menyerang Feng. Akhirnya, giliran
Feng yang berhasil dikalahkan dan terpaksa melarikan diri ke Mongolia. Ia lalu
mengunjungi Rusia dan pada bulan Juni 1926 bergabung dengan Kuo Mintang.
Sementara itu, Chang Kai Sek makin memperlihatkan ketidaksukaanya kepada
kaum komunis, ia melakukan gebrakan dengan menanggapi banyak anggota partai
yang pro komunis pada tanggal 20 Maraet 1926. Inilah awal permusushan Chang Kai
Sek dengan komunis. Chang Kai Sek lalau diangkat sebagai pemimpin Pasukan
Pemukul Utara. Pada tanggal 9 Juli 1926 dalam suatu rapat di Kanton, yang
menghasilkan keputusan untuk bertempur membebaskan China dari cengkraman
negeri-negeri asing dan warlord yang menyengsarakan rakyat. Selanjutnya akan
dibentuk suatu pemerintahan yang bersih, jujur, dan adil. Dalam waktu satu
bulan, pasukan yang dipimpin Chang Kai Sek berhasil mencapai Jiangxie dan
Hunan. Ketika mereka tiba di Hebei, pasukan Wu Peifu telah berhasil ditundukkan
sepenuhnya.
Pada saat yang sama, berlangsungnya kampanye militer penyatuan Cina yang
dipimpin oleh Chang Kai Sek, anggota sayap kiri Kuo Mintang yang pro-komunis
memindahkan pusat pemerintahan mereka ke Wuhan pada bulan November 1926 yang
dipimpin oleh Wang Jingwei. Dengan demikian, Kuo Mintang mulai terpecah menjadi
dua yaitu sayap kanan (nasionalis) dan sayap kanan (komunis). Pasukan Pemukul
Utara Chang Kai Sek, berhasil merebut Shanghai pada tanggal 20 Maret 1927, dan
empat hari kemudian Nanjing jatuh ketangan mereka. Untuk mending pemerintahan
sayap kiri Kuo Mintang, Chang Kai Sek membentuk pemerintahan di Nanjing. Dalam
pertempuran merebut Nanjing, beberapa orang asing terbunuh, tetapi masalah ini
dapat didelesaikan dengan jalan damai.
Ternyata Wang Jingwei (yang bukan komunis) tidak dapat akur dengan anggota
komunis Kuo Mintang di Wuhan. Mereka telah bertindak terlampau jauh
dibandingkan dengan yang disetujui oleh Wang. Ditambah lagi, ia mendapat
informasi bahwa tujuan kaum komunis yang sesungguhnya adalah menghapuskan Kuo
Mintang dan menjadikan Cina sebagai Negara komunis. Oleh karena itu, ia menerima
tawaran Feng Yuxiang agar bersatu kembali dengan Chang Kai Sek dan membersihkan
partai dari kaum komunis. Wang Jingwei menyetujui saran tersebut dan mengirim
kembali Borodin (penasihat Uni Soviet yang dikirim ke Cina) serta Jendral
Blucher ke Uni Soviet. Anggota partai yang pro-kumunis diusir pula pada tanggal
15 Juli dan banyak diantara orang-orang yang diusir itu, mengikuti Borodin dan
Blucher melarikan diri ke Uni Soviet dan
kini putuslah hubungan antar Kuo Mintang dengan Komunis. Hubungan ini putus
karaena Borodin dan Blucher merupakan utusan komunis Uni Soviet yang bertujuan
untuk mengkomuniskan Cina.
Meskipun, kaum komunis telah diusir dari Kuo Mintang, pemerintahan Wuhan
masih anti Chang Kai Sek dan berniat merobohkan pemerintahan Nanjing bentukan
Chang Kai Sek. Hal ini menyulitkan usaha Chang Kai Sek untuk meneruskan
ekspedisi militer penyatuan Tiongkoknya, karena harus berperang menghadapi dua
kubu. Untuk sementar waktu Chang Kai Sek meletakkan jabatannya sebagai pemimpin
Pasukan Pemukul Utara. Dan pada akhirnya setelah mencapai perdamaian antara
kedua fraksi Kuo Mintang yang berseteru itu, barulah Chang Kai Sek memangku
kembali jabatannya pada bulan Januari 1928. Gerakan memathakan kekuasaan para
Warlord di Utara dapat dimulai kembali, ketika hendak menguasai provinsi
Shandong, pasukan Chang Kai Sek harus berhadapan dengan Jepang, yang emamng
menguasai sebagian wilayah tersebut (dahulunya daerah Jerman, tetapi dialihkan
kepada Jepang sebagai hasil perjanjian Versailles). Bahkan Jepang bertindak
lebih jauh dengan membunh Chai Gong Sie, seorang pejabat diplomatic Cina
beserta 16 orang anggota staffnya. Chang Kai Sek menghindari bentrokan yang
lebih dahsyat dengan Jepang dan meninggalkan provinsi tersebut.
Dibagian lain, pasukan pemukul utara mencapai kemenangan gemilang. Banyak
anggota pasukan para warlord yang menyerah dan bergabung dengan Chang Kai Sek.
Wu Peifu dan Sun Chuangfang boleh dikatakan telah kalah. Zhang Zaolin yang saat
itu masih menguasai Beijing menyadari kekalahannya sudah diambang pintu dan
melarikan diri ke Manchuria. Tetapi bom yang meledak ketika keretannya sedang
lewat menewaskannya. Belakangan diketahui pembunuhan ini didalangi oleh Jepang.
Sesudah Zhang Zoulin melarikan diri dari Beijing, tentara pimpinan Yan Xishan
memasuki kota. Usaha Chang Kai Sek untuk menyatukan cina kini usai sudah. Pada
tanggal 6 Juli 1928, para pemimpin nasionalis berziarah ke kuil Byunshih tempat
jenazah Dr. Sun Yat Set disemayamkan untuk sementara waktu guna menberitahukan
bahwa kini Cina bersatu kembali. Sebagai mana halnya dulu, Dr. Sun berziarah ke
makam kaisr-kaisar Dinasti Ming saat kekuasaan Dinasti Manchu berhasil
dirobohkan.
Meskipun
kaum nasionalis berkuasa di Cina, sebenarnya mereka tidak mampu mengontrol
seluruh wilayah Cina secara penuh. Gangguan yang dilakukan kaum komunis dan
usaha agresi Jepang mewarnai masa pemerintahan kaum nasionalis. Kaum komunis
berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya di wilayah tengah dan selatan Cina.
Namun, pada tahun 1934 Chiang Kai-shek berhasil mematahkan perlawanan kaum
komunis. Akibat pertempuran tersebut, kaum komunis Cina mulai mengonsolidasikan
kekuatannya di bagian Utara Cina. Untuk maksud itu, Mao Zedong, pemimpin Partai
Komunis Cina mengajak pengikutnya melakukan perjalanan panjang melalui darat
untuk mencapai Provinsi Shensi di Cina Utara. Kegiatan itu kemudian dikenal
sebagai peristiwa Long March. Long March
ini berjarak sekitar 9.700 km. Tujuannya adalah untuk
menyusun kekuatan di utara.
Selama masa
Ekspedisi Utara, Kun
Chang Tang melakukan pemberontakan-pemberontakan di daerah
pedesaan dalam usaha meraih kekuasaan, sementara itu Tentara Revolusi Nasional
berperang melawan panglima-panglima perang di utara.
Mao Zedong yang memimpin ekspedisi ini mengakui, "Benar bahwasanya
para petani di pedesaan 'sulit diatur' ". Dengan penuh kekuasaan,
organisasi petani membuat pemilik tanah tidak dapat mengeluarkan pendapat dan
wibawa mereka dicela. Ini berarti memojokkan pemilik tanah dan menyudutkan
mereka disana. Para petani mengancam, "Kami akan masukkan kalian ke dalam
daftar (daftar reaksioner)". Mereka mendenda gembong lalim setempat dan
bangsawan jahat, mereka meminta jatah dari mereka, dan mereka merusak kursi
mobil mereka. Orang-orang menyerbu rumah-rumah dari gembong lalim setempat dan bangsawan
jahat yang tidak setuju dengan adanya organisasi petani, memotong babi dan
memakan gandum mereka. Mereka bahkan berbaring di atas tempat tidur bersih dari
anak-anak perempuan di rumah itu. Jika ditegur sedikit saja, mereka akan
menangkap orangnya, memahkotai orang yang ditangkap dengan topi tinggi terbuat
dari kertas, dan mengaraknya keliling desa, dan meneriakkan, "Tuan tanah
hina, sekarang kamu tahu siapa kami!" Melakukan apa saja yang membuat
mereka senang dan membalikkan segalanya, mereka telah menciptakan teror di
pedesaan.
Tetapi Mao
setuju dengan sifat "sulit diatur" ini, dengan mengatakan, ...
"Secara gamblang, untuk sementara ini perlu untuk menciptakan teror di
setiap daerah pedesaan, jika tidak, akan mustahil untuk menekan kegiatan dari kontra
revolusioner di pedesaan terlebih lagi menumbangkan pengaruh bangsawan jahat.
Batasan norma-norma harus dilanggar demi membenarkan yang salah, jika tidak,
yang salah tidak bisa dibenarkan .... Banyak dari perbuatan mereka pada masa
revolusi, yang terlihat keterlaluan sebenarnya adalah yang dibutuhkan oleh
revolusi. Revolusi komunis menciptakan sistem teror.
Kun Chang Tang menyebut
"Perjalanan Panjang - Long March" sebagai operasi utara anti-Jepang.
"Perjalanan Panjang" dijadikan sebagai kisah dongeng revolusi
Tiongkok. Ia mengatakan bahwa "Perjalanan Panjang" adalah "kitab
deklarasi", "tim propaganda" dan "mesin penyebar
bibit" yang berakhir dengan kemenangan untuk Kun Chang Tang dan
kekalahan bagi musuh.
Operasi
Utara "Anti-Jepang" adalah kebohongan yang tak kenal malu dari Kun Chang Tang untuk
menutupi kegagalannya. Pada kenyataannya, dari Oktober 1933 sampai Januari
1934, Partai Komunis mengalami kekalahan total menghadapi operasi kelima Kuo Mintang yang bertujuan untuk mengurung dan memusnahkan Kun Chang Tang, Kun Chang Tang kehilangan
satu persatu kekuatannya di daerah pedesaan. Dengan daerah markasnya yang terus
menyempit, Tentara Merah harus kabur. Inilah hal yang sebenarnya di balik
"Perjalanan Panjang".
"Perjalanan
Panjang" sebenarnya bertujuan menerobos pengepungan dan lari ke sepanjang
garis perbatasan Mongolia dan Uni Soviet. Kala itu perjalanan mereka menghadapi
banyak kesulitan, ke arah Barat menyusuri perbatasan Mongolia, mendekati Soviet
agar mudah melarikan diri sebagai antisipasi bila kalah diserang. Mereka
memilih untuk melewati Shanxi dan Suiyuan. Pada satu sisi dengan menempuh
propinsi-propinsi di utara ini, mereka bisa mengakui sebagai
"anti-Jepang" dan memenangkan hati rakyat, di sisi lain, daerah
tersebut sangatlah aman, tidak ada tentara Jepang bermarkas di sana, karena
tentara Jepang hanya menduduki teritori sepanjang Tembok Raksasa. Setahun
kemudian, ketika Kun
Chang Tang akhirnya tiba di Shanbei (bagian Utara propinsi
Shanxi), kekuatan inti dari Tentara Merah Pusat telah berkurang dari 80.000
orang menjadi 6.000 orang.
Disisi lain, Jepang pada tahun 1931 mulai menguasai sebagian
wilayah Cina. Sementara itu, Chiang Kai-shek juga tidak mampu mengatasi agresi
Jepang karena sedang bertempur melawan kaum komunis. Pada tahun 1937 Jepang
hampir menguasai seluruh wilayah Cina. Para kaum nasionalis mengundurkan diri
dari Provinsi Szechwan dan menjadikan Chung-Ching sebagai ibu kota negara
sementara. Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Cina menggabungkan diri dalam
kelompok Sekutu. Namun, peperangan yang lama dan menguras berbagai sumber daya
menyebabkan dukungan rakyat Cina pada kelompok nasionalis mulai mengendur. Kaum
komunis pandai membaca situasi ini dan mengambil kesempatan memperluas
pengaruhnya pada masyarakat. Akibatnya, kaum komunis berhasil merebut beberapa
wilayah Cina di utara dari pemerintah pendudukan Jepang yang mulai melemah.
Kaum komunis kemudian memperkuat pasukannya dan mengajak rakyat untuk membantu
menyediakan makanan dan tempat perlindungan. Atas kebaikan penduduk di daerah
pedesaan ini, kaum komunis kemudian melakukan revolusi sosial. Caranya dengan
membagi-bagikan tanah kepada para petani dan penduduk pedesaan.
Setelah
Jepang menduduki kota Shenyang pada 18 September 1931,dan memperluas kekuasaan
hingga daerah timur laut China, Kun Chang Tang sebenarnya
membantu Jepang berperang melawan Kuo Mintang. Dalam
deklarasi yang ditulis terhadap pendudukan Jepang, Kun Chang Tang mendorong
segenap rakyat di daerah kekuasaan Kuo Mintang untuk
memberontak, memicu "buruh mogok, petani membuat keonaran, murid-murid
mogok sekolah, orang miskin berhenti bekerja, tentara untuk memberontak"
agar dapat menjatuhkan pemerintahan Nasionalis.
Walaupun Kun Chang Tang mengusung
spanduk yang menyerukan perlawanan terhadap Jepang, namun tentara dan kekuatan
gerilya mereka bermarkas jauh dari garis depan perang. Kecuali untuk beberapa
pertempuran, termasuk satu pertempuran di Jalur Pingxing, Kun Chang Tang tidak
berkontribusi apa-apa untuk berperang melawan Jepang. Sebaliknya mereka
menggunakan tenaga untuk memperbesar markas mereka. Ketika Jepang menyerah, Kun Chang Tang meraup
tentara-tentara yang menyerah tersebut masuk kedalam tentaranya, dan mengaku
telah berkembang menjadi 900.000 orang tentara, ditambah dengan dua juta laskar
rakyat. Sesungguhnya tentara Kuo Mintang berada
sendirian di garis depan ketika berperang melawan Jepang, dan kehilangan lebih
dari 200 orang Jenderal. Sebaliknya Kun Chang Tang hampir tidak kehilangan seorang
pejabatnya pun. Walaupun demikian Kun
Chang Tang tetap berkoar bahwa Kuo Mintang tidak berperang melawan Jepang, dan bahwasanya Kun Chang Tang lah yang
mendapatkan kemenangan dalam perang anti-Jepang.
Pada
Desember 1936, Zhang Xueliang dan Yang Hucheng, dua Jenderal Kuo Mintang, menculik Chiang Kai-shek di Xi'an. Ini selanjutnya
disebut Insiden Xi'an.
Menurut versi
sejarah yang dibuat oleh Kun
Chang Tang, Insiden Xi'an adalah "kudeta militer" yang
didalangi oleh Zhang dan Yang yang
dipengarui oleh Mao Zedong, yang memberikan ultimatum hidup
atau mati pada Chiang Kai-shek. Dia dipaksa untuk mengambil posisi melawan
Jepang. Ditulis bahwa Zhou Enlai diundang ke Xi'an sebagai wakil dari Kun Chang Tang untuk
membantu melakukan negosiasi damai. Dengan banyak kelompok Tiongkok yang
menjadi penengah, insiden ini dapat diselesaikan dengan damai, sehingga
mengakhiri perang saudara selama 10 tahun dan memulai gabungan persatuan
nasional melawan Jepang. Buku sejarah Kun Chang Tang mengatakan bahwa insiden ini adalah
titik balik yang penting bagi Tiongkok dalam krisisnya. Kun
Chang Tang membanggakan dirinya sebagai partai patriotik yang
memikirkan kepentingan seluruh negeri.
Semakin
banyak data yang menyingkap bahwa banyak mata-mata Kun Chang Tang telah berkumpul
disekitar Yang Hucheng dan Zhang Xueliang sebelum Insiden Xi'an. Salah satu
contoh adalah anggota Kun
Chang Tang bawah tanah Liu Ding, yang diperkenalkan kepada Zhang
Xueliang oleh Song Qingling, istri dari Sun Yat-sen, saudara perempuan dari
Madame Chiang dan seorang anggota Kun
Chang Tang. Liu sangat berperan dalam memicu Insiden Xi'an
sehingga setelah itu Mao memberikan pujian bahwa Liu telah menjalankan tugasnya
dengan baik. Diantara mereka yang bekerja disisi Yang Hucheng, istrinya sendiri
Xie Baozhen adalah seorang anggota Kun Chang Tang yang bekerja pada Departemen
Politik Tentara si suami. Xie menikah dengan Yang Hucheng pada bulan Januari
1928 dengan persetujuan Kun
Chang Tang. Ditambah lagi, anggota Kun Chang Tang Wang
Bingnan adalah tamu kehormatan di rumah Yang pada waktu itu. Wang kemudian
menjadi Wakil Menteri dari Kementerian Luar Negeri Kun Chang Tang.
Anggota-anggota Kun
Chang Tang disekeliling Yang dan Zhang inilah yang secara
langsung memicu kudeta.
Sebenarnya
pada awal insiden, pemimpin-pemimpin Kun Chang Tang ingin membunuh Chiang Kai-shek,
sebagai balas dendam atas penekanannya terhadap Kun Chang Tang sebelumnya.
Pada waktu itu, hanya tersisa markas Kun Chang Tang yang sangat lemah di utara propinsi
Shanxi, begitu rapuh sehingga bisa saja musnah dalam satu kali serangan. Maka Kun Chang Tang dengan
mengerahkan segala keahliannya menghasut dan menipu, memicu Zhang dan Yang
untuk memberontak. Bertolak dari upaya mencegah Jepang menyerang Uni Soviet,
Stalin menulis surat kepada Komite Pusat Kun Chang Tang dan meminta mereka untuk tidak
membunuh Chiang Kai-shek, sebaliknya bekerja sama dengannya untuk kedua
kalinya. Mao Zedong dan Zhou Enlai menyadari bahwa dengan kekuatan Kun Chang Tang yang
terbatas, mereka tidak mampu melawan Kuo Mintang, sekalipun
jika mereka membunuh Chiang Kai-shek, mereka akan dikalahkan bahkan dimusnahkan
oleh tentara Kuo Mintang yang
membalas dendam. Karena kondisi ini, Kun Chang Tang merubah taktiknya, dengan dalih
berkoalisi memerangi Jepang, memaksa Chiang Kai-shek menerima kerjasama ini
untuk kedua kalinya.
Kun Chang Tang lebih dulu
memicu pemberontakan, mengarahkan senapan pada Chiang Kai-shek, tetapi kemudian
berbalik dan bertindak seolah-olah pahlawan panggung, memaksa Chiang untuk
menerima Kun
Chang Tang. Dengan cara ini Kun Chang Tang tidak hanya
terlepas dari krisis perpecahan, tetapi juga menggunakan kesempatan ini untuk menempel
kepada pemerintahan Kuo Mintang untuk kedua
kalinya. Tentara Merah kemudian berubah menjadi Tentara Rute Delapan, lebih
besar dan lebih kuat dari sebelumnya. Harus diakui kehebatan Kun Chang Tang dalam hal
menipu.
Dalam buku Kun
Chang Tang menyatakan bahwa Partai Komunis-lah yang membawa
kemenangan China dalam
perang melawan Jepang. Tetapi pada kenyataannya, ketika perang anti-Jepang
terjadi, Kuo Mintang mempunyai
lebih dari 1.7 juta tentara bersenjata, kapal-kapal perang yang berbobot lebih
dari 110.000 ton, dan sekitar 600 pesawat tempur dari berbagai jenis. Kun Chang Tang dengan tambahan
Tentara Keempat Baru yang terbentuk pada bulan November 1937, tidak mencapai
70.000 orang, belum lagi dengan adanya perpecahan politik internal, kekuatannya
melemah hingga pada taraf hancur dalam satu kali serangan. Kun Chang Tang menyadari
bahwa jika berperang melawan Jepang, kekuatannya akan habis. Bagi Kun Chang Tang
menyelamatkan kekuatan diri sendiri jauh lebih penting dibandingkan keselamatan
negeri, inilah yang dianggap "kesatuan nasional". Oleh karena itu
selama kerjasamanya dengan Kuo Mintang, Kun Chang Tang melakukan
aturan rahasia internal tentang mengutamakan perjuangan kekuatan politik.
Setelah Jepang berhasil dikalahkan, partai komunis terus melakukan
tindakannya dengan gencar menpublikasikan bahwa yang berhasil mengalahkan
Jepang adalah karena jasa partai komunis. Penyebab
Kekalahan Partai Nasional Cina, yaitu: Tentara Nasional Cina mengalami
kesalahan kepemimpinan, salah satunya yaitu ketika Chiang Kaishek mengirim
terlalu banyak tentara ke Manchuria ketika sebelah selatan tembok besar
membutuhkan penjagaan. Sehingga dalam waktu singkat nasionali telah kehilangan
tentaranya, Terjadinya inflasi yang sangat tinggi dan hancurnya perekonomian
terutama setelah perang dengan Jepang. inflasi dan kesalahan dalam pengelolaan
keuangan telah menghancurkan kehidupan rakyat Cina, Pemerintah telah kehilangan
kepercayaan dan rasa hormat dari masyarakat terutama setelah perang dengan
Jepang, ketika masyarakat masih menderita akibat pendudukan Jepang, para
pemimpin Kuo Mintang sibuk untuk mengambil alih tempat dan barang-barang yang
ditinggalkan oleh Jepang, Kegagalan perantara dan bantuan dari Amerika Serikat, Lambatnya
reformasi sosial dan ekonomi.
Perang saudara antara partai komunis
China dan partai nasionalis China akhirnya berakhir dengan kemengan partai komunis. Pihak partai komunis jumlahnya bertambah
banyak setelah berhasil mepublikasikan bahwa partai komunislah yang berhasil
mengalahkan Jepang, sehingga mengurangi kepercayaan kepada partai nasionalis.
Seiring dengan banyaknya anggota partai komunis dan partai nasionalis yang
mulai menyusut, kaum Nasionalis yang setia (Chang Kai Sek dan sisa-sisa
angkatan bersenjata) kemudian terdesak berpindah ke pulau Formosa yang sekarang
menjadi negara Taiwan. China akhirnya berhasil dikuasai penuh oleh komunis. Kaum komunis secara bertahap menguasai negara dan pada 1 Oktober
1949, Mao Zedong mengumumkan pembentukan Republik Rakyat China.
Kesimpulan
Ketegangan
yang sering terjadi antara Republik Rakyat Cina yang berada di daratan Cina
dengan Republik Cina yang berada di Pulau Taiwan, dilatarbelakangi oleh sejarah
pertikaian antara Partai Nasional Cina dengan Partai Komunis Cina. Kedua partai
tersebut sangat berperan penting dalam menjalankan sistem kenegaraan
masing-masing negara.
Kuo Mintang
dan Kun Chang
Tang pada awalnya saling bekerjasama, tetapi kemudian
mereka saling bertikai. Bila mereka menghadapi ”musuh bersama”, mereka saling
bekerjasama, tetapi setelah terselesaikan mereka kembali bertikai.
Pertikaian
tersebut terjadi karena adanya perbedaan ideologi mendasar di antara
masing-masing partai. Kuo Mintang yang berdasarkan San Min Zhu Yi, suatu trisila yang dirumuskan oleh Sun Yatsen.
Trisila yang ingin membebaskan rakyat dari penindasan kolonialisme dan
imprealisme, memberlakukan Trias Politika dan Parlementaris, dan mewujudkan
keadilan sosial dan kemakmuran bersama.
Sedangkan Kun Chang Tang sendiri
berdasarkan ideologi komunisme. Komunis juga ingin mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur, tetapi cara yang digunakan adalah melalui revolusi rakyat yang
bersifat radikal. Kun
Chang Tang juga didasarkan atas Marxisme, Leninisme dan
pemikiran Mao Zedong.
Adanya
perbedaan ideologi yang tajam diantara keduanya, maka persatuan anatara Kuo
Mintang dan Kun
Chang Tang sulit dilaksanakan.
Sehingga, pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong mengumunkan berdirinya Rebublik
Rakyat Cina yang berasaskan komunis. Sedangkan Chang Kai Sek dan para
pengikutnya yang terdesk melarikan diri ke Taiwan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.marxists.org/reference/archive/mao/selected-w
Taniputera,
Ivan. 2008. History of China. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.
http://ratnadanyati.multiply.com/journal/item/2/PERTIKAIAN-ANTARA-PKC-DAN-PNC-1921-1949
http://www.vhrmedia.chttp://arlinpink-bbbl.blogspot.com/2010/04/komunisme-dan-perkembangannya-di-cina.htmlom/vhr-corner/agenda,Bolshevik-Rebut-Kekuasaan-di-Rusia-708.html
http://faizarhawar.blogspot.com/2010/05/perang-saudara-china.html
Wasserstein,
Bernard., 2007. The History of Europe. Oxford: Oxford Press
University., pp. 80-126